Jumat, 30 April 2010

Preview The Bounty Hunter


Preview

The Bounty Hunter ( Columbia Pictures_2010 )

Pemain :

Sutradara : Andy Tennant

Tanggal Rilis :

  • 19 Maret 2010 ( Amerika )
  • 1 Mei 2010 ( Midnight Show di Bioskop – Bioskop Indonesia )
  • 5 Mei 2010 ( Di Bioskop – Bioskop Indonesia )

Gerard Butler adalah aktor Skotlandia ganteng berbadan tinggi tegap kekar yang mampu mencuri perhatian, baik kritikus – kritikus film maupun khususnya kaum hawa, lewat perannya sebagai King Leonidas yang macho, berkharisma, optimistis, dan rela melakukan apapun untuk melindungi Sparta dari serangan kaum Persia lewat film perang kolosal paling keren di tahun 2007 silam, berjudul 300. Yap. Lewat film inilah, Gerard Butler yang sering disapa Gerry ini mulai menunjukkan taringnya agar bisa berhasil di industri perfilman Hollywood. Gerry berhasil menghidupkan karakter King Leonidas yang jantan, macho, berkharisma, optimistis, dan rela melakukan apapun untuk melindungi Sparta dari serangan kaum Persia, bahkan kalau perlu, berkorban nyawa bagi negara dan masyarakat yang dicintainya itu. Tak cuma akting dan kharismanya saja yang membuat Gerard Butler dihormati di film ini. Bisa dikatakan, sosok fisiknya pun sempurna di film ini : Badan tinggi tegap dengan perut six pack, sehingga pastinya bisa menarik kaum hawa manapun yang menonton film ini. Tak hanya itu, film 300 juga menjadi standard tersendiri bagi bentuk tubuh laki – laki dan mulai booming lah bentuk tubuh sempurna six pack pada saat itu. Banyak majalah – majalah fitness di negara kita yang berlomba – lomba untuk menampilkan latihan – latihan fitness dan non fitness agar bentuk badan bisa seperti King Leonidas ( hayo, para laki – laki, ngaku deh, pasti anda minimal pernah tertarik dengan artikel yang dijadikan headline di majalah – majalah fitness tersebut kan?? He3. XD. Tak apa. Saya pun juga tertarik dengan headline tersebut, bahkan saya pernah membelinya untuk mencoba latihannya. He3. XD ).

Lepas dari film 300, Gerry pun mulai kebanjiran tawaran bermain film. Mantan Sarjana Hukum dari Glasgow University Law of School, Skotlandia, ini pun tidak sembarangan memilih peran. Setiap tahun, setelah kesuksesannya di film 300, Gerry bermain sebanyak 2 bahkan 3 produksi film. Setelah 300, pria Skotlandia yang pernah mendapat tanda jasa Certificate of Bravery dari the Royal Humane Society karena menolong seorang anak yang nyaris tewas tenggelam di Danau Tay di Skotlandia inipun bermain dalam film romantis P.S. I Love You yang mampu menguras air mata penonton. Tahun 2008, dia kembali bermain dalam film Nim’s Island bersama aktris Jodie Foster serta Rock’n Rolla bareng sutradara Guy Ritchie. Di tahun 2009 kemarin, Gerry langsung menelurkan 3 film, yaitu The Ugly Truth bareng aktris cantik Katherine Heigl; Gamer bareng aktris dan model Amber Valetta; serta adu akting dengan aktor Jamie Foxx lewat film Law Abiding Citizen. Di tahun 2010 ini, aktor yang digosipkan sebagai playboy nakal ini sudah mendulang kesuksesan di awal tahun ini dengan mengisi suara karakter Stoick lewat film animasi terpuji How to Train Your Dragon dan film The Bounty Hunter ini. Uniknya, jadwal edar The Bounty Hunter hanya berselang seminggu sebelum How to train Your Dragon dirilis, sehingga bisa dikatakan, Gerry sukses berganda lewat 2 film yang dibintanginya dalam 1 bulan. Wow. Prestasi yang mencengangkan untuk seorang aktor.

Lalu, bagaimana dengan lawan main Gerry di film ini, yaitu Jennifer Aniston? Well, aktris yang mulai berkibar namanya lewat seri TV Friends ini pun mulai mengalami penurunan karier. Banyak film – filmnya yang hancur berantakan, baik secara kualitas maupun secara pendapatan Box Office nya setelah dia selesai membintangi seri TV Friends. Hanya beberapa filmnya yang mendapat nilai dan hasil positif setelah dia menyelesaikan Friends, seperti film Bruce Almighty, Marley and Me, dan Along Came Polly. Sisanya sayangnya hancur berantakan di tangga Box Office Amerika. Lebih parah lagi, tahun lalu, tidak ada satupun filmnya Jennifer yang sukses di tangga Box Office sehingga bisa dikatakan kariernya mandeg. Lewat The Bounty Hunter inilah, wanita yang kerap disapa publik dengan julukan Jen As ini menggantung asa.

Dari judulnya saja, kita sudah tahu film ini akan bercerita tentang apa. Yap, apalagi kalau bukan tentang seorang Bounty Hunter ( di Indonesia dikenal dengan sebutan seorang pemburu kriminal atau pemburu berhadiah ) bernama Milo Boyd (Gerard Butler) yang kurang beruntung dalam pekerjaannya. Walau begitu, Milo tetap berusaha menikmati pekerjaannya. Suatu hari, dia mendapatkan mendapatkan pekerjaan terbaik dalam karier dan hidupnya : yaitu melacak dan menangkap kembali mantan istrinya yang merupakan seorang reporter bernama Nicole Hurley (Jennifer Aniston), yang kabur dari tahanan akibat gagal membayar uang jaminan. Milo menganggap tugasnya itu mudah, semudah membalikkan telapak tangan. Sampai akhirnya Milo mengetahui bahwa Nicole ternyata sedang menyelidiki kasus pembunuhan yang melibatkan tokoh – tokoh penting. Milo yang sebenarnya masih cinta dengan Nicole pun berusaha untuk melindungi dia dari tangan orang – orang jahat yang berusaha untuk mengeksekusi Nicole. Mengetahui bahwa Milo ternyata melindungi Nicole, maka para pembunuh bayaran yang disewa untuk menghabisi Nicole pun juga menargetkan Milo untuk dibunuh bersama. Mereka berdua harus belajar untuk saling bekerjasama dan saling mempercayai satu sama lain seperti dulu lagi agar bisa bertahan hidup dan membeberkan kasus pembunuhan tersebut ke pihak berwajib dan juga ke muka umum.

Sekilas, film ini menjadi film yang kelihatannya akan ringan menghibur. Aktor Gerard Butler kelihatannya sedang enjoy bermain di film dengan genre drama romantis seperti ini. Sama seperti tahun lalu, ketika dia bermain kocak dan juga meyakinkan sebagai playboy ganteng urakan yang berusaha untuk meluluhkan hati Katherine Heigl lewat film The Ugly Truth, maka tahun ini, dia kembali ke genre seperti ini. Tak cuma itu saja, Film inipun juga mengandung adegan – adegan action seru sehingga film ini tidak hanya melulu soal romansa, romansa, dan romansa, dan juga dikabarkan bahwa Gerry melakukan sendiri banyak adegan stunt dalam film ini. Untuk Jen As, film ini bisa dikatakan merupakan makanannya sehari – hari, sehingga dia tidak mengalami kendala dalam hal penokohan karakternya. Promosi gratis film ini yang mengatakan bahwa Jen As dan Gerard Butler saling jatuh cinta ( sebutannya cinlok alias CINta LOKasi. He3. XD ) pun turut menambah rasa penasaran penonton untuk menonton film ini.

Selain itu, amunisi penting lainnya yang turut menentukan hasil dan kualitas film ini adalah sang sutradara sendiri, yaitu Andy Tennant. Sutradara yang satu ini merupakan sutradara spesialis film – film komedi romantis. Terbukti, hasil karyanya yang terkenal seperti It Takes Two, Sweet Home Alabama, sampai yang paling fenomenal, yaitu Hitch, merupakan bukti bahwa sutradara yang satu ini merupakan sutradara yang mampu sukses di genre seperti ini, sama halnya dengan sutradara ahli lainnya yang sama – sama bergerak di genre yang sama seperti Tenannt, yaitu Rob Marshall. Dari segi action, film ini juga mempunyai produser spesialis pencetak film – film action hit seperti The Fast and The Furious, xXx, S.W.A.T, serta I Am Legend, yaitu Neal H. Moritz. Selain merupakan produser film – film action, Neal juga pencetak hit dalam genre komedi dan juga horror seperti Urban Legend, I Know What You Did Last Summer, Cruel Intentions, The Skulls, bahkan Made of Honor. Dari trackrecordnya, Neal bisa dikatakan merupakan seorang produser yang ahli dalam memproduseri film – film yang menyangkut anak muda jaman sekarang dan terbukti, hasilnya cukup disambut positif oleh kalangan anak muda dan juga orang dewasa.

Kekurangan film ini terletak pada apakah chemistry antara Butler dengan Anniston bisa klop dan mengena di hati para penontonnya. Jika adu akting dan chemistry mereka bisa menyatu layaknya Heigl dan Butler dalam The Ugly Truth, maka bagus dan puaslah penonton yang menyaksikan film ini. Jika tidak, maka tersiksa dan menyesallah mereka telah menyaksikan film ini. Premise film ini pun juga terkesan standard dan klise layaknya film – film komedi romantis berbumbu action lainnya. Selain itu, ingatkah anda dengan film komedi romantis garing tahun 2008 silam berjudul Fool’s Gold? Ow. Ya. Anda benar jika menebak bahwa film ini adalah buah tangan Andy Tennant, sang sutradara film The Bounty Hunter ini. So, ada kekhawatiran bahwa film ini akan garing dan semelempem kualitas film Fool’s Gold yang miskin chemistry, apalagi komedinya yang garing dan kurang menggigit. Selain itu, serangan Iron Man 2 di Indonesia pun pastinya masih menjadi ancaman yang kuat akan keberhasilan film ini di Indonesia karena mayoritas pasti penonton akan lebih memilih menonton Iron Man 2 ketimbang menonton film ini. Walaupun film Iron Man 2 sudah diputar seminggu sebelum film The Bounty Hunter ini dirilis, tetap saja mereka yang tidak kebagian tiket atau bahkan sudah menonton film Iron Man 2 dan ternyata tertarik untuk menontonnya lagi di minggu kedua, menjadikan The Bounty Hunter kemungkinan bisa sepi penonton jika ternyata hasil filmnya kurang bagus.

Overall, film ini tetaplah menjadi film alternatif pilihan bagi anda yang sedang mencari film romantis yang ringan menghibur dibumbui dengan kadar action. Film ini pastinya berusaha untuk menghibur penonton lewat adegan – adegan kocak serta adegan romantis dan tentunya chemistry dari kedua aktor dan aktris utamanya itu sendiri. Selain itu, bagi anda para lelaki alias kaum adam yang menemani sang pacar atau gebetan atau istri anda menonton film ini, jangan khawatir. Bumbu actionnya masih ada kok, jadinya gak bosen – bosen amat dan anda serta pasangan anda pun juga bisa sama – sama puas menyaksikan film ini. So, bagi anda , KHUSUSNYA para PASUTRI ( PAsangan SUami isTRI ), PASANGMATA ( PASangan sedANG MAsa pendekaTAn ), maupun PAPARAN ( PAsangan PAcaRAN ), film ini WAJIB untuk anda tonton. Bagi anda yang jomblo?? Tak perlu khuatir karena pastinya, film ini juga cocok bagi anda yang sedang mencari film hiburan ringan semata. Film ini dijadikan sebagai film selipan sambil anda menunggu sebelum anda masuk untuk menonton Iron Man 2? Boleh juga tuh. He3. XD Akhir kata, selamat menonton.

Copyright : Alexander ”Ajay” Dennis

Trailer :

Kamis, 29 April 2010

Review Date Night


Review

Date Night ( 20th Century Fox_2010 )

Pemain : Steve Carell as Phil Foster

Tina Fey as Claire Foster

Mark Wahlberg as Holbrooke Grant

Ray Liotta as Joe Miletto

James Franco as Chase "Taste" Tripplehorn/Tom Felton

Mila Kunis as "Whippit" Tripplehorn

Mark Ruffalo as Brad Sullivan

Leighton Meester as Katy

Sutradara : Shawn Levy

Rilis =

  • 9 April 2010 ( Amerika Serikat )
  • 23 April 2010 ( Main di Bioskop Indonesia )

Film komedi romantis tidak selalu harus berisi adegan – adegan romantis belaka, dengan pemain yang cantik dan ganteng, setting background yang terasa hangat dan romantis serta dialog – dialog yang benar – benar bisa membuat pasangan kita terbuai saking indahnya dengan kata – kata tersebut. Bagaimana jika sebuah film komedi romantis digabungkan dengan genre action adventure, tapi tetap tidak meninggalkan sisi komedi dan romantisnya? Ide yang sulit untuk didapatkan karena memang ke 4 jenis genre tersebut susah untuk bisa dihubungkan. Kalo untuk komedi romantis, sudah biasa. Lalu, bagaimana caranya bisa digabungkan dengan genre komedi romantis? Well, kalau pusing, nonton saja film Date Night arahan sutradara Shawn Levy ini.

Film ini berkisah tentang kehidupan pernikahan Phil dan Claire Foster ( Carell dan Fey ). Mereka adalah potret pasangan pernikahan yang paling diidamkan di seluruh dunia ini. Mereka memiliki anak – anak yang baik dan lucu, serta tentunya, kehidupan mereka pun mapan. Phil bekerja sebagai ahli hukum dalam urusan pajak bagi perusahaan – perusahaan terkenal; sedangkan Claire adalah seorang agent real estate terkenal. Hidup mereka pun pastinya aman, tenang, dan tentram serta sejahtera. Tapi sayangnya, tanpa mereka sadari, kehidupan pernikahan mereka lambat laun hanya menjadi sebuah rutinitas belaka. Walaupun mereka tetap melakukan ”Date Night” mingguan bagi mereka yang diisi dengan makan malam bersama dilanjutkan dengan menonton film, tapi hal tersebut semakin lama hanya menjadi sebuah rutinitas semata tanpa bisa diresapi lagi maknanya. Sampai akhirnya mereka mengetahui bahwa teman mereka yang juga sepasang pengantin, yaitu Brad dan Haley, ternyata sedang melakukan proses perceraian, padahal mereka terlihat baik – baik saja. Lewat kejadian yang menimpa teman mereka tersebut, Phil dan Claire pun sadar bahwa mereka harus bertindak cepat untuk mengatasi ”kehidupan rutin dalam kehidupan pernikahan mereka” tersebut. Mereka pun akhirnya berinisiatif untuk melakukan ”The Real Date Night” sambil berusaha untuk menemukan kembali moment romantis sungguhan serta arti kehidupan perkawinan yang sesungguhnya bagi hidup mereka. Phil pun mengajak Claire untuk mengadakan acara makan malam super romantis di sebuah restaurant seafood ternama dan trendi bernama Claw di Manhattan ( walaupun sebenarnya, ajakan awalnya diinisiatifkan oleh Claire. He3. XD. Untung Phil cepat sadar dengan kondisi tersebut ). Sayangnya, mereka tidak mendapat meja di restaurant tersebut. Tidak sabar, akhirnya Phil pun mengambil sebuah meja reservasi bernama The Tripplehorns yang tidak muncul – muncul di restaurant tersebut, walaupun Claire sebenarnya was – was dengan tindakan Phil tersebut. Phil pun masa bodoh dengan rasa was – was sang istri, sehingga akhirnya mereka duduk di meja tersebut. Makan malam yang mewah dan romantis pun berlanjut dengan hangat. Sampai akhirnya, rasa was – was Claire menjadi kenyataan. Ketika mereka sedang makan, mereka didatangi oleh dua orang bermuka seram bernama Collins (Common) and Armstrong (Jimmi Simpson), yang menanyakan tentang flash drive yang dicuri oleh Claire dan Phil dari seorang gembong mafia bernama Joe Miletto ( Liotta ). Phil dan Claire pun menjelaskan bahwa mereka bukan The Triplehorns, tapi kedua orang seram nan sangar tersebut malah menodongkan senjata ke arah mereka. Tak ada pilihan, Phil dan Claire pun mengikuti keinginan mereka dan memberitahu bahwa flash drive tersebut ada di sebuah rumah pelabuhan, padahal mereka tidak tahu apa – apa tentang kasus ini. Setelah mereka berhasil kabur dari cengkraman Collins dan Armstrong, Phil dan Claire bergegas ke kantor polisi, hanya untuk mendapati kenyataan bahwa Collins dan Armstrong ternyata adalah polisi korup. Detektif Aroyo, yang sempat melayani mereka di kantor polisi pun curiga dan berusaha untuk memecahkan kasus ini dan membantu Phil serta Claire secara diam – diam tanpa sepengetahuan Collins dan Armstrong. Dibantu oleh salah seorang mantan klien Claire bernama Holbrooke Grant ( Wahlberg ) yang merupakan seorang spesialis ahli keamanan cyber dan juga teknologi, Phil dan Claire berusaha untuk mencari tahu dimana letak posisi The Triplehorns sesungguhnya lewat nomor telepon yang didapatkan oleh Claire dan Phil di restaurant Claw secara kocak dan konyol. Setelah mengetahui posisi pasangan The Triplehorns, Claire dan Phil langsung menuju kesana. Mengetahui bahwa The Triplehorns sedang diincar, pasangan The Triplehorns yang bernama asli Taste ( Franco ) dan Whippit ( Kunis ) pun langsung ngacir untuk menyelamatkan diri, sekaligus memberikan Phil dan Claire Flash Drive yang diminta oleh Collins dan Armstrong. Di tengah kebingungan, Phil dan Claire pun berusaha untuk mencari jalan keluarnya, sebelum kembali dikejar oleh Collins dan Armstrong. Akibatnya, Flash Drive yang mereka dapatkan pun tenggelam di dasar danau Michigan. Lalu, bagaimanakah kasus ini akan berakhir? Apakah Claire dan Phil bisa menyelamatkan diri mereka dari kasus seru ini? Apa isi data yang sebenarnya diinginkan oleh Joe Miletto? Yang pasti, isi Flash Drive tersebut sangatlah penting dan berhubungan dengan seorang jaksa wilayah nyentrik yang sedang naik daun saat ini bernama Frank Crenshaw.

Film ini secara mengejutkan berhasil melampaui ekspektasi penonton. Film yang judulnya lebih mengindikasikan filmnya ke arah genre drama romantis ini, justru berhasil membuat penonton tertawa terpingkal – pingkal selama film berlangsung. Di sisi lain, film ini pun juga bisa menangkap moment – moment berarti tentang artinya sebuah kehidupan pernikahan serta bagaimana cara untuk mempertahankan kehidupan pernikahan agar tetap harmonis dan juga utuh dan rukun, yang tentunya bisa menjadi bahan perenungan dan juga teguran yang cukup menyentil bagi anda yang sudah memiliki hubungan pernikahan. Kuncinya adalah komunikasi dan saling jujur serta percaya satu sama lain, dan film ini berhasil menterjemahkan hal itu dalam beberapa adegan yang ada di film ini, seperti ketika akhirnya Claire dan Phil yang berbicara mengenai perceraian teman mereka ( Brad dan Haley ) serta tentang fantasi mereka ketika mereka berada di dalam mobil Grant pada saat kabur dari kejaran Armstrong dan Collins, ketika adegan ending film ini di sebuah restaurant, dan masih banyak adegan – adegan bermakna lainnya. Sepertinya, sang sutradara, Shawn Levy, berhasil menjalankan tugasnya untuk menyampaikan visi dan misi film ini dengan baik, bahkan kalo mau dikatakan, dengan sangat baik sekali. Dia berhasil menyajikan sebuah film komedi romantis yang diramu dengan bumbu action seru dan tidak kacangan tapi juga tidak ketinggalan dalam hal pemberian bobot cerita serta pesan makna yang mau disampikan kepada penonton yang menonton film ini. Komedinya begitu segar dan actionnya pun juga seru serta dramanya begitu mengena, sehingga bisa dikatakan, Levy kelihatannya sudah bisa lepas dari bayang – bayang kegaringan film Night at the Museum : Battle of the Smithsonian yang membosankan itu.

Faktor keberhasilan lain film ini adalah SEMUA PEMAIN DI FILM INI BERMAIN LEPAS, APIK, DAN JUGA KOCAK SERTA PAS DENGAN KARAKTERNYA MASING – MASING. Duet Steve Carell dan Tina Fey sangat padu sekali di film ini dan chemistry mereka sangat terasa serta PAS BANGET di film ini. Mereka tidak canggung untuk memerankan pasangan marriage Phil dan Claire yang sangat serasi serta bisa tampil konyol secara bersamaan dalam film ini serta karakter pasangan marriage ini justru bisa dikatakan merupakan potret aktual tentang pasangan marriage yang ada di dunia, dan Carell serta Fey berhasil menghadirkan hal tersebut ke dalam film ini. Sama – sama jebolan sitkom komedi SNL ( Saturday Night Live ) ini memang sudah terasah bakat ngocol dan ngelawaknya sehingga guyonan mereka di film ini, baik untuk adegan komedi, drama, bahkan untuk adegan action dengan bumbu komedi di film ini pun, berhasil mengocok perut penonton sampai mules banget. Entah memang spontan atau memang sudah ada di skripnya, tapi yang jelas, lawakan mereka benar – benar lucu. Mimik muka mereka pun bisa berubah – berubah, mulai dari mimik romantis, tegang, marah dan semuanya terlihat lucu di mata penonton. Duet maut ini memang paling top banget deh di film ini aktingnya.

Semua pemeran pembantu pun juga tak ketinggalan berlomba – lomba untuk mengocok perut penonton. Ada tokoh Jaksa Wilayah ganjil dan aneh serta nyentrik yang selalu membawa sapu kemana – mana serta memiliki hasrat sex yang ganjil bernama Frank Crenshaw yang diperankan sangat pas oleh William Fichtner; kemudian Ray Liotta pun juga bermain apik sebagai gangster sangar tapi blo’on bernama Joe Milleto; rapper Common dan Jimmi Simpson pun juga bermain mantap sebagai duo polisi korup blo’on tapi sangar bernama Collins dan Armstrong; duet James Franco dan Mila Kunis berhasil mencuri perhatian lewat peran sebagai pasangan The Triplehorns yang nekad tapi penakut dan juga sempet – sempetnya melakukan french kiss hot ketika mau kabur dari apartemen mereka dari kejaran mafia Joe Milletto; serta tak ketinggalan penampilan shirtlessnya ( asli, bener dah ini orang gak pake baju selama film berlangsung. He3. XD ) Mark Wahlberg sebagai tokoh Holbrook Grant yang narsis, playboy, pintar, dan ganteng abis plus tajir ( kaya – Red ). Mark Wahlberg yang dulu dikenal sebagai rapper badung, yang selalu memelorotkan celananya jika show, bernama panggung Marky Mark ini memang dari tahun ke tahun selalu menunjukkan peningkatan kualitas akting dan berani untuk mencoba tantangan – tantangan tokoh dan karakter baru, sehingga kariernya tidak stagnan dan produser – produser Hollywood tidak ragu untuk menyewanya bermain dalam film mereka dengan tawaran karakter yang beragam kepada Mark. Tahun ini, Mark mencoba peruntungannya dalam genre komedi, yaitu lewat film Date Night ini dan nanti di bulan Juli lewat film The Other Guy bareng pelawak Will Ferrell dan ternyata, hasilnya cukup disambut positif oleh semua kalangan. Yah, biarlah Mark tampil full shirtless selama film ini berlangsung, daripada dia menampilkan adegan memelorotkan celananya seperti dulu ketika dia masih menjadi rapper badung. Dijamin deh, jika dia menampilkan hal terlarang ( memelorotkan celananya ) tersebut di film ini, pasti akan kena babat gunting sensor dari BSF Indonesia. He3. XD.

Kekurangan film ini terletak pada special efeknya yang masih terlihat kasar di adegan – adegan seru, seperti kejar – kejaran mobil misalnya. Selain itu, ada beberapa joke yang kurang dimengerti oleh sebagian orang.

Secara keseluruhan, film ini merupakan film komedi romantis action adventure terbaik untuk tahun ini. Semua kru film ini benar – benar mengeluarkan semua kinerja terbaik mereka untuk mengocok perut penonton. Film ini juga merupakan ajang penebusan dosa bagi sutradara Shawn Levy setelah tahun lalu tampil sangat mengecewakan dan juga garing serta gagal untuk menghibur penonton lewat film Night at the Museum : Battle of the Smithsonian. Film ini juga berhasil menyentil anda para pasangan yang sudah menikah untuk merenungkan dan instropeksi diri, apakah kehidupan pernikahan anda memang bahagia atau diam – diam sedang ada masalah. Walaupun keadaan rumah tangga anda sedang adem ayem, belum tentu hal tersebut mengindikasikan bahwa rumah tangga anda dalam keadaan baik – baik saja, seperti yang digambarkan di dalam film ini. So, bagi anda para pasutri, atau yang sedang pacaran, atau sedang stress yang bermaksud mencari film ringan menghibur lucu tapi juga ada adegan action di minggu ini, maka film Date Night adalah film yang anda WAJIB tonton, sekalipun film ini sudah masuk minggu ke dua masa pemutarannya di Indonesia. Dijamin gak rugi deh. He3. XD. Akhir kata, selamat menonton.

Copyright : Alexander ”Ajay” Dennis

Review Date Night


Review

Date Night ( 20th Century Fox_2010 )

Pemain : Steve Carell as Phil Foster

Tina Fey as Claire Foster

Mark Wahlberg as Holbrooke Grant

Ray Liotta as Joe Miletto

James Franco as Chase "Taste" Tripplehorn/Tom Felton

Mila Kunis as "Whippit" Tripplehorn

Mark Ruffalo as Brad Sullivan

Leighton Meester as Katy

Sutradara : Shawn Levy

Rilis =

  • 9 April 2010 ( Amerika Serikat )
  • 23 April 2010 ( Main di Bioskop Indonesia )

Film komedi romantis tidak selalu harus berisi adegan – adegan romantis belaka, dengan pemain yang cantik dan ganteng, setting background yang terasa hangat dan romantis serta dialog – dialog yang benar – benar bisa membuat pasangan kita terbuai saking indahnya dengan kata – kata tersebut. Bagaimana jika sebuah film komedi romantis digabungkan dengan genre action adventure, tapi tetap tidak meninggalkan sisi komedi dan romantisnya? Ide yang sulit untuk didapatkan karena memang ke 4 jenis genre tersebut susah untuk bisa dihubungkan. Kalo untuk komedi romantis, sudah biasa. Lalu, bagaimana caranya bisa digabungkan dengan genre komedi romantis? Well, kalau pusing, nonton saja film Date Night arahan sutradara Shawn Levy ini.

Film ini berkisah tentang kehidupan pernikahan Phil dan Claire Foster ( Carell dan Fey ). Mereka adalah potret pasangan pernikahan yang paling diidamkan di seluruh dunia ini. Mereka memiliki anak – anak yang baik dan lucu, serta tentunya, kehidupan mereka pun mapan. Phil bekerja sebagai ahli hukum dalam urusan pajak bagi perusahaan – perusahaan terkenal; sedangkan Claire adalah seorang agent real estate terkenal. Hidup mereka pun pastinya aman, tenang, dan tentram serta sejahtera. Tapi sayangnya, tanpa mereka sadari, kehidupan pernikahan mereka lambat laun hanya menjadi sebuah rutinitas belaka. Walaupun mereka tetap melakukan ”Date Night” mingguan bagi mereka yang diisi dengan makan malam bersama dilanjutkan dengan menonton film, tapi hal tersebut semakin lama hanya menjadi sebuah rutinitas semata tanpa bisa diresapi lagi maknanya. Sampai akhirnya mereka mengetahui bahwa teman mereka yang juga sepasang pengantin, yaitu Brad dan Haley, ternyata sedang melakukan proses perceraian, padahal mereka terlihat baik – baik saja. Lewat kejadian yang menimpa teman mereka tersebut, Phil dan Claire pun sadar bahwa mereka harus bertindak cepat untuk mengatasi ”kehidupan rutin dalam kehidupan pernikahan mereka” tersebut. Mereka pun akhirnya berinisiatif untuk melakukan ”The Real Date Night” sambil berusaha untuk menemukan kembali moment romantis sungguhan serta arti kehidupan perkawinan yang sesungguhnya bagi hidup mereka. Phil pun mengajak Claire untuk mengadakan acara makan malam super romantis di sebuah restaurant seafood ternama dan trendi bernama Claw di Manhattan ( walaupun sebenarnya, ajakan awalnya diinisiatifkan oleh Claire. He3. XD. Untung Phil cepat sadar dengan kondisi tersebut ). Sayangnya, mereka tidak mendapat meja di restaurant tersebut. Tidak sabar, akhirnya Phil pun mengambil sebuah meja reservasi bernama The Tripplehorns yang tidak muncul – muncul di restaurant tersebut, walaupun Claire sebenarnya was – was dengan tindakan Phil tersebut. Phil pun masa bodoh dengan rasa was – was sang istri, sehingga akhirnya mereka duduk di meja tersebut. Makan malam yang mewah dan romantis pun berlanjut dengan hangat. Sampai akhirnya, rasa was – was Claire menjadi kenyataan. Ketika mereka sedang makan, mereka didatangi oleh dua orang bermuka seram bernama Collins (Common) and Armstrong (Jimmi Simpson), yang menanyakan tentang flash drive yang dicuri oleh Claire dan Phil dari seorang gembong mafia bernama Joe Miletto ( Liotta ). Phil dan Claire pun menjelaskan bahwa mereka bukan The Triplehorns, tapi kedua orang seram nan sangar tersebut malah menodongkan senjata ke arah mereka. Tak ada pilihan, Phil dan Claire pun mengikuti keinginan mereka dan memberitahu bahwa flash drive tersebut ada di sebuah rumah pelabuhan, padahal mereka tidak tahu apa – apa tentang kasus ini. Setelah mereka berhasil kabur dari cengkraman Collins dan Armstrong, Phil dan Claire bergegas ke kantor polisi, hanya untuk mendapati kenyataan bahwa Collins dan Armstrong ternyata adalah polisi korup. Detektif Aroyo, yang sempat melayani mereka di kantor polisi pun curiga dan berusaha untuk memecahkan kasus ini dan membantu Phil serta Claire secara diam – diam tanpa sepengetahuan Collins dan Armstrong. Dibantu oleh salah seorang mantan klien Claire bernama Holbrooke Grant ( Wahlberg ) yang merupakan seorang spesialis ahli keamanan cyber dan juga teknologi, Phil dan Claire berusaha untuk mencari tahu dimana letak posisi The Triplehorns sesungguhnya lewat nomor telepon yang didapatkan oleh Claire dan Phil di restaurant Claw secara kocak dan konyol. Setelah mengetahui posisi pasangan The Triplehorns, Claire dan Phil langsung menuju kesana. Mengetahui bahwa The Triplehorns sedang diincar, pasangan The Triplehorns yang bernama asli Taste ( Franco ) dan Whippit ( Kunis ) pun langsung ngacir untuk menyelamatkan diri, sekaligus memberikan Phil dan Claire Flash Drive yang diminta oleh Collins dan Armstrong. Di tengah kebingungan, Phil dan Claire pun berusaha untuk mencari jalan keluarnya, sebelum kembali dikejar oleh Collins dan Armstrong. Akibatnya, Flash Drive yang mereka dapatkan pun tenggelam di dasar danau Michigan. Lalu, bagaimanakah kasus ini akan berakhir? Apakah Claire dan Phil bisa menyelamatkan diri mereka dari kasus seru ini? Apa isi data yang sebenarnya diinginkan oleh Joe Miletto? Yang pasti, isi Flash Drive tersebut sangatlah penting dan berhubungan dengan seorang jaksa wilayah nyentrik yang sedang naik daun saat ini bernama Frank Crenshaw.

Film ini secara mengejutkan berhasil melampaui ekspektasi penonton. Film yang judulnya lebih mengindikasikan filmnya ke arah genre drama romantis ini, justru berhasil membuat penonton tertawa terpingkal – pingkal selama film berlangsung. Di sisi lain, film ini pun juga bisa menangkap moment – moment berarti tentang artinya sebuah kehidupan pernikahan serta bagaimana cara untuk mempertahankan kehidupan pernikahan agar tetap harmonis dan juga utuh dan rukun, yang tentunya bisa menjadi bahan perenungan dan juga teguran yang cukup menyentil bagi anda yang sudah memiliki hubungan pernikahan. Kuncinya adalah komunikasi dan saling jujur serta percaya satu sama lain, dan film ini berhasil menterjemahkan hal itu dalam beberapa adegan yang ada di film ini, seperti ketika akhirnya Claire dan Phil yang berbicara mengenai perceraian teman mereka ( Brad dan Haley ) serta tentang fantasi mereka ketika mereka berada di dalam mobil Grant pada saat kabur dari kejaran Armstrong dan Collins, ketika adegan ending film ini di sebuah restaurant, dan masih banyak adegan – adegan bermakna lainnya. Sepertinya, sang sutradara, Shawn Levy, berhasil menjalankan tugasnya untuk menyampaikan visi dan misi film ini dengan baik, bahkan kalo mau dikatakan, dengan sangat baik sekali. Dia berhasil menyajikan sebuah film komedi romantis yang diramu dengan bumbu action seru dan tidak kacangan tapi juga tidak ketinggalan dalam hal pemberian bobot cerita serta pesan makna yang mau disampikan kepada penonton yang menonton film ini. Komedinya begitu segar dan actionnya pun juga seru serta dramanya begitu mengena, sehingga bisa dikatakan, Levy kelihatannya sudah bisa lepas dari bayang – bayang kegaringan film Night at the Museum : Battle of the Smithsonian yang membosankan itu.

Faktor keberhasilan lain film ini adalah SEMUA PEMAIN DI FILM INI BERMAIN LEPAS, APIK, DAN JUGA KOCAK SERTA PAS DENGAN KARAKTERNYA MASING – MASING. Duet Steve Carell dan Tina Fey sangat padu sekali di film ini dan chemistry mereka sangat terasa serta PAS BANGET di film ini. Mereka tidak canggung untuk memerankan pasangan marriage Phil dan Claire yang sangat serasi serta bisa tampil konyol secara bersamaan dalam film ini serta karakter pasangan marriage ini justru bisa dikatakan merupakan potret aktual tentang pasangan marriage yang ada di dunia, dan Carell serta Fey berhasil menghadirkan hal tersebut ke dalam film ini. Sama – sama jebolan sitkom komedi SNL ( Saturday Night Live ) ini memang sudah terasah bakat ngocol dan ngelawaknya sehingga guyonan mereka di film ini, baik untuk adegan komedi, drama, bahkan untuk adegan action dengan bumbu komedi di film ini pun, berhasil mengocok perut penonton sampai mules banget. Entah memang spontan atau memang sudah ada di skripnya, tapi yang jelas, lawakan mereka benar – benar lucu. Mimik muka mereka pun bisa berubah – berubah, mulai dari mimik romantis, tegang, marah dan semuanya terlihat lucu di mata penonton. Duet maut ini memang paling top banget deh di film ini aktingnya.

Semua pemeran pembantu pun juga tak ketinggalan berlomba – lomba untuk mengocok perut penonton. Ada tokoh Jaksa Wilayah ganjil dan aneh serta nyentrik yang selalu membawa sapu kemana – mana serta memiliki hasrat sex yang ganjil bernama Frank Crenshaw yang diperankan sangat pas oleh William Fichtner; kemudian Ray Liotta pun juga bermain apik sebagai gangster sangar tapi blo’on bernama Joe Milleto; rapper Common dan Jimmi Simpson pun juga bermain mantap sebagai duo polisi korup blo’on tapi sangar bernama Collins dan Armstrong; duet James Franco dan Mila Kunis berhasil mencuri perhatian lewat peran sebagai pasangan The Triplehorns yang nekad tapi penakut dan juga sempet – sempetnya melakukan french kiss hot ketika mau kabur dari apartemen mereka dari kejaran mafia Joe Milletto; serta tak ketinggalan penampilan shirtlessnya ( asli, bener dah ini orang gak pake baju selama film berlangsung. He3. XD ) Mark Wahlberg sebagai tokoh Holbrook Grant yang narsis, playboy, pintar, dan ganteng abis plus tajir ( kaya – Red ). Mark Wahlberg yang dulu dikenal sebagai rapper badung, yang selalu memelorotkan celananya jika show, bernama panggung Marky Mark ini memang dari tahun ke tahun selalu menunjukkan peningkatan kualitas akting dan berani untuk mencoba tantangan – tantangan tokoh dan karakter baru, sehingga kariernya tidak stagnan dan produser – produser Hollywood tidak ragu untuk menyewanya bermain dalam film mereka dengan tawaran karakter yang beragam kepada Mark. Tahun ini, Mark mencoba peruntungannya dalam genre komedi, yaitu lewat film Date Night ini dan nanti di bulan Juli lewat film The Other Guy bareng pelawak Will Ferrell dan ternyata, hasilnya cukup disambut positif oleh semua kalangan. Yah, biarlah Mark tampil full shirtless selama film ini berlangsung, daripada dia menampilkan adegan memelorotkan celananya seperti dulu ketika dia masih menjadi rapper badung. Dijamin deh, jika dia menampilkan hal terlarang ( memelorotkan celananya ) tersebut di film ini, pasti akan kena babat gunting sensor dari BSF Indonesia. He3. XD.

Kekurangan film ini terletak pada special efeknya yang masih terlihat kasar di adegan – adegan seru, seperti kejar – kejaran mobil misalnya. Selain itu, ada beberapa joke yang kurang dimengerti oleh sebagian orang.

Secara keseluruhan, film ini merupakan film komedi romantis action adventure terbaik untuk tahun ini. Semua kru film ini benar – benar mengeluarkan semua kinerja terbaik mereka untuk mengocok perut penonton. Film ini juga merupakan ajang penebusan dosa bagi sutradara Shawn Levy setelah tahun lalu tampil sangat mengecewakan dan juga garing serta gagal untuk menghibur penonton lewat film Night at the Museum : Battle of the Smithsonian. Film ini juga berhasil menyentil anda para pasangan yang sudah menikah untuk merenungkan dan instropeksi diri, apakah kehidupan pernikahan anda memang bahagia atau diam – diam sedang ada masalah. Walaupun keadaan rumah tangga anda sedang adem ayem, belum tentu hal tersebut mengindikasikan bahwa rumah tangga anda dalam keadaan baik – baik saja, seperti yang digambarkan di dalam film ini. So, bagi anda para pasutri, atau yang sedang pacaran, atau sedang stress yang bermaksud mencari film ringan menghibur lucu tapi juga ada adegan action di minggu ini, maka film Date Night adalah film yang anda WAJIB tonton, sekalipun film ini sudah masuk minggu ke dua masa pemutarannya di Indonesia. Dijamin gak rugi deh. He3. XD. Akhir kata, selamat menonton.

Copyright : Alexander ”Ajay” Dennis

Selasa, 27 April 2010

Preview Iron Man 2


Preview

Iron Man 2 ( Paramount Pictures_2010 )

Pemain :

Sutradara : Jon Favreau

Rilis =

  • 7 Mei 2010 ( Amerika Serikat )
  • 30 April 2010 ( Main di Bioskop Indonesia )

Film Iron Man pertama yang keluar pada tahun 2008 lalu, merupakan film pembuktian bagi banyak pihak yang mencibirnya. Sebelumnya, film Iron Man pertama ini dicibir banyak orang karena pemilihan casting dan sutradara yang tidak sesuai dengan harapan penonton. Belum lagi kekhawatiran bahwa film superhero pasti hanya akan menjual spesial efek dan adegan – adegan seru ketimbang kualitas cerita dan juga pendalaman karakter yang ada serta tentunya, adanya perbedaan yang ada di film dengan yang di komiknya, yang dikhawatirkan justru akan membuat banyak fans berat komiknya akan kecewa dengan hasil filmnya. Lihat saja contoh kegagalan film – film superhero yang diangkat dari komik, seperti Barb Wire, Steel, dan lain sebagainya.

Tapi ternyata, semua pihak akhirnya bungkam setelah melihat hasil akhirnya. Bahkan, mereka yang mencibir pun akhirnya berbalik memuji film Iron Man ini. Film Iron Man pertama bisa dikatakan melebihi semua ekspektasi penonton. Kekhawatiran akan salahnya pemilihan pemain dan sutradara yang ada di film ini justru dibalas dengan pengarahan sutradara yang pas dan juga mantap untuk film ini dan permainan para aktor aktrisnya yang juga pas untuk semua karakter yang ada di komik Iron Man. Semua pemain bermain lepas. Bahkan, cibiran publik terhadap kualitas dan bobot cerita yang ada di film Iron Man ini justru dibayar LUNAS Nas Nas oleh tim penulis naskahnya, yaitu Arthur Marcum dan Matt Holloway serta dibantu oleh Mark Fergus dan Hawk Ostby dan kedua naskah tersebut di-finishing oleh John August atas pemilihan element cerita dari kedua naskah yang telah ditulis oleh kedua tim penulis cerita tersebut, dan tentunya, pengarahan John Favreau sebagai sutradara juga berhasil menghidupkan bobot cerita film ini. John Favreau sendiri pun juga meminta banyak saran untuk cerita dan pengarahan film Iron Man pertama dari beberapa penulis komik kisah Iron Man, seperti Mark Millar, Ralph Maccio, dan masih banyak lagi.

Secara jujur, film Iron Man pertama merupakan bukti bahwa film ini berhasil menggabungkan semua element – element menghibur yang ada pada dunia perfilman, yaitu humor yang pas, drama romantis yang OK, adegan action dan spesial effect yang baik, serta tentunya, bobot ceritanya itu sendiri yang dieksekusi dengan amat rapi. Film ini berhasil menangkap moment dan emosi sang tokoh utama, Tony Stark, yang tadinya Playboy tajir urakan yang bersifat tidak mau peduli dengan keadaan sekitarnya, justru akhirnya berbalik mau peduli dan mau untuk menolong sesama dengan segala kemampuan yang dia miliki lewat kejadian penawanan dirinya di Afghanistan dan kematian salah seorang kawannya di Afghanistan tersebut. Penonton bisa merasakan gejolak emosi dari tokoh Tony Stark, yang mengira bahwa dengan memproduksi dan menjual senjata miliknya, Amerika akan aman dari serangan – serangan teroris yang berusaha untuk menghancurkan Amerika; tapi ternyata, senjata produksinya malah bisa diperjual belikan secara bebas pada pasar gelap senjata dan justru digunakan oleh teroris untuk meneror seluruh dunia; dan penonton juga bisa melihat bahwa Tony pun akhirnya berusaha keras untuk menciptakan jubah Iron Man guna melindungi semua umat manusia dari serangan orang – orang jahat di muka bumi ini. Tony berusaha untuk menebus segala dosa – dosa di masa lalunya dan berusaha untuk memperbaikinya dengan segala daya dan kemampuan yang dia miliki.

Bicara tentang pembuktian, film ini memang menjadi ajang pembuktian bagi 3 orang penting dalam film Iron Man, yaitu sang aktor utama, Robert Downey. Jr; sang pemeran pembantu, Samuel L. Jackson; dan sang sutradara, John Favreau. Sang sutradara, yang juga merangkap cameo (peran kecil) sebagai supir pribadi dan pengawal Tony Stark yang bernama Happy Hogan serta penulis konsep cerita Iron Man 1 dan 2, kini menjadi sutradara yang paling diincar untuk mengarahkan berbagai film yang akan diangkat ke layar lebar. Tapi sampai saat ini, John tetap setia dan fokus untuk mengarahkan seri Iron Man terlebih dahulu. Pemeran pembantu film ini, yaitu aktor watak keling Samuel L. Jackson pun kebagian berkah lewat film ini. Berperan sebagai kepala badan intelejen rahasia Amerika, SHIELD, bernama Nick Fury, akhirnya Samuel pun dikontrak eksklusif untuk bermain di 9 film superhero produksi Marvel dengan nilai kontrak yang cukup fantastis. Tadinya, Samuel menolak untuk meneruskan kontrak Nick Fury ini akibat perbedaan pendapat mengenai nilai kontrak antara pihak Marvel dengan dirinya. Beruntung Marvel pun berbaik hati untuk menaikkan nilai kontrak bintang lawas yang pernah berpartner dengan Bruce Willis dalam film action seru Die Hard : With a Vengeance ini dan bonusnya, Samuel pun bakal beraksi dalam 9 film superhero yang dikeluarkan oleh Marvel. Lalu, sang bintang utama, Robert Downey. Jr pun juga mendapatkan rejeki super melimpah setelah membintangi film ini. Lewat film Iron Man ini, Downey unjuk gigi dan juga merupakan momentum kebangkitan dirinya dari keterpurukan kariernya di Hollywood. Bintang yang sempat tenggelam dan hancur kariernya akibat kebiasaannya menenggak alkohol dan barang haram lainnya ini akhirnya menemukan kembali bintangnya dan menunjukkan dirinya kepada semua orang yang mencibirnya, bahwa dirinya masih merupakan aktor kelas wahid dalam dunia pefilman Hollywood. Memang di tahun 2008 silam, Downey bermain fenomenal dalam 3 film, yaitu Iron Man, tampil cameo ( muncul sekilas ) di film The Incredible Hulk, dan pada bulan Agustusnya, dia berhasil bermain gemilang dan berhasil mengocok perut penonton sampai mules akibat tertawa terbahak – bahak lewat perannya sebagai bintang Australia yang bertransformasi menjadi bintang negro dan berakting layaknya orang negro bernama Kirk Lazarus dalam film super kocak di tahun 2008, Tropic Thunder. Selain unjuk gigi, lewat film Tropic Thunder, Downey pun juga meraup nominasi sebagai aktor pembantu terbaik dalam penghargaan bergengsi bagi insan perfilman Hollywood ( dan juga dunia ), yaitu Golden Globe, dan tentunya, Oscar. Walaupun tidak menang keduanya, Downey menemukan kembali kebintangannya di tahun 2008. Sejak saat itu, namanya mulai berkibar lagi. Tahun lalu, Downey menyapa penggemarnya kembali lewat film cerdas dan unik, Sherlock Holmes, bersama sutradara Guy Ritchie, dimana Downey berhasil berperan sebagai tokoh detektif terkenal bernama Sherlock Holmes, tapi dengan gaya urakan dan ahli pertarungan hand to hand dengan pendekatan analisis terlebih dahulu sebelum mulai menyerang lawan walaupun tetap tidak meninggalkan kemampuan analisa Sherlock terhadap satu kasus dengan cermat, teliti, dan pintar.

Kembali ke topik Iron Man 2. Film Iron Man 2 ini merupakan sekuel langsung dari film Iron Man yang pertama. Diceritakan dunia akhirnya mengetahui bahwa pengusaha senjata yang terkenal kaya dan tampan serta playboy bernama Tony Stark ( Downey ) adalah superhero Iron Man ( sesuai dengan ending Iron Man 1 dimana dia membeberkan bahwa dirinya adalah Iron Man kepada pers ), Tugas Tony pun bertambah; mulai dari mengurus perusahaannya, membina hubungan cintanya dengan sang sekretaris setianya, Pepper Potts, yang sekarang naik pangkat menjadi CEO Stark Enterprise menggantikan tokoh antagonis Obadiah Stane yang tewas ketika bertarung dengan Tony, sampai dengan urusan menjaga keamanan dunia. Walaupun terlihat berat, tapi Tony terlihat menikmati sekali pekerjaan – pekerjaannya tersebut. Seiring dengan bertambahnya tugas, maka semakin banyak pulalah tanggung jawab serta tekanan dalam diri Tony. Militer Amerika serta pers memaksa agar Tony menyerahkan rancangan baju dan teknologi yang terdapat pada Iron Man. Tony pun menolak dengan tujan supaya teknologi maha dahsyat tersebut tidak jatuh ke tangan orang jahat. Belum lagi tekanan yang muncul bahwa Pepper Potts ternyata sedang menjalin hubungan cinta rahasia dengan seseorang yang Tony kenal ( bisa dikatakan hal ini terjadi akibat kebiasaan Tony yang masih menjadi Playboy dan diam – diam, dia sedang menjalin cinta dengan sekretaris barunya yang bernama Natasha ( Johansson ) ). Di tengah tekanan – tekanan tersebut, muncullah seorang ilmuwan rusia yang gila dan jahat bernama Ivan Vanko ( Rourke ) yang sangat membenci Tony Stark A.K.A Iron Man dan ingin menghancurkan Iron Man. Tak tanggung – tanggung, Vanko pun juga menciptakan sumber energi mirip dengan punya Tony dan menciptakan baju tempur khusus berupa cambuk listrik super panjang dan besar serta merubah namanya menjadi Whiplash. Tak hanya itu, saingan bisnis Tony bernama Justin Hammer pun mulai mengumandangkan perang terbuka kepada Tony dalam hal persaingan dunia bisnis dan diam – diam bekerja sama dengan Ivan Vanko untuk menjalankan suatu rencana jahat bersama dengan menciptakan robot – robot tempur mirip seperti Iron Man. Plus, kehadiran spy woman bernama Black Widow yang misterius pun semakin membuat pusing Tony. Untunglah Tony masih memiliki sahabat – sahabat setia yang masih mau membantu menolongnya, seperti Nona Potts, sang bodyguard bernama Happy Hogan, Nick Fury yang merupakan kepala badan intelejen rahasia AS bernama SHIELD, serta tentunya, Lt. Colonel James "Rhodey" Rhodes yang nantinya akan menggunakan baju tempur baru ciptaan Tony bernama War Machine. Mereka siap menopang Iron Man dalam menghadapi segala musuh yang menghadang.

Film Iron Man 2 ini mendapat amunisi tambahan dalam hal pemain – pemain pembantu untuk turut menyukseskan film ini. Dipilihnya bintang tua yang kariernya nyaris tenggelam tapi akhirnya bangkit lagi setelah berhasil berperan gemilang dalam film The Wrestler, Mickey Rourke, sebagai tokoh antagonis Ivan Vanko dirasa pas oleh banyak kalangan. Mimik mukanya yang memang sangar dan juga badan yang besar, dirasa fans dan juga petinggi – petinggi Marvel sudah sangat cocok berperan sebagai musuh Iron Man di seri terbarunya ini. Sebenarnya, Rourke tadinya nyaris batal untuk memerankan tokoh Ivan Vanko ini karena adanya perbedaan pendapat antara gaji yang ditawarkan boss – boss Marvel dengan nilai gaji yang diinginkan oleh Rourke. Sadar bahwa Rourke merupakan pilihan yang sudah tidak bisa diganggu gugat lagi untuk berperan sebagai Vanko, boss – boss Marvel pun langsung menaikkan tawarn gaji kepada Rourke sesuai dengan yang diinginkan olehnya Tak tanggung – tanggung, Rourke yang akhirnya langsung teken kontrak setelah negosiasi gaji berhasil, langsung mengadakan observasi ke penjara Butyrka di Moskow, Rusia, untuk mendalami karakter dan tokoh antagonis Ivan Vanko. Rourke pun juga berlatih berbahasa Rusia secara intensif sebelum produksi film dimulai.

Tak cuma Rourke yang direkrut ke dalam film Iron Man 2 ini, tapi juga aktor Sam Rockwell dan aktris wanita sexy Scarlett Johansson pun juga turut dikontrak untuk membintangi film seru ini. Tadinya, aktris wanita Emily Blunt hendak dikontrak sebagai pemeran mata – mata wanita asal Rusia bernama Black Widow, namun, akibat adanya bentrok jadwal syuting, Blunt pun mundur dan langsung digantikan oleh Johansson. Johansson ( yang merupakan istri dari aktor Ryan Reynolds yang sedang diincar oleh banyak studio untuk berperan sebagai banyak tokoh superhero terkenal seperti The Flash, Deadpool, dan sudah teken kontrak untuk berperan sebagai Green Lantern ) yang excited sekali berperan sebagai tokoh superhero wanita pun langsung berlatih ilmu beladiri secara intensif sebelum proses syuting dimulai dan selama proses syuting berlangsung. Khusus untuk Sam Rockwell, tadinya aktor muda ini sedikit kaget bahwa tokoh Justin Hammer ternyata sudah cukup berumur, sehingga Sam pun memutuskan untuk mengubah karakternya menjadi seorang pebisnis yang masih muda dan bersaing dengan Tony Stark dengan gaya anak muda.

Jadwal edar filmnya pun juga tanpa pesaing, sehingga membuat film ini semakin terasa aura kesuksesannya. Di beberapa negara, film Iron Man 2 dirilis lebih cepat seminggu ketimbang jadwal edar yang ada di Amerika nya, sehingga film Iron Man 2 memiliki kesempatan untuk mendapatkan pundi – pundi lebih banyak untuk peredarannya secara internasional terlebih dahulu dan hal ini juga merupakan strategi baru yang ahir – akhir ini diterapkan oleh banyak distributor film – film sukses di Amerika untuk memberantas pembajakan di negara – negara yang memiliki tngkat pembajakan film yang tinggi, seperti di China, Indonesia, dan lain – lain, sehingga dengan diterapkannya strategi ini, para produsen film – film tersebut bisa mendapat keuntngan lebih besar ketimbang filmnya dibajak duluan oleh para pembajak. Tapi hati – hati, di beberapa negara yang memutar Iron Man 2 pada tanggal tersebut, mendapatkan persaingan dari film Furry Vengeance dan A Nightmare on Elm Street yang beredar pada saat yang bersamaan jika di negara yang bersangkutan juga memasukkan kedua film tersebut secara bersamaan dengan Ion Man 2.

Film ini bukan tanpa kekurangan. Ada kekhawatiran ceita di film keduanya akan melempem seperti halnya Transformers. Sebenarnya, ide awal untuk menggunakan tema cerita Tony Stark yang terjebak kecanduan alkohol terasa lebih baik dibanding cerita yang ada sekarang. Tapi who knows? Kita tidak akan pernah tahu kejutan apalagi yang akan ada pada film Iron Man 2 ini. Ada gosip bahwa seri kedua Iron Man ini akan menjadi sebuah kerangka cerita baru yang lebih solid untuk film Iron Man 3 serta adanya indikasi bahwa film ini akan menjadi dasar munculnya musuh terbesar Iron Man, yaitu Mandarin. Tapi, itu semua hanya gosip yang akan terjawab nanti ketika kita sudah menyaksikan filmnya. Kemudian pemilihan aktris seksi Scarlett Johansson pun disangsikan oleh banyak orang. Dan, kasus terbesar yang mencoreng citra film Iron Man 2 ini adalah kasus pemecatan sepihak aktor Terence Howard yang berperan sebagai James Rhodes. Yap. Kasus yang sempat mencuat besar – besaran pada awal tahun 2009 ini dipicu dari ketidak senangan hampir semua kru, terutama sutradara John Favreau, untuk bekerja dengan Terence yang dinilai arogan dan tidak bersikap co-operative selama syuting Iron Man pertama berlangsung. Selain itu, perbedaan gaji yang sangat mencolok antara Terence dengan kru lainnya tapi tidak diimbangi dengan profesionalitas kerja disinyalir membuat semua kru tidak suka dengan Terence. Sampai saat ini masih menjadi misteri, apakah Marvel akhirnya memutuskan kontrak kerja dengan Terence atau pihak Terence yang sudah menolak untuk bernegosiasi dengan Marvel. Marvel akhirnya menawarkan Don Cheadle peran sebagai tokoh jendral penting yang merupakan teman baik tokoh Iron Man ini. Don Cheadle pun hanya punya beberapa jam untuk menerima kontrak ini dan diapun setuju untuk bermain di film ini. Well, sebenarnya, tokoh Rhodes di film Iron Man sudah cocok dengan peran yang dibawakan oleh Terence. Yah, semoga Don Cheadle yang nenggantikan Terrence bisa bermain lepas sebagai Rhodes.

Secara keseluruhan, diluar kasus internal yang ruwet yang membelit produksi film Iron Man 2, tetap saja, orang pasti akan menanti – nantikan film ation superhero yang satu ini. Indikasinya jelas : fans superhero berbaju besi dengan teknologi keren ini banyak dan sudah mendunia dimana – mana dan bagi yang belum mengenal Iron Man, mereka terpesona dengan prestasi baik yang ditorehkan lewat film Iron Man pertama, sehingga mereka menanti – nantikan sekuel film ini dengan tidak sabar. Didukung dengan kru yang sama dengan film pertamanya plus tambahan bintang – bintang mantap sebagai aktor aktris pendukung tambahannya serta soundtrack yang bakal diisi oleh band kakek – kakek metal yang sudah sepuh tapi masih cadas dan garang, AC/DC, film ini akan siap menggebrak sebagai pembuka parade Summer Movies di tahun ini. So, bagi anda fans sejati Iron Man atau sedang mencari film action menghibur dengan pacar atau teman atau gebetan anda, film ini WAJIB menjadi pilihan anda untuk anda tonton di minggu ini. Akhir kata, selamat menonton.

Copyright : Alexander ”Ajay” Dennis

Sabtu, 24 April 2010

Theatrical Trailer The Twilight Saga : Eclipse


Ini dia yang kita nanti - nanti trailernya. Trailer The Twilight Saga : Eclipse yang paling baru. Silakan dilihat :

Jumat, 23 April 2010

Review The Book of Eli


Review

The Book of Eli ( Warner Bros Pictures_2010 )

Pemain : Denzel Washington as Eli

Sutradara : Hughes brothers

Rilis =

  • 15 Januari 2010 ( Amerika )
  • 15 April 2010 (Main di Bioskop Indonesia)

Film tentang akhir jaman tidak selalu identik dengan action adventure seru yang menegangkan apalagi disertai dengan spesial efek wah yang jor – jor an dan gila – gilaan. Film dengan tema ini sebenarnya memiliki banyak sudut pandang yang bisa digali. Bukan melulu tentang proses kehancuran buminya yang ditampilkan secara megah lewat tampilan spesial efek gila - gilaan, tapi juga bisa ditampilkan tentang sudut pandang seseorang setelah bumi hancur lebur serta bagaimana cara mereka menghadapi kehidupan di tengah – tengah kehancuran bumi tersebut. The Book of Eli merupakan salah satu film yang berusaha untuk menggambarkan hal tersebut, selain film The Road. Tapi, ada perbedaan kualitas terhadap kedua film tersebut. Perbedaannya terletak dimana? Mari kita lihat review berikut ini.

Sebelum masuk ke hal tersebut, ada baiknya kita lihat kembali sinopsis film ini. Film ini bersetting di masa depan. Suatu ketika, bumi mengalami kehancuran besar – besaran akibat perang nuklir yang mengakibatkan kehancuran dimana – mana. Negara menjadi tandus, kering kerontang dengan kondisi awan nuklir yang pekat dan juga kelabu. Suasana perkotaan pun menjadi gersang dan panas, tak ubahnya seperti padang pasir tandus yang luas. Manusia pun mulai kekurangan bahan makanan dan air. Tak cuma itu, lebih parahnya lagi, manusia pun juga sudah kehilangan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Lebih parahnya, mereka membunuh orang yang berusaha bertahan hidup di jalan hanya demi makanan, minuman, atau kadang, tanpa motif yang jelas! Pada jaman tersebut, tersebutlah seorang pengembara bernama Eli ( Washington ) yang melintasi negara – negara di dunia untuk bertahan hidup. Tak Cuma itu, Eli ternyata membawa buku yang sangat berarti terhadap kehidupan umat manusia dan juga bisa membangun kembali peradaban manusia yang telah hancur lebur ini. Eli mempunyai misi, yaitu harus membawa buku yang dibawa olehnya ini ke Barat. Melintasi daerah – daerah gersang dan juga tak beradab, Eli pun teguh dengan pendiriannya, yaitu berjalan ke Barat untuk mengantar buku yang dibawa olehnya. Eli bertahan hidup dengan memakan makanan yang ada di sekitarnya, bahkan, Eli pun mencuri barang – barang dari orang – orang yang berusaha membunuhnya di jalan dengan cara membela diri dan membunuh mereka jika mereka macam – macam dengannya. Suatu ketika, Eli menetap di sebuah kota kecil bernama El Paso untuk mencharge I-Pod miliknya. Karena ada suatu kesalahpahaman di sebuah bar di kota kecil tersebut, Eli pun membunuh para penganggu yang menganggunya di bar tersebut. Carnegie ( Oldman ), seorang penguasa kota yang kejam dan keji, mengetahui hal tersebut dan tertarik dengan Eli. Dia mengajak Eli untuk menetap dengannya dan menjadi anak buahnya. Eli tidak tertarik dengan hal tersebut, tapi menerima dengan tangan terbuka keramah tamahan Carnegie untuk menginap di kediamannya. Carnegie pun mengutus anak angkatnya, Solara ( Kunis ) untuk menggoda Eli, tapi gagal. Eli pun mengajarkan cara berdoa kepada Solara karena di jaman tersebut, doa sudah tidak pernah ada lagi. Carnegie yang mengetahui hal inipun akhirnya tahu bahwa Eli membawa sebuah buku yang memang sudah dicari – cari olehnya selama ini. Buku tersebut adalah Alkitab. Akibat perang, buku Alkitab pun musnah terbakar dan sisanya pun juga sudah dibakar oleh para penguasa yang sudah tidak percaya lagi kepada Agama. Carnegie pun menginginkan Alkitab karena dengan adanya Alkitab, Carnegie ingin berperan sebagai Tuhan, sebagai juru selamat bagi umat manusia dengan tujuan yang jahat, yaitu menaklukan daerah – daerah lain dan menjadi penguasa dunia. Eli yang menjaga buku ini agar tidak jatuh ke tangan yang salah pun berusaha untuk mati – matian melindungi buku ini dari Carnegie dan anak buahnya. Setelah melakukan perlawanan sampai membuat kaki Carnegie terluka, Carnegie pun makin murka dan membawa semua pasukan yang ada untuk membunuh Eli dan mendapatkan Alkitab yang dibawa oleh Eli, bahkan jika perlu, membunuh Solara sekalian yang sekarang lebih memilih untuk ikut dengan Eli ketimbang tinggal dengan Carnegie yang kejam. Lalu, bagaimanakah nasib Eli dan Alkitab yang dibawanya? Berhasilkan dia untuk mempertahankan Alkitab tersebut dan membawanya ke Barat? Jawabannya, anda harus tonton film ini di bioskop. He3. XD.

Film ini secara mengejutkan berhasil mengambil sudut pandang tentang kondisi manusia pada saat setelah bumi hancur lebur. Kita bisa lihat dalam film ini, dimana manusia sudah tidak mengenal lagi yang namanya Agama, Tuhan, bahkan hal paling kecil sekalipun semisal membaca dan menulis. Manusia di film inipun sudah kehilangan kewarasannya dan menghalalkan segala cara agar bisa bertahan hidup, bahkan dengan cara membunuh sekalipun, Tapi, tanpa tujuan yang jelas pun, manusia di film ini juga bisa membunuh hanya untuk kepuasan dirinya. Duo sutradara Hughes Brothers pun berhasil menggambarkan moment – moment tersebut kepada penonton. Tak cuma itu, mereka juga berhasil dalam menciptakan atmosfer alam yang tandus, kering kerontang dengan kondisi awan nuklir yang pekat dan juga kelabu. Suasana perkotaan pun menjadi gersang dan panas, tak ubahnya seperti padang pasir tandus yang luas. Walaupun di beberapa adegan, background gambar film ini kelihatan background effect tempelannya, tapi itu tidak menjadi masalah karena Hughes Brothers berhasil menciptakan suatu atmosfer baru dalam hal kondisi keadaan alam yang hancur lebur akibat perang nuklir. Secara menarik, Hughes Brothers juga menggambarkan bahwa untuk bertahan hidup, manusia pun harus melakukan barter dan manusia di film ini sudah tidak mengenal uang. Intinya, manusia di film ini, yang tadinya hidup serba enak, kali ini harus kembali ke jaman batu kuno untuk bisa bertahan hidup.

Para pemeran film ini pun juga bermain meyakinkan. Denzel Washington sukses berperan sebagai pengembara jago tarung bernama Eli yang akan melakukan apapun untuk melindungi Alkitab yang dibawanya. Untuk beberapa adegan tarung, saya lihat Denzel agak sedikit kaku untuk melakukan gerakan beladiri; tidak seperti Matt Damon dalam film The Bourne Identity tempo hari yang dengan sangat sukses memperagakan Filipino Kali secara halus, tidak canggung, dan tidak kaku di film tersebut ( padahal, Matt sebelumnya tidak pernah dikenal sebagai bintang film action yang mengharuskannya mempelajari dan memperlihatkan teknik beladiri tertentu di film – filmnya ). Tapi walaupun begitu, kita patut mengapresiasi dan menghargai kerja keras Denzel yang berusaha untuk melakukan sendiri adegan – adegan laga yang ada di film ini, sampai – sampai berlatih ilmu beladiri secara intensif kepada murid Bruce Lee, yaitu Don Inosanto. Aktor spesialis tokoh – tokoh antagonis, Gary Oldman, memang gak ada matinya untuk peran antagonis dan sekali lagi, Oldman menunjukkan tajinya sebagai bintang tokoh antagonis kelas wahid dengan bermain meyakinkan sebagai Carnegie yang sadis, kejam, licik tapi juga pintar dan berwawasan sastra seperti layaknya sastrawan. Mila Kunis juga berperan manis sebagai Solara yang tegar tapi juga lugu dan tough. Ray Stevenson juga berperan OK sebagai Redridge, pengawal pribadi Carnegie yang kuat, loyal, kejam, tapi juga masih memiliki hati terhadap sesama dan diam – diam tertarik kepada Solara. Kehadiran cameo Michael Gambon dan Frances de la Tour sebagai pasangan tua yang gila senjata dan perang di film ini juga cukup mencuri perhatian.

Nilai plus lain film ini, selain beberapa faktor yang saya sebutkan di atas, adalah ceritanya yang bisa menjadikan perenungan hidup bagi kita dan juga kadar hiburannya yang baik plus endingnya yang cukup mengejutkan. Lewat film ini, kita bisa belajar untuk mensyukuri apa saja yang sudah kita dapatkan dan miliki selama ini serta menggunakannya secara bijak; sadar dan taat dengan agama dan kepercayaan yang kita peluk sampai kapanpun, even pada saat susah sekalipun; dan kesadaran kita untuk merawat dan memelihara alam serta perdamaian di bumi ini. Dan, tidak seperti film The Road yang filmnya berjalan lambat, mendayu – dayu, dan kurang kadar thrilling, apalagi actionnya, maka film The Book of Eli berhasil menjadi contoh sebuah film yang dengan sukses menggabungkan cerita berbobot dan adegan – adegan action yang seru. Film berdurasi 2 jam ini tidak berjalan membosankan akibat kadar actionnya yang setara dengan kualitas cerita filmnya. Inilah yang membuat film The Book of Eli mempunyai nilai plus dibanding film bertema serupa berjudul The Road. Ending film ini juga menyimpan kejutan yang cukup telak, walaupun mungkin akan sedikit dipaksakan. Tapi tetap, endingnya cukup WOW. He3. XD.

Kekurangan film ini hanya terletak pada isu Agamanya yang sedikit sensitif bagi beberapa kalangan. Tapi toh, film ini tidak menyinggung hal ini secara gamblang dan terang – terangan. Film ini pun juga TIDAK menyudutkan agama manapun, sehingga sebenarnya filmnya aman. Tapi, mungkin bagi sebagian orang, ceritanya yah agak sedikit sensitif saja. Satu lagi, sayangnya, tidak ada adegan baku hantam or baku tembak antara Redridge dan Eli dalam film ini. Kalaupun ada, jumlah scene dan kadarnya terasa kurang. Padahal bisa kita lihat, bahwa Eli dan Redridge bisa menjadi lawan sepadan karena mereka terlihat sama – sama jago beladiri dan ahli menembak serta jago strategi perang.

Overall, film The Book of Eli menjadi sebuah contoh film yang berhasil di semua aspek. Aspek pesan moral dan cerita OK, Action MANTAP, Original Score yang mengiringi film ini juga terkesan SIP, serta tentunya, background efek lingkungan sekitarnya yang JEMPOLAN. Tugas The Hughes Brothers di film ini direncanakan dan dieksekusi dengan amat baik, sehingga film ini berhasil menghibur penonton yang menontonnya, walaupun filmnya sebenarnya sudah terhitung terlambat untuk masuk ke Indonesia ( kita terlambat sekitar 4 bulan dibanding jadwal edar di Amerika ). Toh, film ini tetap menghibur dan kelak, pasti akan kita koleksi DVD nya untuk ditonton berulang – ulang kali. Film ini menjadi salah satu film yang bagus dan berkesan di awal tahun 2010 ini, selain tentunya How to Train Your Dragon. So, bagi anda yang mencari film dengan kualitas cerita jempolan sekaligus memiliki unsur hiburan action yang seru atau sedang mencari film dengan perenungan hidup yang dalam atau juga sedang mencari film pelepas stress, film The Book of Eli WAJIB anda tonton, walaupun film ini sudah memasuki minggu kedua peredarannya di Indonesia. Sekali lagi, GOOD JOB, Hughes Brothers. Akhir kata, selamat menonton.

Point :

Cerita = 8 / 10

Pemain = 8 / 10

Kriteria khusus :

Nilai Pembelajaran = 8 / 10

Special Efek = 7 / 10

Unsur Hiburan

dan action = 8 /10

Total = 8 / 10

Copyright : Alexander ”Ajay” Dennis

Trailer :

Review Cop Out


Review

Cop Out ( Warner Bros Pictures_2010 )

Pemain : Bruce Willis as Jimmy Monroe

Tracy Morgan as Paul Hodges

Seann William Scott as Dave

Rashida Jones as Debbie

Adam Brody as Barry Mangold

Kevin Pollak as Hunsaker

Guillermo Diaz as Poh Boy

Jason Lee as Roy

Michelle Trachtenberg as Ava

Sutradara : Kevin Smith

Rilis =

  • 26 Feburari 2010 ( Amerika Serikat )
  • 21 April 2010 ( Main di Bioskop Indonesia )

Film bergenre buddy cop rasa – rasanya sudah banyak diangkat ke layar lebar. Tengok saja film seperti 15 Minutes, Die Hard : With a Vengeance, sampai yang paling terkenal, yaitu 4 seri film Lethal Weapon. Rata – rata, film bertema buddy cop menampilkan sepasang polisi yang memiliki beda karakter ( dan terkadang ras ), tapi saling melengkapi, melindungi, dan saling mengerti keadaan satu sama lain. Dalam film bertema seperti ini, penonton diajak untuk terlibat dengan petualangan seru 2 jenis manusia yang ( biasanya ) saling bertolak belakang ini untuk menguak satu kasus yang menegangkan. Umumnya, film bertema buddy cop cukup laris di pasaran dan juga masih digemari oleh penonton. Oleh sebab itu, film bertema yang satu ini tidak ada habis – habisnya untuk diangkat ke layar lebar. Tak cuma itu, sekarang ini banyak genre film yang bertema buddy cop, baik itu genre pure action, sampai dengan action komedi pun bisa dipadu – padankan dengan tema film buddy cop. Kali ini, film dengan tema buddy cop yang akan kita bahas bergenre action comedy berjudul Cop Out dengan bintang utama Bruce Willis dan juga komedian keling Tracy Morgan, plus didukung oleh komedian Sean William Scott. Lalu, seperti apakah hasil akhir film yang sebelumnya sempat direncanakan dirilis dengan judul A Couple of Dicks ini? Kita lihat saja reviewnya.

Film ini berkisah tentang sepasang polisi NYPD beda ras yang sudah bertugas bersama selama 9 tahun bernama Jimmy Monroe ( Willis ) dan Paul Hodges ( Morgan ). Mereka bedua sedang menangani kasus narkoba besar yang melibatkan sebuah jaringan narkoba besar yang berasal dari Meksiko. Ketika penyelidikan berlangsung, kasus berakhir kacau dan mengakibatkan kematian sang informan bagi pihak NYPD. Monroe dan Hodges pun diskors selama sebulan tanpa dibayar gaji. Monroe yang sedang membutuhkan uang untuk membiayai pernikahan putri satu – satunya yang bernama Ava ( Trachtenberg ) pun akhirnya memutuskan untuk menjual kartu baseball langka ke salah satu kolektor kartu baseball dan rencananya, kartu tersebut akan dihargai US$ 83.000. Sialnya, ketika sedang dicheck keasliannya, kartu tersebut dicuri oleh seorang pencuri jago parkour bernama Dave ( Scott ). Akhirnya, Monroe dan Hodges pun memburu Dave dan kemudian mengetahui bahwa kartu baseball Monroe ada di tangan seorang bandar narkoba Meksiko bernama Poh Boy ( Diaz ) yang merupakan buruan Monroe dan Hodges. Ketika kedua polisi ini datang ke rumah Boy untuk mencari kartu tersebut, mereka ditodong senjata oleh anak buah Boy dan akhirnya mereka membuat kesepakatan, dimana Monroe dan Hodges harus mencari dan mengembalikan mobil Mercedes Benz mewah milik Boy kepadanya karena isi di dalam mobil tersebut sangat berharga bagi Boy. Kedua polisi tersebut akhirnya menyetujui hal tersebut dan kemudian terjadilah petualangan seru disertai bumbu komedi tentang usaha Monroe dan Hodges untuk mencari mobil Mercy milik Boy, mengambil kembali kartu baseball milik Monroe, serta kalau bisa, sekalian membekuk Boy.

Film ini sebenarnya memiliki plot yang sederhana saja, tentang dua polisi beda ras dan beda gaya tapi herannya bisa saling melengkapi satu sama lain ini untuk membekuk penjahat yang mereka incar dan juga berusaha untuk mencapai kebahagiaan hidup masing – masing tokoh. Tema yang ringan namun sayangnya sudah basi ini masih tetap dipakai formulanya di film ini. Ditambah dengan sub-plot tentang kecurigaan Hodges terhadap istrinya yang dicurigai selingkuh dengan tetangga sebelahnya, kehadiran pencuri jago parkour Dave yang diminta tolong oleh Monroe untuk masuk dan menyusup ke rumah Boy guna mencuri kembali kartu baseball Monroe yang berakhir dengan kekacauan, sampai dengan rahasia yang ada di dalam mobil Mercedes Benz Boy membuat film ini tampak rumit saja, walaupun inti ceritanya sebenarnya sederhana saja.

Film yang satu ini sayangnya tidak sebagus yang diperkirakan oleh banyak orang. Faktornya disebabkan oleh cerita yang sudah basi, komedi yang garing, action yang juga melempem, durasi yang terlalu lama, dan juga terlalu banyak sub-plot cerita yang mungkin bisa membingungkan penonton jika tidak berkonsentrasi menonton dan menikmati film ini dari awal. Komedinya sebenarnya memang beberapa kali sukses memancing tawa penonton, tapi sayangnya, joke – joke yang ada di film ini lebih bertema ke joke rasis dan juga sex joke plus beberapa adegan lucu yang diharapkan bisa menarik minat penonton untuk tertawa yang sayangnya basi, terkesan slapstick, dan sudah sering digunakan di film – film action komedi lainnya. Tracy Morgan dan Sean William Scott yang dipasang sebagai amunisi untuk mengocok perut penonton di film ini sayangnya kurang bermain efektif di film ini akibat joke – joke dan juga kekonyolan yang mereka tampilkan tidak maksimal di film ini. Bruce Willis yang dipasang sebagai tokoh polisi macho dan juga diharapkan sebagai pengocok perut di film ini pun juga bermain melempem. Karakter Monroe yang dibawakan olehnya kurang hidup, baik itu sebagai seorang polisi tangguh dan nakal seperti John McClane di seri Die Hard dan juga sebagai karakter polisi pengocok perut, membuat karakter Monroe ini lebih terlihat seperti karakter hancur yang diperankan Bruce Willis sebelumnya, Hudson Hawk, dalam film Hudson Hawk. Diaz yang berperan sebagai Poh Boy cukup meyakinkan sebagai gembong narkotika Meksiko kejam yang herannya tetap bisa pegi ke Gereja sambil membunuh orang di dalam gereja tersebut. Action di film inipun juga tergolong melempem dan jumlahnya sedikit. Tercatat, hanya ada 3 adegan action yang sayangnya kurang digarap maksimal oleh sutradara Kevin Smith, yaitu adegan kejar – kejaran dan tembak – tembakan dengan salah satu anggota gembong narkotika di awal film, adegan kejar – kejaran mobil sambil tembak – tembakan di tengah film, sampai dengan adegan penggerebekan rumah Poh Boy di akhir film. Adegan actionnya tanggung dan bumbu humor di adegan – adegan action tersebut pun juga terkesan hambar, jadinya lah, film ini menjadi film serba tanggung. Akibat adegan action yang melempem, humor yang kurang mengena, serta banyaknya sub-plot yang terjadi, mengakibatkan film ini berjalan lambat dan durasinya dirasa memang terlalu panjang serta bisa membuat penonton pergi kabur meninggalkan film ini sebelum filmnya usai jika tidak tahan dengan keadaan ini.

Overall, film Cop Out ini memang harus berakhir mengenaskan dengan predikat film buddy cop action comedy yang kualitasnya serba tanggung dan juga bisa membuat penonton kecewa. Kelihatannya, sineas Kevin Smith memang masih kagok untuk membuat film action komedi berbujet besar bagi major studio karena memang sebelumnya dia lebih sering membuat film komedi indie ketimbang film komedi untuk major studio. Selain itu, memang hasil karya – karyanya biasanya terlalu segmented untuk komedinya, sehingga mungkin bagi anda yang memang tidak terbiasa dengan komedi – komedi khasnya, bisa membuat males untuk menyaksikan film – filmnya. Selain itu, karier Bruce Willis pun memang akhir – akhir ini sedang melempem. Setelah tahun lalu dia tampil di film action futuristik mengecewakan berjudul The Surrogates, maka kali ini, Bruce pun juga tampil mengecewakan di film Cop Out ini. Tapi kelihatannya pun Bruce tidak perlu terlalu khawatir dengan kelangsungan karienya. Selain memiliki banyak investasi di banyak bidang di manapun sehingga kehidupan finansialnya masih terjamin, Bruce pun juga masih akan tampil garang lewat film The Expandables yang merupakan film dengan kumpulan aktor – aktor laga kelas wahid seperti Jason Statham, Jet Li, Mickey Rourke, sampai dengan reuni kembalinya mantan para pemilik cafe lawas Planet Hollywood seperti Sylvester Stallone, Arnold Schwarzenegger, dan tentunya Bruce Willis sendiri, walaupun Bruce cuma tampil cameo sebagai Mr. Church yang merupakan tokoh yang menugaskan crew The Expandables dalam film tersebut. Tak lupa juga, Bruce akan kembali tampil seru dan macho sebagai tokoh pensiunan CIA yang sering melakukan tugas black-ops bagi Amerika bernama Frank Moses yang diburu oleh para pembunuh bayaran profesional dalam film action seru berjudul Red yang rencananya akan hadir bulan September mendatang. Plus, jangan lupa, Bruce masih ditunggu kehadirannya oleh banyak fans setianya dalam film Die Hard 5 dan ( kemungkinan ) 6 yang sedang dalam tahap penggodokan ide cerita serta tinggal menunggu lampu hijau dari sutradara Len Wiseman dan juga tentunya, Bruce Willis sendiri sebagai aktor yang memerankan tokoh John McClane dan diharapkan, film Die Hard 5 akan dirampungkan secepatnya. Lalu, bagimana dengan karier pemain pendukung lainnya? Kelihatannya, mereka pun harus waspada dengan kelangsungan karier mereka setelah membintangi film ini. Tapi kelihatannya pun juga tidak masalah karena faktanya, film ini cukup laku di Amerika dengan pendapatan 46,5 juta US$ dari bujet filmnya sendiri yang ”hanya” memakan dana sebesar 37 juta US$, belum termasuk pendapatan secara internasionalnya, sehingga di satu sisi, film ini memang hancur secara kualitas, tapi cukup bagus dari segi pendapatan.

So, bagi anda yang tidak masalah dengan joke rasis, sex joke, humor slapstick, maupun penggemar film buddy cop dengan kualitas seadanya saja, maka film ini boleh menjadi pilihan anda menonton minggu ini. Tapi, bagi anda yang tidak suka dengan hal – hal yang saya sebutkan diatas, maka abaikan saja film ini dan film Date Night bisa menjadi alternatif film pilihan bagi anda di minggu ini. Tapi, jika anda masih penasaran dengan film Cop Out ini tapi ragu untuk menontonnya, sebaiknya anda tunggu saja DVD dan juga VCD nya untuk anda sewa atau beli ketimbang anda ( bisa saja ) menyesal setelah menonton film ini. Akhir kata, selamat menonton.

Point :

Cerita = 4 / 10

Pemain = 4 / 10

Kriteria khusus :

Humor = 4 / 10

Unsur Hiburan

dan action = 4 /10

Total = 4 / 10

Copyright : Alexander ”Ajay” Dennis

Trailer :