Jumat, 26 Maret 2010

Preview Clash of the Titans


Preview

Clash of the Titans ( Warner Bros Pictures_2010 )

Pemain : Sam Worthington as Perseus

Ralph Fiennes as Hades

Liam Neeson as Zeus

Gemma Arterton as Io

Alexa Davalos as Andromeda

Danny Huston as Poseidon

Izabella Miko as Athena

Jason Flemyng as Acrisius

Nathalie Cox as Artemis

Natalia Vodianova as Medusa

Sutradara : Louis Leterrier

Rilis =

  • 2 April 2010 ( Amerika Serikat )
  • 1 April 2010 ( Main di Bioskop Indonesia )

Ini dia film yang trailer promonya mampu membuat orang tercengang karena melihat kedahsyatan trailernya yang diputar pada November 2009 kemarin. Ini juga film yang berhasil membuat film Iron Man sebagai film paling favorit di tahun 2010 ini menjadi tergoyahkan posisinya. Yap. Film Clash of the Titans ini merupakan remake dari film berjudul sama yang diputar pada tahun 1981. Film Clash of the Titans tempo dulu juga bukan merupakan film sembarangan. Film ini berhasil membuat orang berdecak kagum karena penggunaan teknik animasi bernama Stop Motion yang cukup membuat orang berdecak kagum dengan teknik animasi tersebut pada masa itu. Hasilnya, film Clash of the Titans buatan tahun 1981 meraih pendapatan yang besar dan sukses besar pada masa tersebut serta disebut sebagai salah satu film klasik terbaik untuk kategori film perang kolosal dan mitologi dewa – dewi Yunani.

Warner Bros yang memiliki hak cipta terhadap film Clash of the Titans pun ingin mengangkat film ini kembali ke jaman modern. Sejak tahun 2002, pematangan konsep film ini sudah berjalan tapi akhirnya gugur di tengah jalan. Tahun 2006, proyek ini berjalan kembali dengan keterlibatan produser Basil Iwanyk serta cerita yang ditulis ulang oleh Travis Beacham, seorang penulis naskah yang merupakan fans film originalnya. Lawrence Kasdan dan sutradara Stephen Norrington dikontrak untuk keterlibatan film ini pada tahun 2007, tapi kemudian, Stephen Norrington merasa bahwa dia kurang yakin untuk mengarahkan film ini, sehingga akhirnya, Norrington pun menyerahkan proyek ini ke tangan Louis Leterrier yang merupakan seorang fans berat cerita mitologi Yunani, khususnya cerita tentang Clash of the Titans ini. Leterrier pun menerima dengan tangan terbuka proyek ini, kemudian mengontrak penulis naskah Phil Hay dan Matt Manfredi untuk menulis ulang naskah buatan Kasdan. Kemudian, pemilihan pemain pun berjalan lancar, terutama pemilihan actor action kesayangan Hollywood yang baru, Sam Worthington, yang mau ikut serta dalam film ini. Aktor – aktor watak seperti Ralph Fiennes dan Liam Neeson pun mau ikut terlibat dalam film ini dan mereka berdua bermain sebagai tokoh bergengsi dalam mitologi dunia dewa Yunani, yaitu Hades dan Zeus. Syuting berjalan lancar dan pada bulan Desember 2009, film ini direncanakan untuk di-convert menjadi film 3D dan pada bulan Januari 2010, pada saat film ini menjalani proses test convert 3D, film ini akhirnya dirasa akan menjadi film yang luar biasa jika di-convert ke bentuk 3D dan akhirnya, film inipun setuju untuk di-convert ke bentuk film 3D, sehingga menyebabkan mundurnya jadwal edar film ini, menjadi tanggal 2 April 2010 atau mundur hanya seminggu dari jadwal edar sebelumnya.

Film Clash of the Titans ini menceritakan tentang perjalanan seorang manusia setengah dewa bernama Perseus ( Wothington ). Perseus merupakan anak Zeus ( Neeson ) yang dilahirkan oleh seorang wanita manusia biasa. Perseus dibesarkan secara manusiawi, walaupun dia memang memiliki kekuatan diatas manusia biasa ( kekuatan setengah dewa ). Suatu ketika, Hades ( Fiennes ), dewa Neraka, menghabisi semua anggota keluarga Perseus yang telah merawatnya selama ini. Perseus pun hidup sebatang kara. Ketika mengetahui bahwa Hades akan menciptakan peperangan diantara para dewa yang bisa membinasakan bumi dan menciptakan neraka di bumi, Perseus maju menjadi sukarelawan untuk menghentikan niat jahat Hades. Perseus harus mengalahkan Hades sebelum Hades dapat merebut kekuasaan dari Zeus, menciptakan peperangan diantara para dewa, dan memboyong neraka ke bumi serta bertekad untuk membalas dendam atas perbuatan Hades yang telah menghabisi keluarganya, Dengan memimpin sekelompok prajurit, Perseus melakukan perjalanan berbahaya ke dunia terlarang. Perjalanan tidak semudah yang dibayangkan. Perseus dan pasukannya harus bertempur melawan iblis dan monster menakutkan yang telah disiapkan oleh Hades, diantaranya wanita berambut ular bernama Medusa, kalajengking raksasa bernama Scorpioch, 3 nenek sihir tak bermata, dan lainnya. Perseus pun juga diwajibkan hadir tepat waktu untuk menyelamatkan putri Andromeda yang memang sengaja dikorbankan untuk monster laut super besar bernama Kraken sesuai dengan titah Zeus kepada Poseidon, sang dewa laut. Perseus hanya bisa bertahan dan menjalankan semua misinya jika dia dapat menerima takdir sebagai dewa, menantang nasibnya dan menciptakan takdirnya sendiri.

Sebenarnya, apa sih yang mampu membuat sebuah film Clash of the Titans ini menjadi sebuah film yang patut ditunggu tahun ini? Faktor penentunya adalah trailer promo film ini sendiri. Sejak trailer film ini dikeluarkan pada bulan November tahun lalu, film ini sudah membuat orang berdecak kagum. Adegan – adegan action seru dengan editing yang cepat, stylish, beberapa adegan slow-motion, special efek cool serta diiringi dengan iringan musik rock metal The Bird and the Worm karya band rock metal The Used membuat orang pasti penasaran dengan film ini dan terbukti ampuh menarik minat penonton agar mau menyaksikan film ini. Trailer promo kedua film ini keluar pada bulan Desember 2009 dan trailer kedua tidak jauh beda dengan trailer pertamanya. Hanya saja, ditambah lebih banyak adegan action, serta mulai jelasnya bentuk Medusa, Pegasus yang dipakai oleh Perseus, dan juga sebagai penutup, ditampilkan monster Kraken. Sebenarnya, kedua trailer film Clash of the Titans ini hampir mirip seperti format trailer film keren lainnya, 300; yaitu dengan teknik sama : Adegan – adegan action seru dengan editing yang cepat, stylish, beberapa adegan slow-motion, special efek cool serta diiringi dengan iringan musik rock metal ( kalau trailer 300 diiringi dengan musik rock metal dari band Nine Inch Nail yang berjudul Just Like You Imagined ). Tapi dengan format trailer inilah, justru berhasil menarik banyak minat penonton yang menjadi penasaran untuk menonton film tersebut.

Selain strategi trailer yang bagus, film ini juga didukung oleh para actor aktris beken dan juga yang sedang naik daun. Mulai dari actor veteran seperti Ralph Fiennes dan Liam Neeson, sampai dengan actor action terbaru Hollywood, Sam Worthington dan juga Gemma Arterton pun turut bergabung meramaikan film ini. Sutradara Louis Leterrier pun sudah terbukti kehandalannya dalam membesut film – film action. Bisa dilihat dari karya – karyanya seperti The Transporter 1 dan 2, The Incredible Hulk, dan masih banyak karya lainnya yang memang semuanya bergenre action. Khusus untuk Sam Wothington, actor laga baru yang menjadi kesayangan Hollywood saat ini memang sedang bersinar terang bintangnya. Dari menjadi actor tidak terkenal, di tahun 2009 kemarin, actor asal Australia ini langsung memegang 2 peran penting dalam film – filmnya, yaitu menjadi tokoh Marcus Wright dalam Terminator : Salvation dan tentunya pasti anda ingat dengan tokoh Jack Sully dalam film yang menjadi megahit di tahun 2009 kemarin, yaitu film Avatar. Lewat film ini, Sam kembali diuji, apakah filmnya akan sesukses biasanya atau tidak.

Selain itu, dukungan dari segi special efek yang keren juga membantu menghidupkan kembali film lawas yang satu ini. Di jaman kemajuan teknologi yang semakin pesat ini, tentunya semakin mudah untuk me-remake film lawas yang dulunya memiliki teknik special efek yang minim dan menghidupkan beberapa adegan fantasi yang dirasa sulit untuk diwujudkan di masa tersebut. Bisa kita lihat di trailernya, special efek untuk adegan neraka yang realistis, adegan monster kalajengking besar yang cool, serta makhluk Kraken yang mengerikan dan tak ketinggalan, makhluk Medusa yang terlihat mantap dan beda dari bayangan Medusa selama ini plus adegan fighting yang di slow motion serta editing cepat, pastinya membuat film ini menjadi nilai tambah tersendiri dan terbukti sudah menggaet banyak perhatian calon penonton yang tidak sabar untuk menonton film ini di bioskop setelah melihat trailer filmnya yang wow keren.

Point minus film ini terletak pada jadwal filmnya yang sayangnya berdekatan dengan jadwal edar film animasi jagoannya DreamWorks Animation, yaitu How to Train Your Dragon. Di satu sisi, film ini berada dalam kondisi jadwal yang baik, dimana tidak ada pesaing sama sekali, di sisi lain, film How to Train Your Dragon patut diwaspadai karena review film tersebut mendapat nilai sangat positif akan kualitas filmnya. Ditambah, jumlah bioskop yang memutar film 3D masih kurang banyak, sehingga persaingan untuk merebut hati calon penonton film 3D pun akan terbagi, karena pastinya, film How to Train Your Dragon masih akan beredar di bioskop – bioskop yang memutar 3D dan akan bersaing ketat dengan film Clash of the Titans yang juga ikut diputar dalam format 3D juga. Kekurangan lain film ini terletak pada apakah film ini akan digarap secara serius dalam perihal cerita? Kelihatnnya, dari track record sang sutradara, film – film garapannya kurang memperhatikan sektor cerita. Apalagi, akibat diangkat dari mitologi Yunani yang kurang jelas sumber ceritanya, membuat film ini agak kesusahan untuk menentukan cerita yang sebenarnya dari mitologi Yunani yang ada tentang peperangan antar dewa ini. Semoga saja, film Clash of the Titans versi baru ini berhasil untuk menggambarkan dengan jelas kronologis serta keakuratan cerita tentang pertempuran antar dewa yang akan dicegah oleh sang tokoh utama yang merupakan manusia setengah dewa ini atau minimal, tidak membuat bingung penonton dengan ceritanya.

Overall, film ini jelas merupakan HIGHLY ANTICIPATED MOVIE FOR THIS YEAR. Faktanya sudah jelas; trailer yang begitu keren dan menghentak serta membuat banyak orang terpesona serta tersihir setelah melihatnya, sehingga membuat mereka sangat menantikan film ini, dukungan bintang – bintang beken, baik yang veteran maupun yang sedang bersinar, sutradara film ini yang track record film – film actionnya selalu memuaskan dahaga para pecinta film action super seru ( apalagi, Louis Leterrier merupakan fans berat film klasik Clash of the Titans serta mitologi cerita Yunani ), dan juga dukungan penuh serta jor – joran dari pihak studio film ini ( sampai – sampai mereka berani untuk mengeluarkan dana tambahan supaya film ini bisa di – convert ke bentuk 3D ); membuat film Clash of the Titans ini SANGAT LAYAK ANDA TONTON di Weekend MINGGU DEPAN. Film ini akan keluar dalam 3 format, yaitu 2D, 3D, dan Real D, jadi cek dulu apa di bioskop – bioskop kesayangan anda memutar format film yang anda ingin tonton; jangan sampai anda ingin nonton format Real D, eh, ternyata bioskopnya tidak menyediakan format tersebut. He3. XD. So, anda yang penggemar berat cerita mitologi Yunani; atau fans berat film klasik Clash of the Titans; atau sedang butuh hiburan film action super seru, stylish, dan beda dari biasanya; atau pingin mengajak pacar atau teman – teman anda menonton film ringan menghibur dan full action, maka film Clash of the Titans ini WAJIB ANDA TONTON. Akhir kata, selama menonton.

Copyright : Alexander ”Ajay” Dennis

Trailer 1:


Trailer 2:

Review How to Train Your Dragon


Review

How to Train Your Dragon (DreamWorks Animation_2010 )

Pemain : Jay Baruchel as Hiccup

Gerard Butler as Stoick
America Ferrera as Astrid
Craig Ferguson as Gobber
Jonah Hill as Snotlout

Sutradara : Chris Sanders dan Dean Deblois

Rilis =

  • 26 Maret 2010 ( Amerika )
  • 20 Maret 2010 ( Main di Bioskop Indonesia, khusus untuk format 3D dan Real 3D )
  • 24 Maret 2010 ( Main di Bioskop Indonesia untuk format 2D )

Setelah minggu lalu, saya telah mempreview film ini, maka pada kesempatan kali ini, saya akan me-review film How to Train Your Dragon ini. Apakah kekhawatiran saya terhadap kualitas film ini, seperti yang sudah saya sebutkan lewat preview saya minggu lalu, terbukti benar? Well, kita lihat saja review film ini.

Sebelum masuk ke pokok pembahasannya, ada baiknya kita lihat terlebih dahulu cerita film ini. Kisah film ini bersetting pada masa bangsa Viking masih ada di dunia ini. Seorang remaja Viking bernama Hiccup (Jay Baruchel) tinggal di pulau Berg, di mana memerangi naga adalah kegiatan sehari-hari penududuk pulau tersebut. Pemuda pintar dan humoris ini diragukan kemampuannya oleh kepala suku sekaligus ayahnya, Stoick the Vast (Gerard Butler) agar bisa menjadi seorang dragon slayer ( pembunuh naga ) handal bagi pulau Berg. Tak cuma itu, Hiccup pun bahkan tidak begitu disukai oleh teman – teman sebayanya akibat perilakunya yang dianggap lemah dan tidak ideal untuk membunuh naga kecil sekalipun. Meskipun demikian, Hiccup tetap diikutsertakan dalam Pelatihan Pemusnahan Naga bersama pemuda lainnya dan dari sinilah ia dapat membuktikan bahwa ia siap menjadi seorang petarung, walaupun dengan cara yang berbeda dan juga lebih menggunakan serta mengandalkan otak ketimbang otot seperti anak – anak seusianya. Hiccup berhasil menangkap seekor naga dengan bola yang diikat tali tambang yang ditembakan dari meriam batu hasil modifikasnya sendiri. Merasa tidak tega dengan naga hasil tangkapannya yang terlhat lucu itu, Hiccup pun memilih untuk melepaskan tali yang mengikat kaki sang naga. Lewat peristiwa itulah, Hiccup akhirnya berkawan dengan naga tersebut dan dia menamai naga hitam lucu tersebut dengan nama Toothless (Tak Bergigi). Tanpa disangka, Toothless ternyata jenis naga Night Fury yang dikenal paling ganas, berbahaya, dan juga langka. Walaupun begitu, Hiccup dan Toothless pun tetap berkawan seperti biasanya dan apa adanya. Lambat laun, hubungan batin antara sang naga dan majikannya tersebut pun semakin erat, sehingga mereka tidak bisa dipisahkan begitu saja. Tapi, penduduk Pulau Berg yang notabene merupakan bangsa Viking yang benci dengan naga inipun akhirnya menentang hubungan pertemanan antara Toothless dan Hiccup. Hiccup berusaha untuk meyakinkan sukunya bahwa mereka tidak perlu memusuhi naga, tapi kelihatannya pernyataan Hiccup tidak didengar oleh penduduk Pulau Berg. Lalu bagaimana nasib Toothless di tangan penduduk Pulau Berg? Apakah Hiccup berhasil menyadarkan penduduk Pulau Berg agar mau bersahabat dengan naga? Di tengah – tengah konflik yang sedang terjadi di pulau kecil tersebut, serangan naga – naga jenis lain yang tidak kalah ganas dengan naga yang selama ini menyerang Pulau Berg pun mulai mengancam keselamatan penduduk Pulau Berg.

Film ini justru secara mengejutkan bisa saya katakan berhasil dalam berbagai hal. Mulai dari segi bobot cerita, pesan yang ingin disampaikan ke penonton, hubungan emosional antar tokoh dengan para penonton, original score, dan juga tentunya, teknik 3D nya yang bukan sembarang bikin. Dari segi cerita, film ini ternyata berhasil memutar balikkan kecemasan saya. Tadinya saya sempat cemas dengan bobot cerita film ini, terhadap penggarapan DreamWorks Animation dalam hal cerita, karena biasanya, DreamWorks Animation menggarap film – filmnya dengan kemasan menghibur saja, tanpa memperhatikan bobot cerita. Tapi ternyata, DreamWorks Animation membuat kejutan manis lewat film ini. Film ini justru memiliki bobot cerita yang baik dan juga dalam. Kelihatannya DreamWorks Animation sudah belajar lewat pengalaman, bahwa untuk membuat film kartun, film tersebut tidak hanya harus menghibur, tapi juga memiliki pesan cerita yang kuat dan juga berbobot, agar anak – anak bisa mendapatkan suatu pembelajaran bagi diri dan kepribadian mereka. Kali ini, lewat film How to Train Your Dragon, DreamWorks Animation bekerja keras di sector ini dan hasilnya sungguh memuaskan. Film ini memiliki nilai cerita dan pesan moral yang tak hanya berguna bagi anak – anak, tapi juga menyentil orang tua. Film ini mengajarkan kepada kita bahwa semua permasalahan bisa dipecahkan dengan banyak cara serta bisa dilihat dari sudut pandang yang berbeda pula, sehingga tidak selalu harus diselesaikan dengan jalan kekerasan. Selain itu, anak – anak juga diajarkan tentang arti persahabatan yang tulus dengan sesama. Kita bisa lihat di film ini, persahabatan yang terjadi antara Toothless dengan Hiccup, dimana awalnya mereka terlihat canggung untuk bersahabat satu sama lain, tapi akhirnya kecanggungan itu mencair dan mereka bisa bersahabat dengan baik, bahkan persahabatan mereka-pun sampai ke lubuk hati yang paling dalam, dimana Toothless bisa merasakan Hiccup yang berada dalam bahaya dan begitu juga sebaliknya; atau juga adegan dimana Hiccup bisa bersahabat dengan naga – naga lainnya yang terlihat ganas, tapi mereka sebenarnya bisa bersahabat baik dengan manusia. Selain itu, pesan moral lainnya adalah janganlah mudah menyerah terhadap satu hal yang kita yakini bisa kita lakukan dengan baik. Bagi orang tua, How to Train Your Dragon juga menyentil kalangan orang tua lewat sebuah pesan, bahwa orang tua harus mendengarkan apa yang diinginkan si anak, apa yang menjadi kehendak sang anak. Tak harus selalu menuruti apa keinginan si anak, tapi minimal, orang tua harus belajar untuk mendengarkan apa yang menjadi keinginan si anak dan berkompromi dengannya, ketimbang memaksakan sesuatu yang tidak disukai si anak. Pesan ini tercermin dalam adegan dimana tokoh sang ayah, Stoick, tidak mau mendengarkan keinginan Hiccup, sang anak, sampai – sampai sang anak pun berkata, ”Apakah ayah tidak bisa mendengarkan keinginanku walaupun Cuma sekali ini saja?”. Kalimat ini begitu mengena dan menusuk sebenarnya, bahkan kitapun sebagai penonton pun bisa merasakan kepedihan Hiccup. Hebatnya, dalam film ini, DreamWorks Animation berhasil untuk mengaduk – aduk emosi penonton lewat berbagai adegan yang indah, mengharukan, ironis, dan juga seru. Hal ini saya ras tidak lepas dari duo sutradaranya yang merupakan jebolan Disney, sehingga bisa membuat film animasi berkualitas bagus.

Adegan – adegan yang mengaduk – aduk emosi penonton tersebut hebatnya juga didukung oleh musik latar belakang ( background music atau kadang sering disebut juga dengan original score ) gubahan John Powell. Original Score nya benar – benar OK dan berhasil mengaduk – aduk emosi penonton. Ada yang original score nya sedih, gembira, menyentuh, seru, sampai original score untuk suku Vikingnya pun juga benar – benar kentara sekali dengan sifat suku Viking yang pemberani dan tak kenal takut.

Untuk pengisi suara, semua berhasil menjalankan tugasnya masing – masing dengan baik. Khusus untuk Jay Baruchel sebagai Hiccup yang kikuk tapi baik hati dan juga sedikit pemberani, berhasil dibawakan dengan baik oleh Jay, dan tak ketinggalan, pengisi suara sang kepala suku Viking, Stoick, yang dibawakan oleh aktor tampan berotot Gerard Butler, juga saya nilai berhasil mengisi suara sang kepala suku yang sangat pemberani tapi tidak percaya dengan kemampuan sang anak. Suaranya yang berat, khas, dan berwibawa tapi bisa juga kikuk ketika berbicara dengan sang anak, membuatnya dirasa pas untuk menghidupkan karakter Stoick, walaupun saya pribadi pun masih belum bisa melepaskan bayang - bayang tokoh Leonidas yang juga diperankan oleh Gerard Butler dalam film 300 ketika mendengar suara Stoick. He3. XD.

Untuk sektor animasi 3D, film ini saya nilai sebagai film dengan teknik animasi 3D terbaik dan menawarkan satu konsep animasi 3D yang beda dari yang lain. Gambar – gambar yang ada dalam film ini begitu menawan, indah, hidup, dan juga lucu. Disain animasi untuk naga – naga yang ada pun juga lucu – lucu dan terlihat unik, walaupun ada juga beberapa naga yang memiliki disain seram, tapi lucu. Keunikan dalam animasi 3D film ini adalah DreamWorks Animation menawarkan satu konsep unik untuk adegan – adegan terbang. Seperti yang anda tahu, film ini menceritakan tentang naga terbang dan DreamWorks Animation berusaha untuk menempatkan posisi kamera tepat dibelakang sang naga ketika sedang terbang, sehingga penonton pun bisa merasakan seakan – akan mereka juga sedang terbang bersama Toothless atau naga – naga lainnya. Tak Cuma itu, kerja keras DreamWorks Animation dalam menampilkan adegan – adegan naga yang beterbangan sepanjang film pun terbilang sangat berhasil karena DreamWorks Animation berhasil untuk menampilkan adegan – adegan terbang yang indah, seru, stylish dan pastinya, penonton bisa merasakan bagaimana rasanya terbang bersama naga. Acungan 4 jempol bagi tim animasi DreamWorks Animation dalam film How to Train Your Dragon ini.

Kekurangan film ini saya catat hanya kekurang – kekurangan minor saja. Misalnya, adegan ending film ini. Sebenarnya, film ini memiliki kejutan yang sangat menyentuh di sector ending. Sayangnya, DreamWorks Animation kurang menambah panjang durasi untuk adegan menyentuh tersebut, sehingga terkesan agak kurang saja bagi saya. Lalu, misalnya dari segi sector pengisi suara, ada yang aneh. Masa suara Stoick, ayah Hiccup, beraksen Scotlandia, sedangkan anaknya tidak memiliki aksen tersebut. He3. XD. Tapi yah oke lah. Film ini hanya memiliki kekurangan – kekurangan minor saja yang sebenarnya bagi orang awam dan juga saya, tidak terlalu mempermasalahkan kekurangan tersebut karena tertutup oleh bagusnya kualitas film ini di berbagai sector.

Overall, inilah film hasil karya DreamWorks Animation yang terbaik sampai saat ini. Filmnya begitu berbobot, sarat makna dan pesan, didukung oleh pengisi – pengisi suara jempolan serta original score yang bagus serta memiliki teknik 3D yang luar biasa bagus untuk kategori film animasi 3D dan tentunya, menghibur semua kalangan yang menyaksikan filmnya. Hati – Hati Disney / Pixar, lewat film ini, DreamWorks Animation mengumandangkan perang terbuka dalam hal animasi terbaik, mungkin bisa menjadi animasi terbaik untuk Oscar 2011 mendatang? Kita lihat saja nanti. Yang pasti, film ini menurut saya sudah mengantongi persayaratan sebagai calon pemenang animasi terbaik untuk Oscar tahun depan lewat keunggulan di banyak aspek. So, bagi anda yang ingin menonton film kartun sarat makna serta menghibur, film ini wajib anda tonton dan tentunya, 3D untuk film ini merupakan 3D terbaik untuk kategori film kartun dan sebanding dengan harga mahal yang anda keluarkan untuk menonton 3D film ini, plus, ada Teks terjemahan bahasa Indonesianya juga lho film ini, jadi anda tidak perlu ragu untuk mengajak anak anda menonton film kartun 3D. So, jangan ragu untuk mengajak anak anda atau pacar anda atau teman – teman anda untuk menonton film animasi terbaik saat ini ( mungkin menjadi yang terbaik untuk tahun ini ). Akhir kata, selamat menonton.

Point :

Cerita = 8 / 10

Pengisi Suara = 9 / 10

Kriteria khusus :

Original Score = 9 / 10

Special Efek = 9 / 10

Unsur Hiburan,

Isi pesan cerita

dan bobot cerita = 9 /10

Total = 9 / 10

Copyright : Alexander ”Ajay” Dennis

Jumat, 19 Maret 2010

Preview How to Train Your Dragon


Preview

How to Train Your Dragon (DreamWorks Animation_2010 )

Pemain : Jay Baruchel as Hiccup


Sutradara : Chris Sanders dan Dean Deblois

Rilis =

  • 26 Maret 2010 ( Amerika )
  • 20 Maret 2010 ( Main di Bioskop Indonesia, khusus untuk format 3D dan Real 3D )
  • 24 Maret 2010 ( Main di Bioskop Indonesia untuk format 2D )

DreamWorks Animation adalah salah satu kompetitor Disney dalam hal memproduksi film – film animasi. Terbukti, sejak pertama kali berdiri, perusahaan yang didirikan oleh punggawa film – film sci – fi, Steven Spielberg, ini berhasil membuat film – film yang menghibur masyarakat di seluruh dunia. Film animasi pertama buatan DreamWorks Animation adalah film tentang semut berjudul Antz dan film ini laku keras di seluruh dunia, plus mendapat pujian dari kalangan – kalangan kritikus film di Amerika. Sejak saat itulah, nama DreamWorks Animation mulai diperhitungkan di dunia perfilman animasi.

DreamWorks Animation mulai merengguk kesuksesan besar dalam dunia animasi lewat film Shrek dan sekuelnya, Shrek 2. Film yang menyinggung tentang semua fairytale terkenal di dunia ini ( beberapa bahkan merupakan fairytale ciptaan Disney ) laku di pasaran dan berhasil membuat Disney terkejut dengan hasil Box Office film Shrek tersebut. Disney pun langsung menganggap DreamWorks Animation sebagai competitor dalam dunia animasi yang tidak bisa dipandang sebelah mata. Semenjak kesukses Shrek itulah, Disney dan juga DreamWorks Animation rutin bersaing dalam hal mengeluarkan film – film animasi. Setidaknya, kedua studio itu rutin mengeluarkan 2 buah film animasi setiap tahunnya. Tak hanya bersaing dalam hal pembuktian film animasi siapa yang paling berhasil setiap tahunnya dalam hal pendapatan di tangga Box Office Amerika, tapi juga dalam hal perebutan Oscar kategori Best Animated pun juga menjadi incaran kedua studio animasi raksasa tersebut.

Kini, seperti biasa, DreamWorks Animation mengeluarkan film animasinya lebih cepat daripada Disney lewat film How to Train Your Dragon. Film yang akan keluar dalam 3 format ( 3D, IMAX 3D, serta Real 3D ) ini diangkat dari sebuah novel anak - anak karangan Cressida Cowell dan sampai saat ini, novel How to Train Your Dragon sudah memiliki 10 seri dan terhitung laku di Amerika Serikat. Kisah film ini bersetting pada masa bangsa Viking masih ada di dunia ini. Seorang remaja Viking bernama Hiccup (Jay Baruchel) tinggal di pulau Berg, di mana memerangi naga adalah kegiatan sehari-hari penududuk pulau tersebut. Pemuda pintar dan humoris ini diragukan kemampuannya oleh kepala suku sekaligus ayahnya, Stoick the Vast (Gerard Butler) agar bisa menjadi seorang dragon slayer ( pembunuh naga ) handal bagi pulau Berg. Tak cuma itu, Hiccup pun bahkan tidak begitu disukai oleh teman – teman sebayanya akibat perilakunya yang dianggap lemah dan tidak ideal untuk membunuh naga kecil sekalipun. Meskipun demikian, Hiccup tetap diikutsertakan dalam Pelatihan Pemusnahan Naga bersama pemuda lainnya dan dari sinilah ia dapat membuktikan bahwa ia siap menjadi seorang petarung, walaupun dengan cara yang berbeda dan juga lebih menggunakan serta mengandalkan otak ketimbang otot seperti anak – anak seusianya. Hiccup berhasil menangkap seekor naga dengan bola yang diikat tali tambang yang ditembakan dari meriam batu hasil modifikasnya sendiri. Merasa tidak tega dengan naga hasil tangkapannya yang terlhat lucu itu, Hiccup pun memilih untuk melepaskan tali yang mengikat kaki sang naga. Lewat peristiwa itulah, Hiccup akhirnya berkawan dengan naga tersebut dan dia menamai naga hitam lucu tersebut dengan nama Toothless (Tak Bergigi). Tanpa disangka, Toothless ternyata jenis naga Night Fury yang dikenal paling ganas, berbahaya, dan juga langka. Walaupun begitu, Hiccup dan Toothless pun tetap berkawan seperti biasanya dan apa adanya. Lambat laun, hubungan batin antara sang naga dan majikannya tersebut pun semakin erat, sehingga mereka tidak bisa dipisahkan begitu saja. Tapi, penduduk Pulau Berg yang notabene merupakan bangsa Viking yang benci dengan naga inipun akhirnya menentang hubungan pertemanan antara Toothless dan Hiccup. Hiccup berusaha untuk meyakinkan sukunya bahwa mereka tidak perlu memusuhi naga, tapi kelihatannya pernyataan Hiccup tidak didengar oleh penduduk Pulau Berg. Lalu bagaimana nasib Toothless di tangan penduduk Pulau Berg? Apakah Hiccup berhasil menyadarkan penduduk Pulau Berg agar mau bersahabat dengan naga? Di tengah – tengah konflik yang sedang terjadi di pulau kecil tersebut, serangan naga – naga jenis lain yang tidak kalah ganas dengan naga yang selama ini menyerang Pulau Berg pun mulai mengancam keselamatan penduduk Pulau Berg.

Sekilas, film ini memiliki premise yang menjanjikan dan cukup beda ketimbang film – film animasi buatan DreamWorks Animation yang terdahulu. Tema ceritanya pun cukup bagus dan mengajarkan kepada kita bahwa semua masalah tidaklah harus diselesaikan dengan jalan kekerasan, melainkan melalui jalan damai; serta kita diajarkan tentang arti persahabatan dan juga kesetiaan. Kelihatannya, sejak hadirnya KungFu Panda 2 tahun lalu, yang berhasil menghadirkan adegan mengharukan lewat kematian Master Oogway beserta dengan petuahnya pada saat dia wafat pun berhasil menjadi bahan pembelajaran bagi DreamWorks Animation, bahwa filmnya tidak harus selalu bermutu enteng dan biasa saja, tapi juga haruslah berbobot dan memiliki nilai pembelajaran bagi semua orang yang menonton filmnya, seperti layaknya kualitas film – film animasi yang dikeluarkan Disney. Hal ini merupakan hal positif bagi DreamWorks Animation dalam membuat film animasi. Film inipun juga didukung oleh faktor promosi yang jor – joran sejak tahun lalu dan juga didukung oleh barisan pengisi suara yang jempolan, seperti Gerard Butler, pemeran raja Leonidas yang tak kenal takut dalam membela negara Sparta dalam film 300, yang mengisi suara Stoick si kepala suku karismatik tapi ragu dengan kemampuan sang anak sendiri; kemudian aktris TV Ugly Betty yang terkenal di Amerika, yaitu America Ferrera yang mengisi suara Astrid, seorang pejuang Viking wanita dari Pulau Berg; dan Jay Baruchel yang mengisi suara Hiccup yang baik hati; serta masih banyak lagi pengisi suara top lainnya.

Kekurangan film ini justru terletak di tanggal edar yang cenderung sepi dari penonton, khususnya penonton anak – anak akibat di luar jadwal libur sekolah anak – anak. Film ini memang terbilang bermain aman karena tanggalnya terpaut jauh dengan film anak – anak lainnya, Alice in Wonderland dan juga tidak adanya pesaing di tanggal ini. Tapi ingat, film ini berbeda seminggu dari film paling dinanti di tahun 2010 ini, yaitu Clash of the Titans. Walaupun memang filmnya berbeda pangsa pasar, tapi tetap saja hal ini bisa mempengaruhi laju pendapatan film How to Train Your Dragon ini. Hasil review yang bagus serta sedotan penonton yang ramai di minggu awal film ini beredar menjadi kewajiban agar film How to Train Your Dragon ini berhasil meraih pendapatan besar di tangga Box Office. Dan, yang paling saya takuti yang merupakan kelemahan paling fatal film ini adalah kualitas cerita dari film How to Train Your Dragon ini. Memang, ada suatu makna pembelajaran dari film ini seperti yang telah saya jabarkan diatas, tapi semoga DreamWorks Animation tidak mengeksekusi film ini dengan serba enteng, serba ringan, serta asal menghibur saja seperti yang DreamWorks Animation lakukan pada film – film animasi buatannya. Inilah yang selalu menjadi titik kelemahan film – film animasi buatan DreamWorks Animation, filmnya asal menghibur saja dan kualitas cerita yang ada di film tersebut akhirnya menjadi hambar akibat kualitas filmnya yang ringan, sehingga membuat orang menjadi lupa dengan pesan ceritanya. Beda dengan film – film animasi buatan Disney yang berhasil menghibur penontonnya tapi juga berhasil dalam menyampaikan isi atau pesan dari cerita filmnya, sehingga makna dari film – film buatan Disney umumnya lebih berbobot dan dan lebih bagus serta lebih bisa menjadikan perenungan bagi hidup kita ketimbang film – film buatan DreamWorks Animation. Yah, tema cerita How to Train Your Dragon ini sesungguhnya bagus dan berbobot, semoga saja kali ini, DreamWorks Animation mengeksekusi film ini dengan lebih serius lagi.

Overall, di luar sikap ke-pesimis-an saya terhadap film ini, film ini TETAP menjadi film pilihan WAJIB untuk anda tonton di akhir bulan Maret ini. DreamWorks Animation terkenal sebagai studio film yang berhasil membuat film animasi yang menghibur bagi anak – anak, walaupun biasanya mereka jadi mengabaikan tema cerita filmnya yang sebenarnya berbobot dan berpotensi bisa mengalahkan Disney. Selain itu, dukungan pengisi suara yang OK, promosi besar – besaran yang sudah dilakukan sejak tahun lalu, dan juga animasi yang baik ( perhatikan disain Toothless yang lucu, wlaupun sebenernya pada awal saya melihat trailer ini, Toothless lebih mirip kecebong ketimbang naga. He3. XD. XP. ) pastinya membuat anda terhibur dan tidak menyesal setelah menonton film ini. So, bagi anda yang ingin membawa pacar, saudara, teman, geng, anak anda, ataupun bagi anda yang sendirian, yang membutuhkan film menghibur, film How to Train Your Dragon ini WAJIB anda tonton minggu ini. Apalagi, khusus untuk Indonesia, distributor film ini secara berbaik hati mau mengedarkan film ini seminggu lebih cepat daripada jadwal edar di Amerika nya, tapi formatnya dalam format 3D dan Real 3D ya. Untuk format 2D nya akan muncul minggu depan tanggal 24 Maret 2010. Akhir kata, selamat menonton.

Copyright : Alexander ”Ajay” Dennis

Trailer :

Kamis, 11 Maret 2010

Preview Green Zone


Preview 
Green Zone ( Universal Pictures_2010 )

Pemain : Matt Damon as Roy Miller 
Nicoye Banks as Perry 
Amy Ryan as Lawrie Dayne 
Greg Kinnear as Clark Poundstone 
Brendan Gleeson as Martin Brown
Jason Isaacs as Briggs


Sutradara : Paul Greengrass

Rilis =
• 12 Maret 2010 ( Amerika )
• 12 Maret 2010 ( Main di Bioskop Indonesia )

     Kejadian 9/11 di Amerika sekitar 9 tahun lalu merupakan pukulan telak bagi Amerika. Tak Cuma pukulan telak bagi warga negaranya saja, tapi juga merupakan tamparan keras bagi badan intelejen Amerika Serikat yang terkenal solid dan canggih. Sejak saat itu, tindakan balasan dari Amerika adalah berusaha untuk menginvasi Irak dan kemudian berusaha untuk mengamankan Irak agar tidak menyerang Amerika kembali. Salah satu topik hangat yang waktu itu dikemukakan oleh Amerika adalah bahwa adanya senjata pemusnah massal di Irak dan Amerika berusaha untuk mencari senjata pemusnah massal tersebut. Tema pencarian senjata pemusnah massal inilah yang menarik untuk diangkat menjadi sebuah cerita dan akhirnya, pada tahun 2006 buku non-fiksi berjudul Imperial Life in the Emerald City karangan Rajiv Chandrasekaran, yang merupakan seorang jurnalis dari koran The Washington Post. Tema cerita yang ada di buku ini menarik Paul Greengrass untuk mengadaptasinya ke bentuk film. Proses penyempurnaan skrip berjalan 1 tahun dan aktor Matt Damon pun langsung setuju untuk bergabung dengan proyek ini. Begitu juga dengan para aktor aktris penudukung lainnya langsung setuju bergabung untuk proyek ini. Produksi berjalan agak sedikit terhambat, dari yang mulanya direncanakan untuk memulai syuting pada akhir tahun 2007, akhirnya produksi baru berjalan pada Januari 2008 dan selesai pada Desember 2008.
     Film Green Zone ini berkisah tentang masa pendudukan tentara Amerika di Irak, tepatnya pada tahun 2003. Chief Warrant Officer Roy Miller (Matt Damon) dan timnya dikirim ke Irak untuk menemukan senjata pemusnah massal. Roy diperintahkan untuk membantu seorang senior CIA officer bernama Gordon Brown (Brendan Gleeson ) guna mendapatkan senjata pemusnah massal tersebut. Dibantu dengan Clark Poundstone (Greg Kinnear), seorang Pentagon Special Intelligence dan juga Lawrie Dayne (Amy Ryan), seorang koresponden dari surat kabar The Wall Street Journal yang menyelidiki tentang adanya senjata pemusnah massal di Irak yang dikemukakan oleh Amerika, Roy pun mulai menjalankan misinya di negara yang sedang ”panas” tersebut. Tapi, semakin lama dia menjalankan misinya, semakin banyak pula dia menemukan penyimpangan – penyimpangan tentang misi pencarian senjata pemusnah massal di Irak tersebut. Kerahasiaan misi yang tertutup rapat, keganjilan – keganjilan dalam misinya, fakta – faka yang sedikit – sedikit mulai terkuak, serta adanya kemungkinan pengkhianatan di dalam tubuh militer Amerika sendiri pun membuat Roy sadar bahwa misi ini adalah misi yang aneh, ganjil, dan berbahaya. Akhirnya, Roy pun harus menghadapi kenyataan yang ada serta harus memilih, apakah dirinya tetap harus menjalankan misi yang diperintahkan kepada dirinya atau tidak, serta berjuang untuk keluar dan bertahan hidup dari misi yang semakin lama semakin mengancam hidupnya tersebut.
     Tema cerita film ini termasuk menarik dan juga cukup up-to-date dengan keadaan sekarang ini. Senjata pemusnah massal yang diberitakan oleh Amerika sampai saat ini belm ditemukan oleh pihak Amerika. Tapi, di tangan Paul Greengrass yang berpengalaman membuat film action thiller, pastinya film ini akan membuat anda penasaran dengan misteri yang ada. Paul Greengras sudah terbukti berhasil membuat penonton terpaku dan tehibur dengan dwilogy film action thriller spy The Bourne Ultimatum dan The Bourne Supremacy yang sarat dengan adegan – adegan action seru dan juga thriller yang baik. Kali ini, tetap dengan gaya khasnya dalam membuat film action thriller, Paul dipastikan akan menggunakan sudut pandang first person view camera serta penggunaan handheld camera yang maksimal sehingga penonton bisa merasakan juga ketegangan dan action film ini secara real dan langsung. Adegan baku tembak dan ledak – ledakan pastinya akan sangat bisa dirasakan oleh penonton dalam film ini. Point plus lainnya adalah kembalinya hampir semua crew yang mendukung kesuksesan dwilogy film action thriller spy The Bourne Ultimatum dan The Bourne Supremacy. Dengan adanya dukungan dari team yang sudah berpengalaman bekerja sama dalam film tersebut, pastinya film Green Zone ini akan enak dinikmati karena kerja team yang sudah solid satu sama lain.
     Minusnya film ini hanya terletak pada jadwal edarnya yang relatif sepi untuk film seseru Green Zone ini. Umumnya, film seperti ini diedarkan pada musim panas. Di satu sisi, hal ini bisa membuat film Green Zone kurang mendapat pendapatan yang besar, tapi di sisi lain, jadwal edar di bulan yang agak sepi ini bisa membuat Green Zone mendapat pendapatan yang cukup bagus jika berhasil menarik minat penonton untuk menyaksikan filmnya. Review yang bagus di minggu – minggu awal film ini beredar bisa menjadi penentu keberhasilan film ini untuk mendulang laba yang baik. Tapi hati – hati dengan ancaman film Alice in Wonderland yang diedarkan seminggu sebelumnya. Terbukti, film Alice in Wonderland berhasil mendapat pemasukkan yag besar di minggu pertama film ini diedarkan, sehingga bisa mengancam posisi Green Zone di tangga Box Office Amerika. Selain itu, tema yang sensitif takutnya bisa membuat beberapa pihak kurang suka atau kurang menerima film ini.
     Overall, film ini adalah film yang wajib anda tonton di minggu ini. Dukungan cast and crew yang berpengalaman dalam membuat film action thriller spy The Bourne Ultimatum dan The Bourne Supremacy dan cerita yang cukup seru membuat film ini layak untuk ada tonton, khususnya bagi anda pecinta film action seru dan juga yang suka dengan pengambilan gambar yang terkesan real atau yang suka dengan film bertema peran Irak. So, bagi anda yang mencari film action seru serta ringan menghibur, atau anda penggila film – film bertema perang Irak, atau sekedar mencari film hiburan seru, baik itu sendirian ataupun bersama teman, sahabat, keluarga, atau pacar, film Green Zone layak untuk anda tonton minggu ini. Akhir kata, selamat menonton.

Copyright : Alexander ”Ajay” Dennis

Trailer :
Trailer 2:



Jumat, 05 Maret 2010

Review Shutter Island



Review
Shutter Island ( Warner Bros_2010 )

Pemain : Leonardo DiCaprio as Teddy Daniels
Mark Ruffalo as Chuck Aule
Ben Kingsley as Dr. Cawley
Max von Sydow as Dr. Naehring
Michelle Williams as Dolores

Sutradara : Martin Scorsesse

Rilis =
• 19 Februari 2010 ( Amerika )
• 20 Februari 2010 ( Midnight Show di Bioskop Indonesia )
• 26 Februari 2010 ( Main di Bioskop Indonesia )

           Setelah kita melihat Preview film ini, sekilas memang cerita dan misteri yang ditawarkan oleh film Shutter Island sungguh menarik untuk disimak. Lalu, apakah benar demikian adanya? Apakah film yang diangkat dari novel karangan Dennis Lehane ini benar - benar menawarkan sebuah konsep cerita misteri dan teka - teki baru dalam genre film thriller horror psikologi? Mari kita lihat hasilnya.

     Kisahnya bersetting pada tahun 1954 di sebuah pulau penjara yang terisolasi yang merupakan tempat bagi para tahanan berbahaya dan kelas kakap bernama Pulau Shutter ( Shutter Island ). US Marshal yang juga seorang veteran Perang Dunia II bernama Teddy Daniels (Leonardo DiCaprio) dan mitra barunya, Chuck Aule (Mark Ruffalo), datang ke Pulau Shutter untuk menyelidiki hilangnya seorang pasien di Rumah Sakit Ashecliffe untuk pelaku kriminal kejiwaan. Seorang wanita pembunuh bernama Rachel Solando (Emily Mortimer) tiba-tiba menghilang dari pulau terpencil ini, meskipun telah dikurung dalam sel yang terkunci di bawah pengawasan rutin dan juga super ketat. Rachel adalah salah satu pasien yang dianggap sangat berbahaya. Ia menenggelamkan ketiga anaknya di danau. Investigasi pun berjalan tidak mudah. Dr. John Cawley (Ben Kingsley), ketua rumah sakit pun berusaha untuk menutupi bukti-bukti yang ada. Meski berstatus sebagai U.S. Marshals, Teddy tidak bisa mendapatkan data-data rumah sakit, mulai dari data pasien hingga perawat. Lebih parah lagi, badai datang dan memutuskan komunikasi dengan daratan dan lebih anehnya lagi, napi-napi lain yang berbahaya turut melarikan diri tanpa jejak seiring dengan munculnya aneka petunjuk yang semakin membuat Teddy bingung dan frustasi. Ditambah pula, Teddy sering bermimpi didatangi oleh sang istri yang telah tewas terbakar dalam sebuah kejadian kebakaran apartment milik Teddy. Sang istri menyuruh Teddy untuk menemukan seorang pasien di Shutter Island yang bernama Andrew Laeddis untuk memecahkan kasus di Shutter Island ini. Teddy pun harus berusaha untuk memecahkan kasus ini secepat mungkin, sebelum dirinya menjadi gila serta kehilangan kewarasannya akibat frustasi memecahkan kasus ini dan bisa – bisa menjadi calon penghuni Shutter Island berikutnya.

     Well, cerita yang menjanjikan dan penuh misteri ini sayangnya tergolong biasa saja dalam hal penyajian jawaban terhadap misteri yang ada. Film ini justru memiliki solusi pemecahan yang sudah umum dipakai oleh film - film dengan tema dan genre serupa. Layaknya sebuah puzzle besar, Puzzle besar tersebut hanya berbentuk biasa saja, sehingga tidak memiliki satu ke khas-an yang bisa membuat puzzle tersebut terlihat unik. Penyebab hancurnya ending film ini justru menurut saya sudah bisa tertebak sejak trailer promo film ini dikeluarkan. Jika anda jeli melihat trailer film ini, anda justru sudah bisa menebak ending film ini. sangat disayangkan, film dengan potensi cerita dan misteri yang ada di film ini, didukung oleh para cast and crew yang berkualitas, justru rusak akibat trailer promo film ini sendiri yang sekilas menampilkan petunjuk tentang ending film ini. Sayang sekali.

     Tapi di sisi lain, point plus film ini justru terletak pada kepiawaian para aktor aktris yang bermain di film ini dan juga kelihaian Martin Scorsesse dalam mengolah film ini agar berjalan tetap seru, mencekam, dan bikin penasaran dari awal sampai akhir. Martin terlihat betul berusaha keras untuk membuat film ini menjadi film yang enak ditonton dan juga bisa membuat penonton tertahan untuk terus duduk di bangkunya sampai pertunjukkan selesai. Hal ini terlihat dalam pengolahan terhadap adegan - adegan yang menegangkan dan bikin kaget, suasana Shutter Island dan penjara - penjaranya yang kelam, kekonsistenan Martin untuk menjaga ritme film dari awal sampai akhir ( walaupun 30 menit awal tetap menurut saya agak membosankan ), dan secara cerdik, Martin pun menyelipkan lagu - lagu original score yang mencekam dalam film Shutter Island ini, sehingga bisa membuat bulu kuduk penonton berdiri. Justru lewat faktor Original Score yang mencekam inilah, akhirnya film ini cukup berhasil mempertahankan tone film ini agar tidak membosankan. Dari barisan aktor dan aktris, semua pemain bermain bagus sesuai dengan karakter - karakternya masing - masing. Para aktor dan aktris di film ini sudah mengerti untuk menghidupkan karakter tokoh - tokoh yang ada di Shutter Island, sehingga di mata penonton, semua aktor dan aktrisnya bermain total sesuai porsi karakter masing - masing. Satu lagi point plus film ini adalah, walaupun solusi film ini tergolong sederhana dan basi, tapi ada 1 bagian dari solusi tersebut yang menurut saya terkesan beda dan cukup OK menurut saya. Sayangnya, karena bagian yang besar tersebut sudah kurang bagus, akhirnya bagian kecil yang bermutu tersebut bisa tidak terlihat oleh orang - orang yang sudaj terlanjur tidak puas dengan ending film ini.

     Secara keseluruhan, film Shutter Island menjanjikan sesuatu yang baru dan juga cukup berpotensi untuk menjadi film thriller horror psikologi kelas wahid dan berbeda dengan film - film sejenis. Film ini juga sebenarnya sudah didukung oleh para cast dan crew berkualitas serta Martin Scorsesse pun juga sudah berusaha keras untuk menciptakan film yang OK banget. Sayangnya, tetap, film ini harus hancur akibat trailer promo film ini yang terhitung blunder dan juga kurang menguntungkan untuk menjaga mutu kadar misteri yang ada agar penonton bisa shock dengan ending solusi dari film ini. Tapi, tetap saja, akhirnya film ini harus menjadi film thriller horror psikologis biasa ketimbang film ini. Tapi, anda yang memang sudah berniat untuk menonton film ini atau memang mencari film yang suasana mencekamnya berbeda dari film lain, inilah saat yang baik bagi anda untuk menonton Shutter Island. Filmnya terhitung lumayanlah untuk ditonton. He3. XD. Sekian dan terim kasih.

Point :
Cerita                 = 7 / 10
Pemeran            = 7 / 10

Kriteria khusus :
Ending                 = 5 / 10
Thriller o' Meter= 7 /10

Total = 6.5 / 10

Copyright : Alexander ”Ajay” Dennis

Kamis, 04 Maret 2010

Preview Shutter Island


Preview 
Shutter Island ( Warner Bros_2010 )

Pemain : Leonardo DiCaprio as Teddy Daniels
  Mark Ruffalo as Chuck Aule 
  Ben Kingsley as Dr. Cawley 
  Max von Sydow as Dr. Naehring 
  Michelle Williams as Dolores

Sutradara : Martin Scorsesse

Rilis =
• 19 Februari 2010 ( Amerika )
• 20 Februari 2010 ( Midnight Show di Bioskop Indonesia )
• 26 Februari 2010 ( Main di Bioskop Indonesia )

     Martin Scorsesse adalah sutradara kawakan asal Amerika pemenang berbagai macam penghargaan film dari berbagai ajang perfilman bergengsi di dunia, baik dari Oscar, BAFTA, Golden Globes, dan penghargaan bergengsi lainnya. Dia juga merupakan seorang sutradara yang sering bekerja sama dengan 2 aktor utama dalam pembuatan film – filmnya, yaitu Robert de Niro dan Leonardo DiCaprio. Beberapa tahun belakangan ini, Martin sedang lengket – lengketnya bekerjasama dengan Leonardo. Sudah 3 buah film yang mereka kerjakan bersama, yaitu Gangs of New York, The Aviator, dan The Departed. Film – film yang mereka kerjakan bersama pun terhitung sukses, baik dari segi pendapatan maupun dari segi penghargaan, seperti Gangs of New York yang meraup pendapatan total 193,8 juta US$ serta mendapatkan 9 nominasi Oscar walaupun gagal menang; lalu The Aviator yang mendapatkan pendapatan sebesar 213 Juta US$ serta mendapatkan nominasi untuk Oscar sebanyak 11 kategori dan menang 5 Oscar, yaitu Supporting Actress untuk artis Cate Blanchett, Editing, Cinematography, Art Direction, Costume Design; dan yang paling fenomenal adalah The Departed yang berhasil meraih pendapatan sebesar 289,8 juta US$ serta memenangkan 4 dari 5 nominasi Oscar pada 79th Academy Awards, yaitu untuk Best Picture, Best Director, Best Film Editing, dan Best Adapted Screenplay. Mark Wahlberg juga dinominasikan sebagai Best Supporting Actor, sayangnya dia tidak mendapatkan piala Oscar tersebut.
     Kini, Leo dan Scorsesse kembali berduet dalam film Shutter Island. Film ini diadaptasi dari novel berjudul sama karangan Dennis Lehane yang terbit pada tahun 2003 silam. Kisahnya bersetting pada tahun 1954 di sebuah pulau penjara yang terisolasi yang merupakan tempat bagi para tahanan berbahaya dan kelas kakap bernama Pulau Shutter ( Shutter Island ). US Marshal yang juga seorang veteran Perang Dunia II bernama Teddy Daniels (Leonardo DiCaprio) dan mitra barunya, Chuck Aule (Mark Ruffalo), datang ke Pulau Shutter untuk menyelidiki hilangnya seorang pasien di Rumah Sakit Ashecliffe untuk pelaku kriminal kejiwaan. Seorang wanita pembunuh bernama Rachel Solando (Emily Mortimer) tiba-tiba menghilang dari pulau terpencil ini, meskipun telah dikurung dalam sel yang terkunci di bawah pengawasan rutin dan juga super ketat. Rachel adalah salah satu pasien yang dianggap sangat berbahaya. Ia menenggelamkan ketiga anaknya di danau. Investigasi pun berjalan tidak mudah. Dr. John Cawley (Ben Kingsley), ketua rumah sakit pun berusaha untuk menutupi bukti-bukti yang ada. Meski berstatus sebagai U.S. Marshals, Teddy tidak bisa mendapatkan data-data rumah sakit, mulai dari data pasien hingga perawat. Lebih parah lagi, badai datang dan memutuskan komunikasi dengan daratan dan lebih anehnya lagi, napi-napi lain yang berbahaya turut melarikan diri tanpa jejak seiring dengan munculnya aneka petunjuk yang semakin membuat Teddy bingung dan frustasi. Teddy pun harus berusaha untuk memecahkan kasus ini secepat mungkin, sebelum dirinya menjadi gila serta kehilangan kewarasannya akibat frustasi memecahkan kasus ini dan bisa – bisa menjadi calon penghuni Shutter Island berikutnya.
     Sekilas, film ini merupakan sebuah film yang menjanjikan dan juga membuat kita penasaran dengan misteri yang ada di film ini. Setting cerita yang mencekam, dimana 2 orang petugas penegak hukum terjebak badai di sebuah pulau yang mencekam berisi para kriminal sakit jiwa dan juga terputus komunikasinya dari daratan, membuat film ini semakin mencekam dan membuat penonton semakin merinding serta penyasaran untuk menyaksikannya. Apalagi, dukungan dari bintang Leonardo DiCaprio dan juga sutradara Martin Scorsesse membuat film ini menjadi sebuah film yang menjadi magnet tersendiri bagi para pecinta film.
     Sayangnya, setting timeline cerita yang agak kuno ( berlatar tahun 1954 ) agak membuat para penonton yang tidak suka dengan timeline seperti ini agak malas untuk menonton filmnya. Trailer film ini pun juga menurut saya bisa menjadi bumerang tersendiri karena bisa mengakibatkan bocornya ending dari film ini. Mundurnya jadwal film ini bisa berakibat negatif bagi para penonton, karena sebelumnya, film ini diplot untuk beredar pada tanggal 2 Oktober 2009. Tapi akhirnya, mundur menjadi tanggal 19 Februari 2010. Hal ini bisa mengakibatkan menurunnya antusiasme penonton untuk menonton film ini. Pemunduran jadwal ini dikarenakan resesi hebat yng melanda ekonomi Amerika pada tahun lalu, sehingga jadwal edar film ini mundur menjadi tanggal 19 Februari dengan harapan bahwa kondisi ekonomi di Amerika sudah jauh lebih baik ketimbang tahun lalu dan film ini mendapat laba lebih besar ketimbang tetap dipaksakan untuk edar pada tanggal 2 Oktober 2009. Hal ini disampaikan oleh Paramount head executive, Brad Grey, ketika diminta konfirmasinya sehubungan dengan pemunduran jadwal edar Shutter Island. Film inipun juga berpotensi untuk menjadi film yang berjalan lambat, sehingga bisa mengakibatkan para penonton tidur terlelap duluan sebelum misteri dari film ini terkuak.
     Film ini terbukti berhasil dari segi pendapatan dan juga kritikus. Terbukti, ketika film ini dirilis tanggal 19 Februari kemarin, film ini berhasil mendapatkan 41 juta US$ selama 3 hari pemutarannya dan berhasil menggeser film Valentine’s Day dalam perebutan posisi nomor satu di Box Office Amerika. Para kritikus film di Amerika pun mayoritas menyukai film ini, terutama dalam hal visualisasi yang ada di Shutter Island dan juga dari segi misteri dan juga berhasil mengajak penonton untuk ikut penasaran dengan misteri yang ada. Tapi mereka sepakat bahwa film ini berjalan lambat. Sampai saat tulisan ini diturunkan, film Shutter Island berhasil mendapatkan pendapatan sebesar 75 juta US$ untuk peredarannya di Amerika saja dan tetap mempertahakan posisinya di puncak angga Box Office Amerika.
     Secara keseluruhan, film Shutter Island ini tetaplah menjdi sebuah film yng wajib untuk anda tonton minggu ini. Misteri yang ditawarkan serta didukung oleh akting dari aktor berbakat, Leonard DiCaprio, dan juga sutradara bertalenta, Martin Scorsesse, membuat film ini terasa sayang untuk anda lewatkan, Diluar durasi putarnya yang panjang, sekitar 150 menit, film ini patut anda tonton bagi para penggemar film thriller orror psikologi yang penuh dengan teka – teki. So, bagi anda penggemar film thriller horror psikologi yang penuh dengan teka – teki, film Shutter Island ini layak untuk anda tonton; atau, bagi anda yang mencarifilm berkualitas yang dibintangi oleh aktor terkenal dan juga sutradara ternama, film Shutter Island pun juga bisa menjadi pilihan tontonan anda hari ini. Akhir kata, selamat menonton. Welcome to Shutter Island, Ladies and Gentlemen. He3 XD.
Copyright : Alexander ”Ajay” Dennis

Trailer :




Preview Alice in Wonderland


Preview 
Alice in Wonderland ( Walt Disney_2010 )


Pemain : Johnny Depp as Mad Hatter 
  Mia Wasikowska as Alice 
  Helena Bonham Carter as Red Queen 
  Anne Hathaway as White Queen 
  Crispin Glover as Stayne – Knave of Hearts 
  Matt Lucas as Tweedledee / Tweedledum 
  Stephen Fry as Cheshire Cat 
  Michael Sheen as White Rabbit 
  Alan Rickman as Blue Caterpillar

Sutradara : Tim Burton

Rilis =
• 5 Maret 2010 ( Amerika )
• 4 Maret 2010 (Main di Bioskop Indonesia)

     Tim Burton adalah sutradara jenius asal Amerika yang karya – karyanya selalu berbau – bau gothic, dark, aneh tapi unik, dan terkadang juga full colourfull dalam setiap film yang diproduksinya. Sutradara nyentrik yang satu ini memang selalu memiliki banyak ide – ide ajaib dalam setiap pembuatan filmnya. Misalnya, menggunakan teknik rumit Clay animation ( film kartun yang menggunakan mainan clay sebagai bentuk objek gambarnya ) dalam film A Nightmare Before Christmas; atau juga memadu – padankan semua warna – warna cerah dalam film Charlie and the Chocolate Factory;. atau menggabungkan nuansa horror dan juga musikal dengan latar belakang gambar yang dark dan kelam dalam film Sweeney Todd; dan masih banyak karya unik Tim Burton lainnya. Sutradara film yang merupakan kekasih dari aktris Helena Bonham Carter ini pun memiliki jangkauan penonton yang luas akibat eksperimen – eksperimen yang dilakukan olehnya dalam film – filmnya. Anak – anak, remaja, sampai dewasa pun bisa dijangkau oleh Tim.
     Sutradara inipun juga memiliki trademark lain dalam setiap pembuatan filmnya, yaitu, selalu menggunakan aktor, aktris, dan crew di belakang layar yang sama dalam setiap pembuatan filmnya. Tercatat, Tim Burton suka bekerja sama dengan aktor Johnny Depp ( sudah 7 kali ), aktris Helena Bonham Carter ( sudah 8 kali ), komposer Danny Elfman yang membuat semua lagu Original Score untuk fim – filmnya Burton, kecuali untuk film Ed Wood, Produser Richard D. Zanuck yang memproduseri semua film karya Burton sejak Planet of the Apes kecuali Corpse Bride, dll. Dengan tim – tim yang solid seperti inilah, Tim Burton biasanya bekerja untuk memproduksi film – filmnya dan Tim memang sudah percaya dengan kualitas tim kerjanya dan begitu juga sebaliknya.
     Kini, Tim Burton kembali bekerja sama dengan Depp dan juga tim kepercayaannya untuk membuat film tentang kisah klasik Alice in Wonderland. Joe Roth, produser film ini, sebenarnya sudah mengurus film ini dengan penulis naskah Linda Woolverton sejak April 2007 dan langsung mengontak Tim Burton ketika Roth tahu bahwa Tim sudah teken kontrak untuk membuat 2 film 3D bagi Disney. Sutradara yang sedang dekat juga dengan sineas Rusia pembuat film action bermutu, Wanted, yaitu Timur Bekmambetov, untuk pembuatan film – filmnya ( contohnya film animasi 9 tahun 2009 kemarin bareng sutradara Shane Acker ) inipun menyambut baik ide tersebut dan diapun mempunyai ide baru untuk film Alice in Wonderland yang baru ini. Kali ini, Burton bukan menceritakan ulang tentang kisah Alice di negeri Wonderland pada masa kecil, tapi lebih ke arah pembuatan ulang dengan bentuk baru terhadap film Alice in Wonderland. Burton pun mencari aktris remaja berusia 20 tahunan dan akhirnya, lewat berbagai audisi, Tim memilih aktris asal Australia berusia 20 tahun, Mia Wasikowska, sebagai pemeran Alice. Setelah pemilihan tokoh Alice, tokoh – tokoh lain diperankan oleh aktor aktris favorit Burton, seperti Depp, Helena Bonham Carter, Christoper Lee, Alan Rickman, dll. Syuting berjalan sedikit tersendat karena yang tadinya syuting harus sudah dimulai sejak Mei 2008, akhirnya harus mundur sampai September 2008 dan baru rampung pada Desember 2008. Syuting menggunakan teknik Live Action yang digabungkan Animation dengan menggunakan GreenScreen sebagai latar belakang syuting, sehingga nantinya untuk background, ditambahkan belakangan setelah syuting pada saat proses editing. Dana 250 juta US$ digelontorkan untuk film ini untuk keperluan special efek dan juga membangun set yang cukup mahal dan artistik dan juga untuk proses meng-convert film ini dari gambar biasa menjadi gambar 3D. Untuk proses gambar 3D nya, syuting tetap berjalan dengan menggunakan kamera biasa dan nantinya, gambar tersebut akan di-convert ke bentuk 3D.
     Alice in Wonderland ini berkisah tentang Alice Kingsleigh, seorang remaja cantik berusia 19 tahun yang menghadiri sebuah pesta di sebuah kastil di Viktoria setelah kematian sang ayah tercinta. Disana, tanpa sepengetahuan Alice, sebuah pesta pertunangan telah direncanakan oleh ibu dan saudara perempuannya. Alice yang akhirnya tahu rencana inipun lebih memilih kabur dan secara tidak sengaja, dia melihat sesosok kelinci putih gendut yang mengenakan rompi dan arloji saku. Alice yang penasaran pun akhirnya berlari ke dalam labirin mengikuti si Kelinci Putih, hingga ia terjatuh ke dalam lubang menuju negeri Wonderland, di mana ia telah mengunjunginya sepuluh tahun yang lalu, tetapi ia tidak mengingatnya tetapi penduduk dari dunia sihir mengingatnya dan merindukannya. Ia lalu bertemu dengan teman masa kecilnya, Mad Hatter ( Depp ), dan Mad mengatakan bahwa ia membutuhkan pertolongan Alice untuk menyelamatkan Wonderland dari kediktatoran The Red Queen ( Bonham Carter ) yang memiliki algojo berupa naga bernama Jabberwock ( Lee ) dan juga seorang ajudan setianya Red Queen yang bernama Knaves of Hearts ( Crispin Glover ). Mad percaya bahwa hanya Alice yang bisa menyelamatkan Wonderland dengan menyadarkan White Queen ( Hathaway ) yang sebenarnya adalah pemilik sah Wonderland sebelum direbut secara paksa oleh Red Queen, dan juga menghabisi Jabberwock dan Knaves of Heart serta menggulingkan pemerintahan Red Queen. Dibantu dengan teman – temannya yang merupakan penduduk Wonderland, Alice pun memulai petualangan menemukan jati dirnya sekaligus menyelamatkan Wonderland beserta teman-temannya.
     Well, cerita yang beda bukan dengan cerita Alice in Wonderland yang kita kenal selama ini? Yah, namanya juga re – emagining ala Tim Burton. Tapi justru dengan tema cerita seperti ini, rasanya memang lebih cocok ketimbang cerita kuno Alice in Wonderland. Cerita kali ini lebih modern dan juga lebih ke arah pencarian jati diri Alice semasa remaja menuju usia dewasa di Wonderland ketimbang dia hanya berjalan – jalan biasa saja seperti dalam cerita asli dan juga animasi Alice tempo dulu. Burton pun berusaha untuk semaksimal mungkin menggabungkan cerita baru Alice tanpa menghilangkan sentuhan cerita tentang Alice in Wonderland tempo dulu. Dukungan special efek 3D yang cukup colourfull dan keren serta tim – tim di belakang layar yang solid plus aktor aktris yang OK, membuat Alice wajib ditonton oleh anda. Tak lupa, jadwal edar yang aman dari para pesaing, membuat film ini diramalkan akan melenggang mulus di tangga Box Office Amerika.
     Tapi ada kekhuatiran dalam film ini. Tim Burton adalah sineas film yang rata – rata kualitas filmnya dark dan juga ganjil. Kadang filmnya memiliki tone warna background yang gelap, tapi juga bisa colourfull banget sehingga bisa membuat anak – anak pusing atau sakit mata menonton filmnya. Tema ceritanya pun kadang ganjil dan juga aneh, sehingga bisa membuat anak – anak menjadi pusing untuk mengikuti filmnya. Dalam trailer film inipun juga bisa kita lihat, mungkin filmnya agak berat dan dark untuk anak – anak. Yah, semoga saja Tim kali ini membuat film khusus untuk anak – anak dengan kadar keganjilan dan keanehannya tidak melebihi batas alias normal – normal saja, sehingga anak – anak bisa menyaksikan film ini dengan enak dan tidak pusing.
     Secara keseluruhan, film Alice in Wonderland versi Tim Burton ini sayang untuk anda lewatkan, bahkan, film ini adalah film yang anda wajib tonton di bulan Maret ini. Dukungan cast and crew yang solid dan mantap, perubahan baru dari segi cerita Alice in Wonderland, serta teknologi 3D yang sedang digandrungi oleh banyak pihak akhir – akhir ini, merupakan point plus film ini. So, bagi anda yang ingin mencari hiburan bermutu minggu ini, baik bareng pacar, teman, ataupun sendirian, film Alice in Wonderland ini wajib anda tonton. Sekedar info, film ini diputar di bioskop Indonesia dengan 3 format, yaitu format 2D biasa, format 3D di jaringan bioskop XXI, dan format Real 3D di jaringan bioskop BlitzMegaplex. So, coba check dulu ya apakah ada format 2D atau 3D atau Real 3D di bioskop – bioskop kesayangan anda. Saya pribadi sih memilih format 3D ( baik yang 3D ataupun Real 3D ) karena penasaran dengan efek 3D film ini. He3. XD. Akhir kata, selamat menonton.


Copyright : Alexander ”Ajay” Dennis

Trailer :