Review
Wall Street : Money Never Sleeps ( a.k.a Wall Street 2 ) ( Columbia Pictures_2010 )
Pemain :
- Michael Douglas as Gordon Gekko
- Shia LaBeouf as Jacob "Jake" Moore
- Josh Brolin as Bretton James
- Carey Mulligan as Winnie Gekko
- Frank Langella as Lewis Zabel
Sutradara : Oliver Stone
Rilis =
- 24 September 2010 ( Amerika Serikat )
- 1 Oktober 2010 ( Main di Bioskop Indonesia )
“Greed is Good”. Yap. Anda yang familiar dengan film – film tahun 1980-an, pasti mengenal qute terkenal dari film Wall Street tersebut. Ya. Tokoh Gordon Gekko yang diperankan oleh Michael Douglas-lah yang mempopulerkan ucapan sakti mandraguna tersebut, dan tetap populer hingga sekarang. Lewat tokoh Gordon Gekko pula, Douglas meraih piala Oscar pertamanya. Permainan Douglas yang sangat berkharisma sebagai tokoh Gordon Gekko yang licik dan juga pintar dalam adu strategi mengenai permainan manipulasi keuangan mampu membuat juri – juri Oscar jatuh hati dengan akting Douglas dan tak ragu menghadiahinya sebuah Piala Oscar sebagai The Best Actor pada tahun 1987 silam. Karakter Gekko pun bukan hanya menjadi favorit kalangan kritikus dan juri Oscar saja, namun juga banyak warga Amerika yang sangat mengidolakan sosok investor ambisius tersebut. Lewat film Wall Street pula, sutradara Oliver Stone semakin mengukuhkan dirinya sebagai sutradara pintar dan juga berbakat untuk mengangkat isu – isu sensitif yang ada di Amerika. Aktor muda saat itu, Charlie Sheen pun juga angkat nama lewat film ini dan membuatnya menjadi seorang aktor yang sangat diperhitungkan saat itu. Namun, tidak semua pemain di film ini bersinar. Aktris Daryl Hannah pun justru dicaci maki oleh para kritikus akibat aktingnya yang buruk di film tersebut, serta dengan sukses menggondol piala Razie Award sebagai Worst Supporting Actress tahun itu. Kini, 23 tahun berselang sejak film Wall Street pertama beredar, maka muncul sekuelnya yang berjudul Wall Street : Money Never Sleeps atau sering disebut juga dengan Wall Street 2. Sutradara Oliver Stone kembali duduk di kursi sutradara untuk mengarahkan film ini, setelah 23 tahun yang lalu dia mengarahkan film Wall Street yang pertama. Dengan dukungan Michael Douglas, serta aktor muda Shia LaBouf serta aktris muda Carrey Muligan dan aktor watak Josh Brolin, penonton pastinya bertanya – tanya tentang film ini : “Is Greed Still Good?”
Sebelum masuk ke penilaian, mari kita lihat dulu sinopsis filmnya. Ceritanya bersetting 21 tahun setelah film Wall Street pertama berakhir. Gordon Gekko ( Douglas ) baru menghirup udara segar setelah menjalani hukuman di penjara selama 8 tahun akibat kasus korupsi dan kasus – kasus kriminal keuangan lainnya yang dilakukan olehnya tempo dulu. Gordon sempat memperingatkan masyarakat Amerika tentang kemungkinan jatuhnya perekonomian Amerika dalam waktu dekat namun hal itu sayangnya tidak disadari oleh siapapun. Perkiraan Gordon ternyata terbukti tepat dan perekonomian Amerika pun anjlok pada tahun 2008 silam. Gordon kali ini berusaha untuk menembus kembali rimba Wall Street yang menjadi favoritnya dengan tujuan untuk mendapatkan kembali kejayaannya di pasar saham terkenal di Amerika tersebut. Namun, hal tersebut bukanlah pekerjaan yang mudah akibat terjadinya berbagai perubahan dan juga hal teknis mengenai perekonomian Amerika. Namun, bukan Gordon Gekko namanya jika tidak bisa beradaptasi dengan keadaan lingkungan sekitar dengan cepat. Suatu ketika, seorang pialang saham muda berbakat bernama Jacob “Jake” Moore ( LaBeouf ) bertemu dengan Gordon dan mengatakan bahwa dia berpacaran dengan putri Gordon, Winnie Gekko ( Muligan ). Gordon berencana untuk memperbaiki hubungan serta berusaha untuk mendapatkan permintaan maaf dari sang anak semata wayangnya tersebut. Jake pun ternyata memiliki tujuan tersendiri mengenai hubungannya dengan Gordon. Jake berupaya untuk membongkar kasus pembunuhan mentor Wall Street yang dihormatinya, Lewis Zabel ( Langella ). Jake sebenarnya menaruh kecurigaan terhadap seorang CEO dari perusahaan Churchill Schwartz bernama Bretton James ( Brolin ). Namun dia tidak memiliki cukup bukti untuk menyeret Bretton ke meja hijau. Jake mengetahui sepak terjang Gordon di Wall Street tempo dulu serta mengetahui bahwa Bretton ternyata memiliki hubungan yang pahit dengan Gordon 23 tahun silam. Jake meminta Gordon untuk membantu dirinya menyeret Bretton ke meja hijau sebagai bentuk balas dendam terhadap kematian mentornya, Lewis Zabel. Akhirnya, dimulailah permainan strategi Gordon dan juga Jake untuk mencapai tujuan mereka masing – masing : Gordon berusaha menjalin hubungan baik kembali dengan Winnie; Jake berusaha untuk menyeret Bretton ke meja hijau. Penuh intrik, strategi, kejutan, dan juga tipu daya yang menarik untuk disaksikan dalam film ini.
Sebagai sebuah film, film Wall Street 2 justru tidak kalah dengan pendahulunya. Cerita yang solid dan tidak menjemukan, banyaknya intrik politik dan ekonomi yang seru dan juga adu strategi yang terjadi dalam film ini, drama yang kuat, permainan aktor dan aktrisnya yang matang, serta kejutan – kejutan yang ada dalam film ini membuat film ini kuat dalam hal cerita dan juga eksekusi cerita sehingga film berdurasi 2,5 jam ini terasa enak untuk diikuti. Film ini secara cerdik juga mengambil setting waktu yang pas, yaitu pada saat kejatuhan perekonomian Amerika pada tahun 2008 silam. Disinilah kelihaian seorang Oliver Stone dalam mengolah cerita sebuah film yang diangkat berdasarkan isu sensitif yang terjadi di negaranya. Secara cerdik, sang sutradara berusia 64 tahun ini mengemasnya menjadi sebuah film dengan cerita yang enak untuk diikuti serta mampu memancing rasa kepenasaran penonton akibat setting waktu kejadiannya yang terbilang up-to-date dan pas. Stone berhasil menggambarkan secara jelas bagaimana proses terjadinya kejatuhan perekonomian Amerika, terjadinya ketegangan di meja perkumpulan para pemilik perusahaan dan juga investor yang berpengaruh pada perekonomian Amerika, serta efek kejatuhan perekonomian Amerika tersebut bagi masyarakat Amerika. Hebatnya, Stone mampu mengolah hal – hal tersebut dengan ringan serta mampu membuat penonton merasakan atmosfer ketegangan yang ada pada film ini. Misalnya ketika terjadi ketegangan selama rapat direksi berlangsung demi pemulihan perusahaan Keller Zabel dan juga ketika perekonomian Amerika jatuh, Stone berhasil memberikan sebuah atmosfer stress tingkat tinggi serta adu argumen yang terjadi pada saat board meeting tersebut ke hadapan penonton. Selain itu, penonton pun juga bisa melihat proses terjadinya kehancuran perekonomian Amerika secara jelas dan juga nyata. Riset dan juga diskusi yang dilakukan oleh Stone terhadap ketiga orang yang ahli dalam hal seluk beluk perekonomian Amerika, yaitu Samuel D. Waksal, Nouriel Roubini, dan Jim Chanos, terbukti ampuh untuk memberikan kesan nyata kepada penonton terhadap kejatuhan perekonomian Amerika tahun 2008. Ditambah dengan kehadiran penulis naskah Allan Loeb yang juga merupakan seorang licensed stock broker dalam dunia nyata, membuat cerita di film ini semakin solid dan juga nyata bagi para penontonnya.
Point penting keberhasilan film ini juga terletak pada semua pemain kunci di film ini yang bermain luar biasa bagus. Shia LaBouf yang biasanya bermain sebagai pemuda culun atau pemuda jagoan dalam setiap filmnya, kali ini tampil cukup matang sebagai pialang saham muda idealis sekaligus salah seorang pendiri sebuah perusahaan penelitian yang memakai konsep green energy bernama Jacob “Jake” Moore. Bagaimana cara dia mempresentasikan portofolio perusahaan miliknya kepada para investor China agar mau menanamkan modalnya, etika bisnis yang dipelajarinya lewat sang mentor, dan hubungan baik dengan sang mentor seperti layaknya ayah dengan anak membuat kita bisa melihat, bahwa LaBeouf bermain matang dan dewasa dalam film ini. Michael Douglas tak perlu diragukan lagi, memang dia adalah nyawa dari Gordon Gekko, seorang pialang saham dan juga investor yang dihukum penjara selama 8 tahun dan berusaha untuk mendapatkan pengampunan dosa dari putrinya Winnie Gekko. Douglas tetap memainkan karakter Gordon dengan apik. Disini, kita melihat sosok Gordon yang berusaha untuk mengembalikan hubungan baiknya dengan putri satu – satunya, namun tetap dengan karakter asli Gordon 23 tahun silam : tenang, penuh perhitungan, licik, dan tidak pernah bisa diduga oleh siapapun. Chemistry Gordon dan Jake di film ini dirasa pas dan juga cukup baik, layaknya film Wall Street 23 silam. Seperti yang sudah disebutkan diatas, akibat permainan Douglas yang apik dan juga LaBeouf yang matang, membuat hubungan kedua aktor beda generasi ini sangat enak untuk diikuti dan juga seperti layaknya hubungan antara mentor dengan junior yang akrab dan saling membantu satu sama lain. Carey Muligan bermain bagus sebagai putri Gordon satu – satunya, Winnie Gekko, yang sangat membenci sang ayah, namun di dalam hatinya, masih memiliki rasa untuk memaafkan dosa – dosa yang pernah dibuat sang ayah. Chemistry Muligan dengan dengan LaBouf di film ini terasa serasi, romantis, dan juga pas, di luar kenyataan bahwa mereka memang pacaran di dunia nyata ( LaBouf dikabarkan mengalami cinlok alias CINta LOKasi dengan Muligan pada saat berperan dalam film ini ). Dan, aktor Josh Brolin dalam film ini juga berhasil bermain meyakinkan sebagai Bretton James, sosok CEO yang ambisius, namun juga kejam dan juga pintar serta penuh dengan dendam dan rela untuk menghancurkan siapapun yang pernah menyakiti dirinya atau yang menghalangi jalannya mencapai kesuksesan. Mimik mukanya yang keras, tegas, serta terkesan tanpa ampun membuatnya tampil meyakinkan sebagai tokoh Bretton James. Keempat aktor dan aktris utama ini bisa saling berinteraksi dengan meyakinkan satu sama lain dan terkesan klop ketika bertemu dalam satu layar. Penonton pun bisa merasakan interaksi yang hidup antara keempat aktor dan aktris utama ini. Misalnya ketika adegan Bretton bertemu muka dengan Gordon dan tensi memanas diantara kedua orang investor handal di Wall Street 23 tahun silam. Disini penonton bisa merasakan tensi ketegangan serta kesinisan dua orang yang sangat berpengaruh dalam perekonomian Amerika tersebut. Atau ketika adegan Gordon bertemu dengan putrinya lagi, Winnie, sehingga penonton bisa merasakan masih adanya rasa untuk saling menyayangi serta saling memaafkan satu sama lain. Chemsitry keempat aktor dan aktris utama inilah yang menjadi penonton nyaman untuk menonton film ini. Di sisi lain, kehadiran sekilas aktor pendukung Charlie Sheen sebagai Bud Fox ( tokoh utama dalam film Wall Street pertama yang menjebloskan Gordon ke dalam penjara ) dalam film ini terasa menyegarkan suasana dan juga mengingatkan kita kepada chemistry kedua tokoh yang pernah saling menjalin kerjasama namun akhirnya saling menghancurkan ini. Penonton bisa melihat bagaimana mereka berdua sangat kikuk serta saling sirik di film Wall Street 2 ini dan hal tersebut terasa cukup mengena di hati penonton, walaupun hanya berdurasi sekitar 2 menit. Namun, hal inilah yang ditunggu oleh penonton dan terbukti, scene 2 menit ini ampuh untuk mengingatkan nostalgia penonton terhadap film Wall Street pertama serta mampu menjawab rasa kepenasaran penonton terhadap pertemuan kedua tokoh tersebut.
Walaupun film Wall Street 2 ini memiliki banyak point plus seperti yang disebut diatas, film ini sebenarnya memiliki sebuah halangan terbesar yang berpotensi membuat penonton enggan untuk menyaksikannya. Hal tersebut adalah tema cerita filmnya yang mungkin bagi sebagian orang tidak menarik untuk disaksikan. Memang harus diakui, filmnya memiliki tema cerita berbobot yang penuh dengan intrik politik ekonomi, alur cerita yang cenderung lambat, adu cerdik dan tipu daya, serta unsur drama yang kental dan juga durasi yang panjang, yaitu 2,5 jam. Hal – hal seperti inilah yang mampu membuat penonton rela untuk berpikir berulang kali untuk mau menyaksikan film ini di bioskop, apalagi jika memang mereka yang hanya mencari sebuah film untuk hiburan semata. Pastinya, bisa dikatakan segmentasi penonton dengan tema cerita seperti ini terhitung terbatas dan tidak semua orang bisa menikmati film dengan cerita seperti ini.
Overall, film Wall Street 2 adalah film yang bagus dan juga berbobot. Jika mau dibandingkan dengan film Wall Street pertamanya, film Wall Street 2 terhitung sebagai sebuah film sekuel yang masih bisa mengimbangi film Wall Street pertamanya, bahkan, jika mau ditilik lebih jauh, film Wall Street 2 ini terhitung sedikit lebih baik akibat permainan semua aktor dan aktris utamanya yang bermain bagus dan total, tidak seperti film Wall Street pertama, dimana aktris Daryl Hannah bermain mengecewakan sebagai kekasih tokoh Gordon dan juga Bud Fox. Namun, di sisi lain, film dengan tema cerita seperti Wall Street adalah film yang memang memiliki segmentasi penonton yang terbatas. Harus diakui, bahwa film – film karya Oliver Stone adalah film – film yang mengangkat isu sosial yang terjadi di Amerika dan juga cenderung memiliki bobot cerita berat dan juga alur cerita yang tergolong berjalan lambat. Walaupun film – filmnya sebenarnya memiliki pesan sosial yang cukup menyinggung pemerintah Amerika sendiri dan bisa menjadi bahan perenungan bagi kita semua, dan juga Stone mampu mengemas setiap film produksinya menjadi sebuah film yang terasa ringan dan nyata ke hadapan penonton mengenai isu – isu sosial tersebut, namun tetap saja, genre film seperti ini adalah genre film yang akan dijauhi oleh penonton yang hanya ingin mencari hiburan semata untuk menonton film di bioskop. So, pilihan ada di tangan anda, apakah anda mau untuk menyaksikan film berbobot ini, atau justru meninggalkan film ini. Satu saran saya, anda sebaiknya menonton film Wall Street pertama, karena kedua film ini saling berhubungan, dan juga supaya anda terbiasa untuk menyaksikan alur film Wall Street ini. Lalu, jawaban untuk pertanyaan diatas : “Is Greed still Good?”, maka jawabannya adalah, “Yes It Is”. Wakakak. XD. Akhir kata, selamat menonton.
Point :
Cerita = 7 / 10
Pemain = 8 / 10
Kriteria khusus :
Bobot Cerita = 7 / 10
Pesan Cerita = 7 / 10
Unsur Hiburan = 6 /10
Total = 7 / 10
Copyright : Alexander ”Ajay” Dennis
Trailer 1:
Trailer 2:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar