Jumat, 26 Maret 2010

Review How to Train Your Dragon


Review

How to Train Your Dragon (DreamWorks Animation_2010 )

Pemain : Jay Baruchel as Hiccup

Gerard Butler as Stoick
America Ferrera as Astrid
Craig Ferguson as Gobber
Jonah Hill as Snotlout

Sutradara : Chris Sanders dan Dean Deblois

Rilis =

  • 26 Maret 2010 ( Amerika )
  • 20 Maret 2010 ( Main di Bioskop Indonesia, khusus untuk format 3D dan Real 3D )
  • 24 Maret 2010 ( Main di Bioskop Indonesia untuk format 2D )

Setelah minggu lalu, saya telah mempreview film ini, maka pada kesempatan kali ini, saya akan me-review film How to Train Your Dragon ini. Apakah kekhawatiran saya terhadap kualitas film ini, seperti yang sudah saya sebutkan lewat preview saya minggu lalu, terbukti benar? Well, kita lihat saja review film ini.

Sebelum masuk ke pokok pembahasannya, ada baiknya kita lihat terlebih dahulu cerita film ini. Kisah film ini bersetting pada masa bangsa Viking masih ada di dunia ini. Seorang remaja Viking bernama Hiccup (Jay Baruchel) tinggal di pulau Berg, di mana memerangi naga adalah kegiatan sehari-hari penududuk pulau tersebut. Pemuda pintar dan humoris ini diragukan kemampuannya oleh kepala suku sekaligus ayahnya, Stoick the Vast (Gerard Butler) agar bisa menjadi seorang dragon slayer ( pembunuh naga ) handal bagi pulau Berg. Tak cuma itu, Hiccup pun bahkan tidak begitu disukai oleh teman – teman sebayanya akibat perilakunya yang dianggap lemah dan tidak ideal untuk membunuh naga kecil sekalipun. Meskipun demikian, Hiccup tetap diikutsertakan dalam Pelatihan Pemusnahan Naga bersama pemuda lainnya dan dari sinilah ia dapat membuktikan bahwa ia siap menjadi seorang petarung, walaupun dengan cara yang berbeda dan juga lebih menggunakan serta mengandalkan otak ketimbang otot seperti anak – anak seusianya. Hiccup berhasil menangkap seekor naga dengan bola yang diikat tali tambang yang ditembakan dari meriam batu hasil modifikasnya sendiri. Merasa tidak tega dengan naga hasil tangkapannya yang terlhat lucu itu, Hiccup pun memilih untuk melepaskan tali yang mengikat kaki sang naga. Lewat peristiwa itulah, Hiccup akhirnya berkawan dengan naga tersebut dan dia menamai naga hitam lucu tersebut dengan nama Toothless (Tak Bergigi). Tanpa disangka, Toothless ternyata jenis naga Night Fury yang dikenal paling ganas, berbahaya, dan juga langka. Walaupun begitu, Hiccup dan Toothless pun tetap berkawan seperti biasanya dan apa adanya. Lambat laun, hubungan batin antara sang naga dan majikannya tersebut pun semakin erat, sehingga mereka tidak bisa dipisahkan begitu saja. Tapi, penduduk Pulau Berg yang notabene merupakan bangsa Viking yang benci dengan naga inipun akhirnya menentang hubungan pertemanan antara Toothless dan Hiccup. Hiccup berusaha untuk meyakinkan sukunya bahwa mereka tidak perlu memusuhi naga, tapi kelihatannya pernyataan Hiccup tidak didengar oleh penduduk Pulau Berg. Lalu bagaimana nasib Toothless di tangan penduduk Pulau Berg? Apakah Hiccup berhasil menyadarkan penduduk Pulau Berg agar mau bersahabat dengan naga? Di tengah – tengah konflik yang sedang terjadi di pulau kecil tersebut, serangan naga – naga jenis lain yang tidak kalah ganas dengan naga yang selama ini menyerang Pulau Berg pun mulai mengancam keselamatan penduduk Pulau Berg.

Film ini justru secara mengejutkan bisa saya katakan berhasil dalam berbagai hal. Mulai dari segi bobot cerita, pesan yang ingin disampaikan ke penonton, hubungan emosional antar tokoh dengan para penonton, original score, dan juga tentunya, teknik 3D nya yang bukan sembarang bikin. Dari segi cerita, film ini ternyata berhasil memutar balikkan kecemasan saya. Tadinya saya sempat cemas dengan bobot cerita film ini, terhadap penggarapan DreamWorks Animation dalam hal cerita, karena biasanya, DreamWorks Animation menggarap film – filmnya dengan kemasan menghibur saja, tanpa memperhatikan bobot cerita. Tapi ternyata, DreamWorks Animation membuat kejutan manis lewat film ini. Film ini justru memiliki bobot cerita yang baik dan juga dalam. Kelihatannya DreamWorks Animation sudah belajar lewat pengalaman, bahwa untuk membuat film kartun, film tersebut tidak hanya harus menghibur, tapi juga memiliki pesan cerita yang kuat dan juga berbobot, agar anak – anak bisa mendapatkan suatu pembelajaran bagi diri dan kepribadian mereka. Kali ini, lewat film How to Train Your Dragon, DreamWorks Animation bekerja keras di sector ini dan hasilnya sungguh memuaskan. Film ini memiliki nilai cerita dan pesan moral yang tak hanya berguna bagi anak – anak, tapi juga menyentil orang tua. Film ini mengajarkan kepada kita bahwa semua permasalahan bisa dipecahkan dengan banyak cara serta bisa dilihat dari sudut pandang yang berbeda pula, sehingga tidak selalu harus diselesaikan dengan jalan kekerasan. Selain itu, anak – anak juga diajarkan tentang arti persahabatan yang tulus dengan sesama. Kita bisa lihat di film ini, persahabatan yang terjadi antara Toothless dengan Hiccup, dimana awalnya mereka terlihat canggung untuk bersahabat satu sama lain, tapi akhirnya kecanggungan itu mencair dan mereka bisa bersahabat dengan baik, bahkan persahabatan mereka-pun sampai ke lubuk hati yang paling dalam, dimana Toothless bisa merasakan Hiccup yang berada dalam bahaya dan begitu juga sebaliknya; atau juga adegan dimana Hiccup bisa bersahabat dengan naga – naga lainnya yang terlihat ganas, tapi mereka sebenarnya bisa bersahabat baik dengan manusia. Selain itu, pesan moral lainnya adalah janganlah mudah menyerah terhadap satu hal yang kita yakini bisa kita lakukan dengan baik. Bagi orang tua, How to Train Your Dragon juga menyentil kalangan orang tua lewat sebuah pesan, bahwa orang tua harus mendengarkan apa yang diinginkan si anak, apa yang menjadi kehendak sang anak. Tak harus selalu menuruti apa keinginan si anak, tapi minimal, orang tua harus belajar untuk mendengarkan apa yang menjadi keinginan si anak dan berkompromi dengannya, ketimbang memaksakan sesuatu yang tidak disukai si anak. Pesan ini tercermin dalam adegan dimana tokoh sang ayah, Stoick, tidak mau mendengarkan keinginan Hiccup, sang anak, sampai – sampai sang anak pun berkata, ”Apakah ayah tidak bisa mendengarkan keinginanku walaupun Cuma sekali ini saja?”. Kalimat ini begitu mengena dan menusuk sebenarnya, bahkan kitapun sebagai penonton pun bisa merasakan kepedihan Hiccup. Hebatnya, dalam film ini, DreamWorks Animation berhasil untuk mengaduk – aduk emosi penonton lewat berbagai adegan yang indah, mengharukan, ironis, dan juga seru. Hal ini saya ras tidak lepas dari duo sutradaranya yang merupakan jebolan Disney, sehingga bisa membuat film animasi berkualitas bagus.

Adegan – adegan yang mengaduk – aduk emosi penonton tersebut hebatnya juga didukung oleh musik latar belakang ( background music atau kadang sering disebut juga dengan original score ) gubahan John Powell. Original Score nya benar – benar OK dan berhasil mengaduk – aduk emosi penonton. Ada yang original score nya sedih, gembira, menyentuh, seru, sampai original score untuk suku Vikingnya pun juga benar – benar kentara sekali dengan sifat suku Viking yang pemberani dan tak kenal takut.

Untuk pengisi suara, semua berhasil menjalankan tugasnya masing – masing dengan baik. Khusus untuk Jay Baruchel sebagai Hiccup yang kikuk tapi baik hati dan juga sedikit pemberani, berhasil dibawakan dengan baik oleh Jay, dan tak ketinggalan, pengisi suara sang kepala suku Viking, Stoick, yang dibawakan oleh aktor tampan berotot Gerard Butler, juga saya nilai berhasil mengisi suara sang kepala suku yang sangat pemberani tapi tidak percaya dengan kemampuan sang anak. Suaranya yang berat, khas, dan berwibawa tapi bisa juga kikuk ketika berbicara dengan sang anak, membuatnya dirasa pas untuk menghidupkan karakter Stoick, walaupun saya pribadi pun masih belum bisa melepaskan bayang - bayang tokoh Leonidas yang juga diperankan oleh Gerard Butler dalam film 300 ketika mendengar suara Stoick. He3. XD.

Untuk sektor animasi 3D, film ini saya nilai sebagai film dengan teknik animasi 3D terbaik dan menawarkan satu konsep animasi 3D yang beda dari yang lain. Gambar – gambar yang ada dalam film ini begitu menawan, indah, hidup, dan juga lucu. Disain animasi untuk naga – naga yang ada pun juga lucu – lucu dan terlihat unik, walaupun ada juga beberapa naga yang memiliki disain seram, tapi lucu. Keunikan dalam animasi 3D film ini adalah DreamWorks Animation menawarkan satu konsep unik untuk adegan – adegan terbang. Seperti yang anda tahu, film ini menceritakan tentang naga terbang dan DreamWorks Animation berusaha untuk menempatkan posisi kamera tepat dibelakang sang naga ketika sedang terbang, sehingga penonton pun bisa merasakan seakan – akan mereka juga sedang terbang bersama Toothless atau naga – naga lainnya. Tak Cuma itu, kerja keras DreamWorks Animation dalam menampilkan adegan – adegan naga yang beterbangan sepanjang film pun terbilang sangat berhasil karena DreamWorks Animation berhasil untuk menampilkan adegan – adegan terbang yang indah, seru, stylish dan pastinya, penonton bisa merasakan bagaimana rasanya terbang bersama naga. Acungan 4 jempol bagi tim animasi DreamWorks Animation dalam film How to Train Your Dragon ini.

Kekurangan film ini saya catat hanya kekurang – kekurangan minor saja. Misalnya, adegan ending film ini. Sebenarnya, film ini memiliki kejutan yang sangat menyentuh di sector ending. Sayangnya, DreamWorks Animation kurang menambah panjang durasi untuk adegan menyentuh tersebut, sehingga terkesan agak kurang saja bagi saya. Lalu, misalnya dari segi sector pengisi suara, ada yang aneh. Masa suara Stoick, ayah Hiccup, beraksen Scotlandia, sedangkan anaknya tidak memiliki aksen tersebut. He3. XD. Tapi yah oke lah. Film ini hanya memiliki kekurangan – kekurangan minor saja yang sebenarnya bagi orang awam dan juga saya, tidak terlalu mempermasalahkan kekurangan tersebut karena tertutup oleh bagusnya kualitas film ini di berbagai sector.

Overall, inilah film hasil karya DreamWorks Animation yang terbaik sampai saat ini. Filmnya begitu berbobot, sarat makna dan pesan, didukung oleh pengisi – pengisi suara jempolan serta original score yang bagus serta memiliki teknik 3D yang luar biasa bagus untuk kategori film animasi 3D dan tentunya, menghibur semua kalangan yang menyaksikan filmnya. Hati – Hati Disney / Pixar, lewat film ini, DreamWorks Animation mengumandangkan perang terbuka dalam hal animasi terbaik, mungkin bisa menjadi animasi terbaik untuk Oscar 2011 mendatang? Kita lihat saja nanti. Yang pasti, film ini menurut saya sudah mengantongi persayaratan sebagai calon pemenang animasi terbaik untuk Oscar tahun depan lewat keunggulan di banyak aspek. So, bagi anda yang ingin menonton film kartun sarat makna serta menghibur, film ini wajib anda tonton dan tentunya, 3D untuk film ini merupakan 3D terbaik untuk kategori film kartun dan sebanding dengan harga mahal yang anda keluarkan untuk menonton 3D film ini, plus, ada Teks terjemahan bahasa Indonesianya juga lho film ini, jadi anda tidak perlu ragu untuk mengajak anak anda menonton film kartun 3D. So, jangan ragu untuk mengajak anak anda atau pacar anda atau teman – teman anda untuk menonton film animasi terbaik saat ini ( mungkin menjadi yang terbaik untuk tahun ini ). Akhir kata, selamat menonton.

Point :

Cerita = 8 / 10

Pengisi Suara = 9 / 10

Kriteria khusus :

Original Score = 9 / 10

Special Efek = 9 / 10

Unsur Hiburan,

Isi pesan cerita

dan bobot cerita = 9 /10

Total = 9 / 10

Copyright : Alexander ”Ajay” Dennis

Tidak ada komentar:

Posting Komentar