Review
Tron : Legacy
Pemain :
- Jeff Bridges as Kevin Flynn dan Clu 2.0
- Garrett Hedlund as Sam Flynn
- Olivia Wilde as Quorra
- Bruce Boxleitner as Alan Bradley dan Tron
- Michael Sheen as Castor
- Daft Punk as MP3 Player
- Beau Garrett as Siren Jem
Sutradara : Joseph Kosinski
Rilis :
- 17 Desember 2010 ( Di bioskop Amerika dan Di bioskop Indonesia dalam format 2D, Disney Digital 3D, dan Real D )
Butuh waktu 25 tahun bagi studio Walt Disney untuk diyakinkan oleh banyak pihak agar bisa memberikan lampu hijau untuk membuat sekuel film Tron. Dan butuh waktu 3 tahun untuk masa persiapan produksi, produksi, editing, promosi, hingga akhirnya merilis film Tron : Legacy ke hadapan para penonton di seluruh dunia. Total butuh waktu 28 tahun bagi para Tron Fans dan Movie Freaks agar bisa menikmati film Tron : Legacy. Apakah pernantian panjang para Tron Fans dan Movie Freaks terbayar tuntas lewat film action adventure sci-fi 3D yang satu ini? Well, let’s see.
Film Tron : Legacy akan bersetting sekitar 20 tahun setelah kejadian di film Tron yang pertama. Kevin Flynn ( Bridges ) mendadak hilang dari muka bumi ini. Sang anak, Sam Flynn ( Hedlund ), akhirnya kehilangan sosok ayah, dan tumbuh menjadi anak pemuda yang dingin terhadap sosok sang ayah. Namun suatu ketika, teman Kevin, yaitu Alan Bradley ( Boxleitner ), memberitahukan kepada Sam bahwa dirinya dihubungi oleh Kevin dari dunia Grid, yaitu sebuah dunia yang berada di dalam komputer. Alan pun akhirnya memberikan petunjuk kepada Sam lokasi dimana dirinya bisa masuk ke dalam dunia Grid. Setelah Sam akhirnya ikut tersedot ke dunia Grid, dia akhirnya bertemu dengan sang ayah di dunia Grid. Namun, kini dunia Grid sudah berubah. Semua peraturan yang menjadi aturan keamanan di dunia Grid sudah dilanggar, sehingga akhirnya dunia Grid sudah menjadi dunia bebas yang liar dan juga tanpa peraturan. Lebih parahnya lagi, Kevin disekap oleh Clu ( juga diperankan oleh Jeff Bridges ), program yang dulunya diciptakan oleh sang ayah, agar bersama dirinya dan juga sebuah program yang setia melindungi Kevin bernama Tron ( juga diperankan oleh Bruce Boxleitner ), membangun dunia Tron agar menjadi dunia yang megah, indah, dan sempurna. Namun, akibat kehadiran tak terduga dari sebuah bentuk kehidupan baru bernama ISO, Clu menjadi marah karena dia diprogram untuk membuat sebuah dunia yang sempurna dan melihat bahwa ISO adalah bentuk makhluk hidup yang tak sempurna. Kecewa dengan respons Kevin yang lebih memilih untuk memelihara ISO agar menjadi makhluk yang lebih baik, Clu meradang dan mengkhianati Kevin, membunuh Tron, dan menghabisi bangsa ISO tersebut tanpa ampun. Clu juga menyadari bahwa Identity Disc milik Kevin juga bisa membuka portal antara dunia manusia dan Grid. Kevin yang menyadari hal berbahaya tersebut berhasil melarikan diri dan bersembunyi untuk sementara waktu hingga keadaan aman. Hingga akhirnya, Sam dan Kevin sama – sama terjebak dalam dunia Tron yang liar dan juga barbar. Mau tak mau, mereka harus bertualang di dunia Tron dan menghadapi siapa saja yang hendak menghalangi mereka keluar dari dunia Tron. Dibantu dengan program cantik, yaitu Quorra ( Wilde ), akhirnya ketiga orang ini harus berjuang untuk bertahan hidup, merubah dunia Tron agar menjadi dunia yang aman kembali, serta pulang kembali ke dunia manusia. Namun, Clu dan pasukan – pasukan jahatnya serta tangan kanan kepercayaannya yang bernama Rinzler, pastinya tidak akan begitu saja membiarkan Kevin dkk, sehingga terjadilah petualangan seru dan juga menegangkan di dunia Tron yang sudah berubah menjadi sebuah daerah layaknya dunia Wild West tersebut!
Secara mengejutkan, film Tron : Legacy yang plot dasarnya sebenarnya sederhana ini ( tentang seorang anak yang berusaha untuk mengeluarkan ayahnya dari dunia antah berantah ) justru bisa dikembangkan lebih jauh lagi dan memiliki makna atau pesan cerita yang sangat mendalam bagi para penontonnya, sehingga bisa menjadi bahan perenungan bagi diri kita. Beberapa pesan cerita seperti kasih sayang seorang ayah terhadap anaknya yang sudah yatim akibat ditinggal wafat ibunya yang tidak lekang oleh waktu, pemberontakan dan pengkhianatan makhluk ciptaan terhadap sang Pencipta ketika mereka menilai bahwa tindakan sang Pencipta tidak sesuai dengan keinginan mereka, pengampunan, serta pengorbanan adalah pesan cerita yang bisa dipetik dalam film ini. Akibat hal tersebut, bisa dikatakan, Tron merupakan salah satu film yang berhasil untuk mengembangkan sebuah cerita yang sederhana menjadi sebuah cerita penuh makna yang terasa pas, tidak melenceng, dan juga mampu membuat penontonnya pulang dengan senang dan tanpa tangan hampa, karena menerima sesuatu yang mampu untuk memberikan mereka bahan perenungan bagi diri mereka dan bisa membuat diri mereka menjadi lebih baik lagi untuk ke depannya. Tim penulis naskah yang terdiri dari Adam Horowitz, Edward Kitsis, Brian Klugman, dan Lee Sternthal berhasil untuk menggodok sebuah cerita berbobot bagi filmnya.
Secara teknologi 3D, lagi – lagi harus disayangkan, film Tron : Legacy memiliki hasil 3D yang tergolong biasa – biasa saja. Bisa dikatakan, Tron : Legacy memiliki kasus yang setali tiga uang dengan film Rapunzel alias Tangled tempo hari. Ya. Kembali, Disney menyuguhkan hasil 3D yang tergolong biasa saja, namun sangat memperhatikan detail warna, animasi, disain special effect, serta pencahayaan. 3D Tron di film ini sayangnya tidak dibuat interaktif dengan penonton. Namun, Disney membayarnya dengan cara lain, yaitu memberikan kepada penonton sebuah gambaran imajinasi sebuah dunia digital bernama Grid yang indah dan juga terkesan futuristik. Walaupun terkesan selalu gelap dan mendung, namun Grid memiliki lampu – lampu yang berkilau dan juga terkesan gemerlap layaknya kota metropolitan di malam hari. Tim Special effect yang menangani special effect bagian disain kota Grid tersebut kelihatannya mengerti betul bahwa disain lama Grid dari film Tron pertama sudah pasti tidak bisa dipergunakan lagi, sehingga mereka mempergunakan disain Grid yang baru dan lebih modern, spektakuler, dan dazzling. Dengan kemajuan teknologi saat ini, tentunya tidaklah sulit bagi mereka untuk mewujudkan impian tentang disain Grid yang lebih modern tersebut, dan terbukti, kerja keras mereka di film ini terbukti mampu memuaskan dahaga penonton akan disain Grid yang baru dan lebih modern. Selain itu, kemajuan teknologi special effect pun juga diterapkan pada pemberian efek wajah yang lebih muda pada aktor Jeff Bridges yang berperan sebagai tokoh antagonis utama, Clu. Tampilan wajah lebih muda 20 tahun pada wajah Bridges terlihat nyata dan juga bagus, sehingga penonton bisa membedakan tokoh Clu dan Kevin Flynn. Opening logo film ini ( logo Walt Disney Pictures ) dibuat super keren dan stunning ketika kita menontonnya secara 3D. Disain pakaian para penduduk Tron pun juga dibuat eye catching, modern, serta tentunya, shinny dengan warna biru laut yang mengkilat atau orange.
Namun, lagi – lagi, 3D di film ini tidak dibuat optimal dan interaktif. Padahal, jika mau dibuat lebih interaktif, hasilnya justru akan lebih baik lagi. Ambil contoh salah satu adegan ketika Sam dipaksa bertarung di Gladiatorial Arena, dimana ketika Sam memperhatikan salah satu pertandingan lawannya di arena yang lain, ada sebuah program yang terbunuh akibat lemparan Disc dari program lainnya, sehingga badan mereka menjadi pecah berantakan dan Disc lawannya tersebut terbang ke arah kita. Arena tempat bertarungnya adalah sebuah kaca yang bisa memantulkan Disc yang berterbangan dan jika Disc nya sampai mengenai kaca, maka akan ada efek retak yang tak lama kemudian akan kembali seperti semula. Nah, sayangnya, adegan “kematian” program tersebut tidak dibuat interaktif 3D nya. Semestinya, adegan serpihan – serpihan program yang tewas terlempar Disc tersebut mengarah ke penonton seakan penonton merasakan bagaimana rasanya jika dilempar serpihan kaca secara langsung ke arah mereka, serta tak lupa, efek retak kaca yang menjadi arena pertarungan tersebut pun ikut retak akibat terkena lemparan Disc, sehingga penonton bisa terkejut dengan lemparan tersebut dan merasakan bahwa Disc yang dilempar program tersebut mengenai mereka sehingga menyebabkan kaca mata mereka seakan – akan retak terkena lemparan Disc tersebut. Sepertinya Disney memang kurang tanggap dengan hal interaksi 3D yang ada pada setiap filmnya, sehingga sayangnya setiap film 3D yang mereka produksi, yang berpotensial untuk menghibur penontonnya serta mengajak mereka berinteraksi dengan filmnya, justru tidak dimaksimalkan potensinya, sehingga akhirnya film – film 3D produksi mereka menjadi sebuah film yang biasa – biasa saja.
Dari jajaran aktor, jelas, yang menjadi kunci utama film ini adalah aktor Jeff Bridges. Aktor berusia 61 tahun ini tampil prima walaupun harus memerankan 2 tokoh, yaitu Kevin Flynn dan Clu. Sebagai Kevin Flynn, Bridges memberikan karakter yang kebapak-an, dewasa, serta bijaksana dan juga sayang terhadap sang anak; sedangkan ketika memerankan tokoh Clu, Bridges memberikan karakterisasi tokoh yang keras, brutal, dan juga tanpa ampun terhadap siapa saja yang berusaha menghalangi jalannya. Aktor muda Garrett Hedlund pun juga bermain apik sebagai tokoh Sam yang aktif, cerdik, sayang kepada sang ayah, dan juga tidak mengenal kata menyerah dalam kamus hidupnya. Chemistry nya dengan sang ayah cukup padu, walaupun screentime mereka sebenarnya terhitung kurang banyak. Namun, mereka berdua terlihat efektif dalam memadukan karakter ayah dan anak yang sudah tidak bertemu sejak lama tersebut di tengah – tengah keterbatasan screentime yang ada. Olivia Wilde tampil menarik di film ini dengan potongan rambut pendek dan matanya yang tajam nan menawan, walaupun penampilannya sebagai Quorra terhitung biasa saja. Pemeran Alan, yaitu Bruce Boxleitner, tampil cukup menawan sebagai tokoh Alan yang solider terhadap sobatnya, yaitu Kevin Flynn, dan menjadi figur yang bisa dipercaya serta disayang oleh Sam Flynn dalam kehidupan nyata. Tak lupa, aktor asal Inggris yang selalu berperan sebagai tokoh antagonis atau tokoh super menyebalkan dalam setiap filmnya, yaitu Michael Sheen, kembali bermain meyakinkan sebagai tokoh super menyebalkan bernama Castor. Lalu, bagaimana dengan duo pemusik DaftPunk? Yah, mereka bermain seadanya saja sebagai MP3 Player karena memang porsi peran yang diberikan kepada mereka hanya sebatas itu saja. Tak lebih dan tak kurang.
Daftpunk yang juga bertindak sebagai composer yang menangani musik yang ada pada film ini justru tampil brilliant dalam mengkomposisi aransemen lagu yang ada pada film ini. Duo pemusik asal Prancis ini secara mengejutkan mampu untuk membuat original score yang hebat, futuristik, dan pas untuk film Tron ini. Dengan menggabungkan musik elektronik dan juga orchestra pada film ini, hasilnya justru menarik dan juga sangat pas. Kerja keras DaftPunk dan composer Joseph Trapanese untuk meramu musik – musik yang ada film ini selama 2 tahun terbayar lunas dengan hasil yang memuaskan. Bisa dikatakan, hasil original scorenya setara dengan original score Inception : Sama – sama menggabungkan musik orchestra dengan musik elektronik, serta sama – sama mengagumkan hasil akhirnya!
Overall, film Tron : Legacy adalah sebuah film yang sayang untuk dilewatkan bagitu saja. Anda yang belum pernah menonton film Tron pertamanya tak usah khawatir. Film ini bisa ditonton sebelum anda menonton film pertamanya. Sutradara Joseph Kosinski berusaha keras untuk membuat filmnya agar bisa dinikmati juga oleh para penonton yang belum sempat untuk menyaksikan film pertamanya, dan hasilnya cukup baik. Memang lagi – lagi Disney membuat film 3D yang kurang interaktif dengan penontonnya, namun kembali hal itu bisa dialihkan lewat detail warna, animasi, disain special effect, serta pencahayaan yang baik. Dukungan musik yang menawan dan penampilan aktor aktrisnya yang cukup baik juga menjadi point plus lain film ini. Dan tentunya, kekuatan pesan cerita yang baik adalah point plus – plus yang ditawarkan film ini. Adegan actionnya juga cukup menghibur lewat adegan pertarungan Disc Wars, Lightcycle Race, hingga Lightjet Wars. Sebagai salah satu film penutup tahun 2010, Tron : Legacy adalah film yang solid hampir di semua sektor, kecuali interaksi 3D nya. Jika saja film ini memiliki interaksi 3D yang mantap juga, maka nilai solid 8 hingga 9 pasti akan menjadi milik film ini. Disney harus hati – hati. Jika dia melakukan hal ini terus – terusan, bukan tidak mungkin penonton akan lebih memilih untuk menonton film 2D nya ketimbang 3D nya di kemudian hari. So, bagi anda yang sedang mencari film menghibur namun memiliki pesan cerita yang berbobot, atau anda seorang Tron Fans sejati, atau penggemar berat film – film action adventure sci-fi, maka Tron : Legacy adalah jawabannya. Akhir kata, selamat menonton.
Point :
Cerita = 7 / 10
Pemeran = 7 / 10
Kriteria khusus :
Unsur Hiburan = 7 /10
Interaksi 3D = 5 /10
Bobot
dan Pesan Cerita = 9 /10
Warna, Animasi,
Gambar,
dan Pencahayaan = 9 /10
Musik = 8 /10
Total = 7,5 / 10
Copyright : Alexander “Ajay” Dennis