Rabu, 26 Mei 2010

Preview The Losers


Preview

The Losers ( Warner Bros Pictures_2010 )

Pemain :

Sutradara : Sylvain White

Tanggal Rilis :

  • 23 April 2010 ( Amerika )
  • 27 Mei 2010 ( Di Bioskop – Bioskop Indonesia )

T

he Losers adalah film yang merupakan adaptasi dari komik berjudul sama yang dikeluarkan oleh Vertigo, anak perusahaan DC Comics yang terkenal berkat komik – komik hitnya seperti Batman, Superman, dan lain – lain. Sebelumnya, pada tahun 1970, DC Comics pernah menerbitkan komik yang berjudul sama dan berkisah tentang sekelompok tentara elite Amerika yang ditugaskan ke berbagai misi selama masa Perang Dunia II dan juga Perang Vietnam. Kreator komik The Losers Versi baru, Andy Diggle, mengaku belum pernah sekalipun membaca komik The Losers versi lawas, tapi dia memang mengakui bahwa dia terinspirasi dengan komik tersebut setelah membaca garis besar ceritanya via website. Komik yang ilustrasinya digambar oleh Jock ini cukup laku di pasaran dan cukup mendapat tempat di hati para pecinta komik.

Kesuksesan komiknya diikuti dengan berita bahwa komik tersebut akan diangkat ke layar lebar oleh Warner Bros Pictures pada tahun 2007 silam. Naskah film ini ditangani oleh Peter Berg dan juga James Vanderbilt serta akan memakai Tim Story sebagai sutradara filmnya. Namun pada bulan Oktober tahun 2008, majalah Variety memberitakan bahwa Sylvain White mengambil alih kursi sutradara dari tangan Tim Story. Selain itu, Warner Bros pun dibantu oleh Dark Castle Entertainment dalam urusan pendanaan film ini. Sang sutradara, Sylvain white, menjelaskan bahwa cerita dari film The Losers ini merupakan gabungan dari volume 1 dan 2 komik The Losers, yaitu “Ante Up” dan “Double Down”. Para penulis naskah dan sang sutradara memutuskan untuk mengambil inti – inti cerita komik volume 1 dan 2 untuk dijadikan cerita film The Losers ini. Penjelasan – penjelasan lain yang tertinggal pada komik 1 dan 2 serta volume lainnya akan diceritakan nanti lewat sekuelnya, jika film The Losers yang pertama ini sukses secara pendapatan di Box Office.

Untuk pemilihan aktor dan aktris utamanya, muncullah nama Jeffrey Dean Morgan, yang tempo hari sukses berperan sebagai The Comedian di film superhero terpuji tahun 2009 berjudul Watchmen, untuk mengisi peran utama di film The Losers ini. Morgan ditunjuk untuk berperan sebagai Lt. Col. Franklin Clay, pemimpin tim The Losers. Selain itu, muncullah nama – nama lain seperti Columbus Short yang akan berperan sebagai Sgt. Linwood 'Pooch' Porteous, Idris Elba sebagai Cpt. William Roque, Chris Evans sebagai Cpl. Jake Jensen, Óscar Jaenada sebagai Sgt. Carlos 'Cougar' Alvarez, dan Zoe Saldana sebagai Aisha. Untuk tokoh antagonis, White agak kesulitan untuk menentukannya. Barulah pada Agusutus 2009, Jason Patric resmi dikontrak dan diumumkan sebagai Max, tokoh antagonis utama film The Losers ini.

Syuting pun berjalan lancar dimulai pada bulan Juli 2009 dengan kebanyakan mengambil lokasi syuting di Miami, Florida dan Puerto Rico. Untuk jadwal edar, film ini awalnya mematok tanggal 9 April 2010. Namun, akhirnya jadwal rilis film ini dimundurkan menjadi 4 Juni 2010, mengisi jadwal rilis parade Summer Movies 2010 dengan harapan akan mendulang laba yang selangit. Tapi, karena sudah banyak film yang mengisi slot rilis pada tanggal 4 Juni 2010 tersebut ( ada Marmaduke, Splice, Killers, dan Get Him to the Greek ), maka film ini akhirnya menetapkan tanggal 23 April 2010 sebagai tanggal rilis resmi film ini, dengan harapan mencuri start parade Summer Movies 2010. Selain itu, pada tanggal tersebut, saingan film The Losers tergolong sedikit, sehingga The Losers mempunyai peluang untuk mengeruk laba yang besar pada tanggal tersebut.

Film yang diangkat dari komik yang beredar mulai dari Agustus 2003 sampai dengan Maret 2006 ini berkisah tentang sebuah tim United States Spesial Forces bernama The Losers yang dikumpulkan oleh CIA untuk menjalankan misi – misi berbahaya di seluruh negara demi kepentingan Amerika. Tim ini beranggotakan Clay ( Morgan ) sebagai pemimpin tim dan pandai dalam urusan taktik pertempuran dalam kondisi apapun; Rogue ( Elba ) sebagai wakil pemimpin yang besar, kuat, tapi sayangnya mata duitan; Jensen ( Evans ) yang merupakan seorang hacker handal tapi bawel dan juga konyol; Cougar ( Jaenada ) sang sniper bertopi koboi; serta Pooch ( Short ) yang merupakan pilot handal dan jago dalam mengendarai segala jenis kendaraan, baik itu kendaraan darat, laut, dan udara. Suatu ketika, The Losers mendapat misi search and destroy di sebuah hutan di Bolivia. Siapa menyangka, bahwa ternyata, dalam misi tersebut, The Losers justru dikhianati oleh CIA. Mereka direncanakan akan dibunuh ketika proses evakuasi misi di hutan Bolivia tersebut dijalankan. Misi pengkhianatan tersebut berhasil dan The Losers pun dinyatakan tewas dalam pertempuran ( KIA alias Killed in Action ). Tapi ternyata, keberuntungan masih menyertai The Losers. Mereka ternyata masih hidup dan sekarang sedang bersembunyi untuk mencari tahu siapa dalang misi pengkhianatan tersebut dan juga sedang merencanakan misi balas dendam terhadap siapapun yang terlibat dalam misi pengkhianatan tersebut. Secara tidak sengaja, The Losers mendapat bantuan dari seorang wanita misterius bernama Aisha ( Saldana ) yang juga ahli bertarung dan jago dalam strategi pertempuran. Setelah mengetahui bahwa dalang misi pengkhianatan tersebut ternyata seorang petinggi CIA bernama Max ( Patric ), maka dimulailah perencanaan dan eksekusi misi balas dendam The Losers dan juga Aisha terhadap siapa saja yang berani mengkhianati mereka. Lalu, bagaimana dengan ending misi The Losers dan Aisha? Apakah mereka berhasil menjalankan misi balas dendam tersebut? Lalu, siapakah sebenarnya Aisha? Apakah motif utama cewek tangguh ini untuk ikut terlibat dalam misi The Losers kali ini? Well, kalau mau tahu jawabannya, silakan saksikan filmnya di bioskop – bioskop kesayangan anda yang rencananya akan beredar pada tanggal 27 Mei 2010 nanti.

Sekali lagi, harus diakui, hampir mirip seperti film Prince of Persia : The Sands of Time yang akan beredar hampir bersamaan di Indonesia dengan film The Losers ini, bahwa film The Losers ini sayangnya tidak menjual secara bobot cerita. Ceritanya benar – benar khas komik banget. Tapi, itulah memang beban ( atau mungkin bisa disebut sebagai penyakit?? He3. XD ) yang harus ditanggung oleh banyak film – film yang memang diangkat dari komik. Cerita film The Losers bisa dipastikan tidak akan bisa berkembang banyak, apalagi menyuguhkan twist – twist seru seperti film – film action thriller lainnya. Yang menjadi jualan utama film The Losers ini pastilah adalah adegan – adegan action yang diharapkan bisa membuat para penggemar film action dan juga fans setia komiknya akan terpuaskan dahaganya. Fakta lainnya yang juga merupakan kemiripan antara The Losers dan Prince of Persia : The Sands of Time adalah kedua film ini sama – sama diproduseri oleh produser film – film Hollywood spesialis film – film action adventure seru. Kalau Prince of Persia diproduseri oleh Jerry Bruckheimer, maka The Losers diproduseri oleh Joel Silver. Produser tenar yang satu ini sudah kita kenal film – film hasil produksinya, seperti tetralogy Lethal Weapon, The Matrix Trilogy, dan masih banyak film – film seru lainnya. Pastinya, dengan dukungan Joel Silver, maka film ini akan dipastikan seru dan juga mantap sebagai film hiburan.

Dukungan Joel Silver sebagai produser film inipun diperkuat oleh bintang – bintang kuat macam Jeffrey Dean Morgan, Idris Elba, Zoey Saldana yang tahun lalu sukses lewat film MEGAHIT Avatar, dan Chris Evans, sang pemeran Captain America dalam film adaptasi yang paling ditunggu oleh banyak fans setia komiknya sejak dulu, yaitu Captain America : The First Avenger. Ke 4 nama aktor dan aktris ini begitu kuat menyedot perhatian para calon penonton agar mau menyaksikan film The Losers ini di bioskop – bioskop kesayangan mereka. Terlihat pula dari trailer yang dirilis ke public sebagai trailer pembuka film Edge of Darkness, bahwa film The Losers ini akan menyisipkan adegan – adegan humor konyol lewat tokoh Jensen yang memang menjadi peran membanyol dalam film dan juga komik The Losers. Tak cuma itu, trailernya pun juga mengindikasikan akan menjual adegan – adegan action seru dan mantap. Review tentang film ini di Amerika pun cukup positif, terutama untuk adegan – adegan action dan juga humornya.

Kekurangan film ini justru muncul dari sang sutradara, Sylvain White, yang resume film – filmnya selama ini justru kurang meyakinkan. Hanya film Stomp the Yard saja yang mungkin pernah diingat oleh para penggemar film – film Amerika. Sisanya, kebanyakan film – film produksi White justru langsung masuk dalam format video ketimbang beredar secara luas di bioskop – bioskop. Kalau tidak masuk langsung ke format video ( direct to video ), film – film karyanya biasanya masuk dalam skala film – film kecil atau independent. Memang, kualitas dan kehandalan sang sutradara dalam membuat film – film non blockbuster atau film – film dengan dana produksi terbatas tidak perlu diragukan lagi. White pernah menerima beasiswa untuk kuliah di Pomone College dan lulus dengan gemilang dalam subjek Media Studies. Selain itu, beberapa film pendeknya, seperti The 25th Frame dan Urban Short Circuit Mind Scrape menerima berbagai penghargaan film bergengsi, salah satunya adalah The Directors' Guild of America Short Film Awards. Selain itu, White pun juga terkenal di Amerika, Eropa, dan Jepang sebagai sutradara spesialis video clip music dan iklan TV dan sudah pernah menerima berbagai penghargaan bergengsi untuk karya – karya iklan dan juga video clip music – nya, diantaranya MTV Music Video Awards dan 2001 Music Video Production Association Awards pada tahun 2001 silam. Dengan prestasi – prestasi tersebut, sebenarnya White tidak perlu diragukan lagi kemampuannya. Namun, tetap saja, ketika diberi dana cukup besar untuk mengarahkan sebuah film action, apakah White mampu menghidupkan film tersebut sesuai dengan bujet yang diberikan padanya, minimal untuk menghibur para pecinta film – film action seru? Kita lihat saja hasilnya.

Overall, film The Losers ini tetap merupakan film yang WAJIB untuk anda tonton minggu ini, apalagi untuk menyambut libur Long Weekend minggu ini. Cerita yang simple dengan kadar action, humor, dan hiburan yang dijanjikan tidak akan mengecewakan anda, plus dukungan produser Joel Silver yang sudah berpengalaman dalam hal memproduseri film – film action adventure seru, membuat film ini boleh ditonton oleh anda – anda sekalian, apalagi bagi yang sedang ingin melepas stress dan mencari film simple yang ringan menghibur semata tanpa perlu berpikir ruwet dengan jalan ceritanya. Menjadikan film ini sebagai film selingan sebelum anda masuk ke dalam studio untuk menonton film Prince of Persia : The Sands of Time di bioskop kesayangan anda? Boleh juga tuh. He3. XD. Akhir kata, selamat menonton.

Copyright : Alexander ”Ajay” Dennis

Trailer 1:

Preview Prince of Persia : The Sands of Time


Preview

Prince of Persia : The Sands of Time ( Walt Disney Pictures_2010 )

Pemain :

Sutradara : Mike Newell

Tanggal Rilis :

  • 28 Mei 2010 ( Amerika )
  • 26 Mei 2010 ( Di Bioskop – Bioskop Indonesia )

A

nda familiar dengan nama seorang produser Hollywood bernama Jerry Bruckheimer? Bagi anda yang penggemar film – film action seru dan menghibur, maka anda tidak asing lagi dengan nama produser kondang berusia 64 tahun tersebut. Ya. Jerry Bruckheimer adalah produser film Hollywood spesialis film – film action yang pastinya sangat menghibur penonton. Beberapa film yang sudah diproduserinya pasti sudah pernah anda tonton, seperti dwilogy Bad Boys, Armageddon, The Rock, Pearl Harbor, trilogy Pirates of the Caribbean, Top Gun, serta masih banyak lagi film – film seru lainnya. Tak cuma aktif memproduseri film – film action adventure Hollywood, sutradara yang memiliki julukan sebagai “Mr. Blockbuster” ini juga aktif memproduseri berbagai acara – acara TV yang seru, seperti CSI : Crime Scene Investigation, CSI : Miami, Eleventh Hour, Cold Case, CSI : NY, bahkan acara reality show terseru, The Amazing Race. Setelah tahun lalu Jerry Bruckheimer tergolong cukup sukses dengan memproduseri dua buah film dengan hasil cukup memuaskan lewat film Confession of Shopaholic dan G – Force, maka tahun ini, Produser yang sudah malang melintang di dunia perfilman Hollywood selama 38 tahun ini langsung menggebrak dengan memproduseri 2 buah film action adventure dengan dana besar ( big budget ) yang pastinya akan disukai oleh para penggemarnya dan diramalkan akan menambah tebal pundi – pundi keuangannya. Salah satu film action adventure tersebut adalah Prince of Persia : The Sands of Time yang akan saya bahas ini dan film The Sorcerer’s Apprentice yang akan dirilis bulan Juli nanti.

Film Prince of Persia : The Sands of Time ini diangkat dari game terkenal berjudul sama yang sudah memiliki ribuan, bahkan jutaan fans di seluruh dunia. Creator game ini, John Mechner, ditawari oleh Jerry Bruckheimer dan juga Walt Disney Pictures untuk membuat naskah film berdasarkan game tersebut. Selain itu, hak cipta game tersebut pun juga akan dibeli oleh Bruckheimer dan Disney dengan angka yang cukup fantastis. Mechner pun akhirnya tergoda dengan tawaran Disney dan Bruckheimer dan akhirnya bersedia menerima tawaran tersebut. Untuk membantu Mechner, akhirnya pada bulan Februari 2006, penulis naskah Jeffrey Nachmanoff dikontrak oleh Disney untuk membantu kinerja Mechner dalam membuat dan mengembangkan naskah film Prince of Persia : The Sands of Time ini.

Selesai dengan urusan penulis naskah, pada awal tahun 2007, Disney langsung mengumumkan jadwal resmi beredarnya film ini sedianya akan beredar pada 10 Juli 2009, padahal pada saat itu, naskah final film ini belum selesai dan juga pemilihan sutradara serta aktor dan aktris utamanya pun juga belum ditetapkan sama sekali. Baru pada bulan November 2007, negosiasi untuk pemilihan sutradara pun dimulai dan Disney langsung menunjuk sutradara Mike Newell untuk menjadi sutradara film berbujet US$ 150 juta ini. Mike pun awalnya agak ragu untuk menerima tawaran ini karena memang dia tidak familiar dengan gamenya. Asisten Mike ternyata sudah pernah memainkan gamenya dan memberikan plot detail serta point – point penting tentang cerita Prince of Persia : The Sands of Time ini. Selain itu, Mike pun juga tertarik dengan naskah buatan Mechner and Nachmanoff ini setelah membacanya. Akhirnya, sutradara asal Inggris yang terkenal di Amerika sejak menyutradarai film Harry Potter and the Goblet of Fire ini resmi dikontrak sebagai sutradara film ini.

Untuk Aktor utama film ini, Jerry langsung menunjuk aktor Jake Gyllenhaal untuk berperan sebagai Dastan, protagonis dan tokoh utama film ini pada Mei 2008. Jerry memang sangat ingin bekerjasam dengan Jake sejak lama. Sedangkan Jake, mengetahui bahwa dirinya ditunjuk untuk berperan sebagai Dastan, langsung mempersiapkan diri dengan latihan fisik keras dan ternyata dia menilai bahwa persiapannya ternyata terlalu berlebihan, walaupun akhirnya dia berhasil memenuhi kriteria bentuk badan yang pas sebagai Dastan. Sedangkan untuk aktris utama, aktris Inggris yang sedang naik daun saat ini, Gemma Arterton pun dikontrak untuk memerankan putri Tamina. Untuk tokoh antagonis, dipilihlah aktor watak Sir Ben Kingsley yang memang meyakinkan berperan sebagai tokoh – tokoh antagonis. Aktor Alfred Molina pun juga ditunjuk untuk berperan sebagai Sheik Amar, mentor Dastan. Setelah semua urusan pemilihan aktor dan lain – lain selesai, ditambah dengan selesainya naskah polesan Jordan Mechner, Doug Miro, Carlo Bernard, serta Boaz Yakin berdasarkan naskah awal buatan Mechner and Nachmanoff, film ini akhirnya memasuki masa syuting yang berjalan dari bulan Juli 2008 di Maroko selama 2 bulan dan syuting selanjutnya dipindahkan ke Pinewood Studios sampai dengan berakhirnya proses syuting film ini. Jadwal edar film ini, yang sebelumnya dikabarkan akan dirilis pada pada 10 Juli 2009, akhirnya mundur menjadi 28 Mei 2010 dengan alasan untuk penyempurnaan spesial efek, memberi keluangan waktu untuk proses produksi, menghindarkan diri dari kemungkinan mogok kerja 2008 Screen Actors Guild Strike, memberi banyak waktu untuk mengkoordinasikan marketing campaign film ini, dan yang paling utama adalah untuk menghindari persaingan dengan film Transformers : Revenge of the Fallen yang dirilis berdekatan dengan film Prince of Persia ini. Jerry juga menambahkan bahwa dengan ditunjuknya jadwal edar yang baru ( 28 Mei 2010 ), film ini akan memperoleh kesempatan besar untuk memperoleh laba yang sangat besar karena dirilis bertepatan dengan libur Memorial Day di Amerika.

Film yang direncanakan akan menjadi sebuah trilogy baru ini berkisah tentang seorang petualang jalanan bernama Dastan ( Jake ). Dia adalah seorang petualang yang ahli dalam bertarung, lincah, ahli strategi pertempuran, serta nekad dan juga berani ambil resiko yang sering membahayakan nyawanya. Dastan memperoleh semua keahlian serta kerendahan hati tersebut atas bimbingan sang mentor, Sheik Amar ( Molina ). Melihat kemampuan dan keahlian Dastan, dia akhirnya diadopsi oleh seorang pangeran Persia sebagai ahli warisnya, dengan tujuan agar kedua anak sang pangeran Persia tersebut tidak berebut tahta sang pangeran. Dalam satu petualangan, Dastan harus bekerja sama dengan Putri Tamina ( Arterton ) untuk mendapatkan sebuah benda pusaka bernama Sands of Time yang bisa memanipulasi waktu. Lebih parahnya, Sands of Time yang disimpan di dalam sebuah belati bernama The Dagger of Time ini juga memiliki sisi negatif, yaitu bisa menciptakan kehancuran bumi serta mengubah manusia menjadi iblis di muka bumi ini. Tak cuma Dastan yang berusaha untuk mendapatkan dan mengembalikan Sands of Time tersebut ke tempatnya, tapi juga banyak orang – orang jahat yang menginginkannya, terutama seorang penjahat benama Nizam ( Kingsley ) sehingga petualangan Dastan dan Tamina pun menjadi seru, tegang, penuh aksi, dan juga penuh bahaya.

Sekilas, filmnya memiliki cerita yang ringan – ringan saja. Well, memang itulah ciri khas film – film produksi Jerry Bruckheimer : Cerita yang tidak berbelit – belit, mudah dimengerti oleh para penontonnya, dan juga full of action and special effect seru nan menghibur bagi para penontonnya. Tujuan Jerry Bruckheimer dalam memproduksi setiap filmnya sebenarnya simple, yaitu hanya bertujuan untuk menghibur para penontonnya, juga melepas stress para penonton yang menyaksikan filmnya, dan pastinya, mengeruk laba sebesar – besarnya dari film yang diproduserinya. Produser yang dulu pernah berpartner dengan almarhum Don Simpson dan juga sutradara film – film action cadas Michael Bay inipun tidak ragu untuk mengeluarkan dana super besar ( Big Budget ) dalam memproduksi setiap filmnya, khususnya bagi film – film action adventure yang dinilai olehnya bakal laku keras. Insting bisnisnya tersebut selama ini tergolong jitu dan berhasil membuatnya mendapatkan keuntungan yang berlipat ganda, walaupun tetap baginya ada beberapa film yang terpeleset pendapatannya.

Point plus lain film ini adalah film ini diangkat dari game petualangan seru berjudul sama yang tentunya sudah mempunyai fan base tersendiri, sehingga film ini pastinya cukup ditunggu oleh para fans nya. Jelas, para fans setia gamenya pasti akan penasaran dengan hasil akhir filmnya, apakah akan bisa memenuhi ekspektasi mereka atau tidak.

Dukungan bintang – bintang muda berbakat serta aktor – aktor senior dalam film inipun juga menjadi amunisi tambahan lain untuk mem-boost kesuksesan film ini. Didukung oleh dengan bintang – bintang tenar seperti Jake Gylenhall serta starlet baru asal Inggris, Gema Arterton sampai aktor watak spesialis peran anatgonis yaitu Sir Ben Kingsley plus aktor watak Alfred Molina, film Prince of Persia ini tidak boleh dikatakan sebagai film sembarangan. Lewat resume aktor aktrisnya yang selama ini positif ( Jake sukses lewat film The Day After Tomorrow; Arterton sukses lewat film Bond berjudul Quantum of Solace serta Clash of the Titans dan gosipnya, dia sedang menjadi calon terkuat artis film Transformers 3, menggantikan aktris Megan Fox yang mendadak mengundurkan diri dari film ke 3 pertarungan robot di muka bumi tersebut; Sir Ben Kingsley yang sangat fenomenal sebagai Indira Gandhi dalam film Gandhi; dan Alfred Molina yang sukses berperan sebagai Doc. Octopus dalam SpiderMan 2 ), pastinya, film ini akan menjadi sebuah film yang bertabur bintang – bintang keren dan mantap.

Plus, dukungan promosi yang gila – gilaan untuk film ini, menjadikan amunisi kesuksesan film ini semakin bertambah lengkap saja. Tak kurang, sponsor partner yang mendukung film ini adalah Lego, Ubisoft, Walt Disney, dan masih banyak lagi. Bentuk Marketing yang dilakukan oleh film ini adalah dirilisnya action figures, sets, costumes serta replika Dagger Of Time oleh Walt Disney. Selain itu, akan dirilis pula graphic novel berjudul Prince of Persia: Before the Sandstorm, yang akan menjadi kisah prekuel bagi film ini. Tak ketinggalan, sebuah game berjudul Prince of Persia : The Forgotten Sands yang merupakan sekuel cerita dari film ini, akan dirilis oleh Ubisoft pada waktu yang bersamaan dengan rilis film Prince of Persia : The Sands of Time ini. Tak Cuma itu, trailer – trailer film ini sudah dari jauh – jauh hari dilepas ke public dengan tanggapan yang cukup positif. Ditambah, dengan strategi marketing berupa rilis film ini yang lebih cepat seminggu di beberapa Negara Eropa dan Asia ( 19 Mei 2010 untuk Prancis, Swedia, dan Belanda; 20 Mei untuk Jerman; 21 Mei untuk UK, dan 26 Mei 2010 untuk Indonesia ), membuat film ini akan aman dari pembajakan dan membuat penonton mau untuk menyaksikan film ini di bioskop ketimbang DVD bajakan. Jadwal rilis Amerikanya, tanggal 28 Mei 2010, juga berampak positif bagi film ini karena bertepatan dengan libur Memorial Day di Amerika, sehingga akan banyak orang yang berbondong – bondong menyaksikan film ini.

Ada point minusnya? Jelas ada. Seperti yang sudah disinggung di atas, film – film Jerry Bruckheimer rata – rata memiliki kualitas dan bobot cerita yang tergolong standard saja. Memang, hal ini membuat para penonton yang memang lebih suka dengan adegan – adegan action seru dan special effect spektakuler serta tentunya bagi mereka yang hanya sekedar mencari film ringan menghibur semata, film – film produksi Jerry Bruckheimer adalah jawaban paling pas bagi mereka. Tapi, bagi para penonton yang lebih mengedepankan bobot cerita, maka film ini akan menjadi film biasa semata yang mungkin kurang berkenan bagi mereka. Selain itu, film – film diangkat dari game biasanya memilki penghasilan yang tidak memuaskan. Tercatat sampai saat ini, hanya film Lara Croft : Tomb Raider saja yang mendapatkan hasil memuaskan dan menembus angka US$ 100 juta. Sisanya, hasilnya mengenaskan di tangga Box Office Amerika. Hal ini dikarenakan adanya ketidak puasan antara penggemar gamenya yang menonton filmnya. Ekspektasi dan keasyikan mereka ketika bermain game yang difilmkan tersebut sayangnya sering tidak dirasakan oleh para fans gamenya, sehingga mereka kurang puas dengan hasil adaptasi filmnya. Selain itu, bagi para penonton lain yang bukan merupakan fans gamenya, mereka tidak kenal dengan game tersebut dan sering mencap jelek serta enteng film – film yang diangkat dari game tersebut. Ditambah, seringnya kesalahan pemilihan sutradara yang tidak mengetahui tentang gamenya, sehingga mereka sering tidak menangkap point – point penting dan mengasyikkan yang menjadikan game yang diadaptasinya itu menarik di mata para penggemar gamernya dan tidak bisa mengikuti kemauan serta keinginan para fans gamenya terhadap hasil film yang diadaptasi dari game favorit mereka tersebut. Akibatnya, banyak film yang diadaptasi dari game berakhir hancur lebur, baik secara pendapatan maupun secara kualitas serta seringkali tidak bisa memenuhi keinginan serta ekspektsi para fans gamenya.

Jadwal edar film ini memang tergolong briliant, tapi di sisi lain, ancaman film ini datang dari film Sex and the City 2. Yap. Film yang mengangkat tema seputar dunia sex, pernikahan, serta persahabatan 4 wanita metrosexual dengan embel – embel produk – produk branded terkenal tersebut memang menjadi senjata mematikan yang bisa mengancam pendapatan Prince of Persia ini. Apalagi, film Sex and the City 2 pun juga menggunakan taktik marketing yang jor – jor-an seperti yang dilakukan oleh Prince of Persia, sehingga bisa dikatakan, Prince of Persia : The Sands of Time harus berhati – hati dan ekstra waspada terhadap ancaman dan serangan dari film Sex and the City 2 tersebut. Dan terakhir, apakah anda merupakan orang yang kecewa berat dengan hasil adaptasi film Harry Potter and the Goblet of Fire? Jika iya, maka berhati – hatilah karena yang menjadi biang kerok kekesalan anda adalah Mike Newell, yang notabene merupakan sutradara film ini. Jadi, ada kekhawatiran, apakah film ini hasil adaptasinya akan sebagus gamenya dan digemari oleh para fans gamenya, atau justru sebaliknya, malah dicaci maki oleh para fans gamenya? Kita lihat saja nanti hasilnya.

Overall, film Prince of Persia : The Sands of Time ini tetap merupakan sebuah film yang wajib ditonton pada akhir bulan Mei ini. Indikatornya jelas : diangkat dari game terkenal dengan jumlah fans yang banyak, dukungan produser spesialis film – film action seru nan menghibur bernama Jerry Bruckheimer serta aktor aktris watak dan terkenal, dan tentunya, sokongan dari Walt Disney Pictures yang sudah terbukti sebagai studio film yang mampu memproduksi film – film yang bisa menggapai berbagai usia dan kalangan serta sukses di pasaran, membuat film Prince of Persia : The Sands of Time ini memang menjadi sebuah film yang sangat patut untuk disaksikan. Untuk pasar Indonesia, film ini juga pas untuk mengisi Long Weekend yang dimulai pada Jumat 28 Mei 2010 mendatang. So, bagi anda para pecinta seri Prince of Persia, atau fans film – film keluaran Jerry Bruckheimer, dan juga fans film – film action petualangan seru nan menghibur, atau ingin mengajak keluarga serta teman maupun sahabat, atau anda khususnya yang sedang stress dengan pekerjaan dan butuh film penghibur sebagai pelepas stress untuk menyambut long weekend kali ini, maka film Prince of Persia : The Sands of Time ini WAJIB untuk anda tonton minggu ini. Akhir kata, selamat menonton.

Copyright : Alexander ”Ajay” Dennis

Trailer 1:


Trailer 2:

Minggu, 23 Mei 2010

Review Kick Ass


Review

Kick Ass ( Universal Pictures_2010 )

Pemain :

Sutradara : Matthew Vaughn

Tanggal Rilis :

  • 26 Maret 2010 ( Inggris )
  • 16 April 2010 ( Amerika )
  • 15 Mei 2010 ( Midnight Show di Bioskop – Bioskop Indonesia )
  • 17 Mei 2010 ( Di Bioskop – Bioskop Indonesia, eksklusif hanya di XXI )

Apa jadinya jika kita memiliki superhero di sekitar kita? Pastinya, bayangan kita tantang tokoh – tokoh superhero terkenal macam Superman, SpiderMan, Wolverine, dan segudang tokoh superhero lainnya yang ada di buku komik yang sering kita baca pun pastinya akan terngiang di kepala kita. Tapi, apa jadinya jika superhero yang menjadi andalan kita tersebut ternyata TIDAK MEMILIKI KEKUATAN SUPER SAMA SEKALI? Well, itulah yang menjadi inti kisah dari film ”superhero tapi bukan superhero” terbaru keluaran Universal Pictures yang diberi judul Kick Ass. Film yang ternyata secara mengejutkan berhasil menarik simpati para kritikus di Amerika sana dan menjadi sleeper hit di bulan april silam ini akhirnya masuk juga ke Indonesia setelah muncul kekhawatiran bahwa film ini kemungkinan tidak akan beredar di bioskop – bioskop kesayang kita.

Film ini diangkat dari buku komik karangan Mark Millar dan juga John Romita Jr. yang beredar pada tahun 2008 sampai dengan 2010 kemarin. Mark Millar adalah kreator komik terkenal di Amerika yang sudah menelurkan banyak komik – komik keren, seperti Wanted ( yang sudah diadaptasi ke layar lebar tahun 2008 kemarin dengan bintang Angelina Jolie dan James McAvoy ), Marvel Knight : Spider Man, dan masih banyak komik – komik terkenal lainnya. Saking padatnya kesibukan Mark, komik Kick Ass inipun vakum sebentar dan Mark kini memasuki tahap penulisan untuk komik Kick Ass seri kedua dan ketiga.

Produksi film inipun tergolong unik. Hak cipta untuk pembuatan film Kick Ass ini justru sudah dibuat bahkan sebelum komik Kick Ass seri pertama dipublikasikan. Ketika itu, Matthew Vaughn, sang sutradara, bertemu dan berbincang dengan Mark Millar saat premiere film Stardust. Setelah berbincang – bincang, Millar pun membuat sebuah sinopsis tentang Kick Ass dan Vaughn pun tertarik untuk membuatnya ke dalam bentuk skrip film. Millar pun membuat cerita komik, sedangkan Vaughn membuat skrip filmnya. Ketika skrip filmnya selesai, Vaughn pun menawarkan skrip tersebut ke beberapa studio film ternama. Sayang, semua studio menolaknya karena unsur kekerasannya yang cukup eksplisit untuk ukuran film remaja serta adanya permintaan bahwa tokoh – tokohnya dibuat sedikit lebih dewasa. Vaughn menolak ide tersebut dan akhirnya percaya diri untuk memproduksi film ini sendiri, dengan uangnya sendiri. Tak lama, Brad Pitt yang melihat potensi film inipun akhirnya turut membantu Vaughn untuk menjadi co-produser untuk film yang memiliki bujet US$ 30 juta ini.

Untuk menghemat bujet produksi, maka dipilihlah aktor dan aktris muda kurang terkenal untuk berperan sebagai tokoh – tokoh sentral, seperti Kick Ass, Hit Girl, dan Red Mist. Pemilihan pemeran untuk tokoh Kick Ass dan Red Mist tergolong mudah, namun, yang susah adalah pemilihan tokoh gadis belia Hit Girl. Sempat pusing 7 keliling, akhirnya casting calon pemeran Hit Girl sampai ke tangan agen aktris muda Chloe Moretz yang sebelumnya sudah unjuk kebolehan lewat film The Amityville Horror versi remake dan film (500) Days of Summer. Moretz yang memang menginginkan peran menantang di film terbarunya langsung menyambar peran Hit Girl di film ini dan membuat Vaughn terkesan dengan audisi Moretz. Untuk menghidupi karakter Hit Girl, Moretz berlatih ilmu beladiri, senjata, gymnastic, serta stunt selama 6 bulan secara intensif dan hasilnya sangan memuaskan Vaughn. Untuk mengatrol film ini, maka dipilihlah aktor Nicholas Cage untuk berperan sebagai tokoh superhero Big Daddy, serta sosok penjahatnya, dipilihlah aktor Inggris yang sedag naik daun dengan peran – peran antagonisnya, yaitu Mark Strong. Mark tergolong sukses berperan sebagai tokoh penjahat bengis lewat film Sherlock Holmes ( berperan sebagai Lord Blackwood ) dan baru saja menghibur penonton lewat peran jahat yang meyakinkan sebagai Sir Godfrey lewat film Robin Hood.

Film Kick Ass ini berkisah tentang Dave Lizewski (Aaron Johnson), penggemar berat komik serta seorang pemuda yang selalu diganggu dan juga bisa dikatakan seorang Looser di sekolahnya. Kesal dengan keadaan tersebut serta terobsesi dengan tokoh – tokoh superhero di komik – komik, Dave pun memutuskan untuk mewujudkan obsesinya menjadi pahlwan super dalam kehidupan nyata. Rencana Dave pun mulai dijalankan. Mulai dari membeli baju superhero lewat situs e-Bay, memodifikasi kostumnya sendiri dan bertopeng hijau, serta memiliki senjata berupa duo-stick yang tersimpan di punggungnya. Ia memilih nama Kick-Ass sebagai nama superheronya. Sayangnya, ada 1 kelemahan terbesar Kick Ass: IA TIDAK MEMILIKI KEKUATAN SUPER APAPUN!
Hidup Dave berubah selamanya seiring perubahan dirinya, terutama setelah berhasil meraih popularitas lewat aksinya yang berani melindungi kaum yang lemah dari tangan – tangan orang jahat yang tersebar lewat situs YouTube. Setelah mengetahui bahwa dirinya populer, Dave pun membuat account MySpace yang menjadi tempat pengaduan bagi siapa saja yang membutuhkan bantuan Kick Ass. Hal inipun menggerakan niat 2 orang superhero sungguhan, Hit Girl (Chloe Moretz), beserta ayahnya, Big Daddy (Nicolas Cage) untuk lebih berani memberantas kejahatan. Kick Ass pun secara tidak sengaja berpartner dengan dua superhero sungguhan tersebut. Dibantu dengan superhero muda lainnya, bernama Red Mist (Christopher Mintz-Plasse), tim yang satu ini berniat untuk menjatuhkan kekuasaan seorang gangster mafia terkenal bernama Frank D'Amico (Mark Strong). Tapi, di balik itu semua, Kick Ass yang masih merupakan seorang superhero muda pun akhirnya belajar kenyataan pahit menjadi seorang superhero lewat kasus membekuk Frank D’Amico ini.

Secara mengejutkan, film ini justru membawa sesuatu yang baru bagi dunia perfilman mengenai superhero. Hampir mirip dengan kasus Batman Begins dan The Dark Knight tempo hari, film Kick Ass ini pun juga menawarkan sebuah film dengan cerita dan juga tema yang tidak biasa. Tidak ada yang namanya superhero dengan kekuatan super seperti mampu terbang, mampu menahan tembakan, mampu bergelayutan dari satu gedung ke gedung lain, dan lain – lain. Vaughn, beserta Mark Millar tentunya, menawarkan sebuah film superhero dengan konsep hero biasa, dimana mereka bisa terluka jika tertembak, dimana seorang pahlawan pun bisa juga sakit seperti manusia biasa pada umumnya. Para superhero di film ini lebih bergantung pada kelincahan mereka bergerak dan bereaksi terhadap serangan dan tembakan dari senjata yang diletuskan oleh musuh, serta tentunya jaket antipeluru yang menahan badan mereka dari hantaman peluru tajam. Semua konsep manusiawi tersebut secara keseluruhan justru terasa bagus dan realisitis di mata para penonton.

Selain itu, cerita yang awalnya berjalan simple dan terkesan lambat, lambat laun naik tempo keteganngannya. Vaughn berhasil meramu sebuah film dengan kisah ”superhero tanpa kekuatan super” menjadi sebuah film dengan cerita yang berbobot dan juga bagus. Dari awalnya hanya menjadi film dengan cerita yang tergolong akan membosankan, lama – kelamaan mulai naik tensi ketegangannya. Vaughn pun dengan cerdik membuat film ini dengan style action keren dan juga mantap. Siapa yang mulutnya tidak menganga bahwa seorang gadis berusia 13 tahun dengan lincah berhasil menghabisi sekumpulan begundal bengis dengan cara cool menggunakan pedang yang bisa digabungkan? Siapa pula yang tidak tercengang dengan adegan pembantaian yang dilakukan oleh Big Daddy terhadap anak buah D’Amico di sebuah gudang dengan iringan lagu In a Heartbeat karya John Murphy ( lagu ini juga muncul di film 28 Days Later dan sekuelnya, 28 Weeks Later ) disertai dengan teknik pengambilan gambar dan koreografi adegan action yang fast dan juga seru? Masih banyak adegan – adegan action lainnya di film ini dan semua itu dibuat oleh Vaughn dengan hasil yang pastinya bisa membuat anda tercengang selama menyaksikan filmnya. Humor di film inipun juga terkesan segar dan juga lucu.

Film inipun juga didukung dengan barisan – barisan pemain bermain bagus dan juga mantap. Nicolas Cage bermain apik ebagai seorang ayah dengan kasih sayang yang ganjil terhadap putrinya dan berprofesi sebagai superhero bernama Big Daddy; Mark Strong kembali membuktikan kepada para penonton bahwa dirinya memang merupakan aktor spesialis tokoh – tokoh antagonis dengan bermain mantap sebagai kepala gangster bengis tapi di saat bersamaan bisa terlihat konyol bernama Frank D’Amico; Aaron Johnson yang bermain cool sebagai Dave Levinzky ( sang tokoh utama ) a.k.a Kick Ass yang terlihat kikuk tapi berani maju untuk menjadi seorang pahlawan yang membela kaum yang lemah; Christopher Mintz-Plasse yang bermain bagus sebagai pemuda kikuk serta merupakan superhero lain bernama Red Mist yang memiliki rahasia besar dibelakang partnernya, Kick Ass ; dan credit khusus diberikan kepada pemain muda Chloe Moretz yang bermain mengesankan sebagai Hit Girl. Aktingnya begitu dewasa dan terkesan sangar serta menjiwai peran Hit Girl di film ini. Gadis berusia 13 tahun inipun tanpa canggung berani berkata – kata dan memaki secara kasar seperti layaknya orang dewasa. Tak cuma itu, gesture, mimik muka, kelincahannya berakrobat dan memperagakan ilmu beladirinya serta chemistry yang dapet banget antara Moretz dan Cage sebagai anak dan bapak di film ini pun patut diacungi 2 jempol dan pastinya mampu membuat poenonton usia manapun tercengang olehnya. Aura kebintangan Moretz di film inipun terasa sangat kentara dan memang dia pantas dijadikan sebagai scene stealer dalam film ini.

Mungkin bagi sebagian orang yang mengharapkan sesuatu yang seru layaknya seperti mereka menonton film – film superhero pada umumnya, kelihatannya akan sedikit kecewa dengan film ini. Film ini tidak menggambarkan karakter superhero seperti film – film yang lainnya. Tidak ada yang namanya adegan kekuatan – kekuatan super yang dimiliki oleh para hero disini. Sebaliknya, justru ditampilkan karakter hero biasa dengan berbagai kelemahan mereka. Walaupun film ini dikatakan memiliki kekuatan dalam hal realitas, tapi justru hal ini bisa menjadi pisau bermata dua. Di satu sisi, tema ini cukup briliant; tapi di sisi lain, bagi yang sudah berharap banyak seperti layaknya menonton film superhero dengan kekuatan – kekuatan super nya, pastinya akan kecewa dengan film ini. Film ini pun juga tidak langsung menunjukkan adegan – adegan action bombastis dari awal. Karena film ini membangun ketegangan ceritanya secara perlahan, maka penonton diminta untuk bersabar dulu hingga akhirnya ketegangan film ini memuncak. Hal inilah yang justru bisa membuat para penonton bosan menunggu – nunggu adegan – adegan action seru. Tapi Vaughn tetap menyelipkan adegan – adegan lucu dan mengena sembari membangun ketegangan cerita di film ini.

Selain itu, isi adegan – adegan yang memiliki kadar content untuk dewasa di film ini cukup banyak. Oleh sebab itu, hati – hati bagi para orang tua yang membawa anak – anaknya untuk menonton film ini di bioskop. Disarankan agar anda, para orang tua, jangan bawa anak2 untuk nonton film ini. Banyak kata – kata dan adegan – adegan yang kasar dan menjurus ke arah dewasa. Memang setting filmnya remaja. Tapi, content filmnya justru dewasa. Sama seperti perihal realitas di film ini, content dewasa terbungkus remaja ini justru juga menjadi pisau bermata dua bagi film ini sendiri. Di satu sisi, patut kita puji keberanian dan kreativitas Vaughn serta Mark Millar untuk menciptakan sebuah film yang berani unik dan berbeda dibanding film lainnya. Tapi di sisi lain, para orang tua yang tidak mengetahui betul tentang film ini dan langsung menonton filmnya di bioskop bersama anak – anaknya, pasti akan jengkel akibat banyaknya adegan dewasa di film ini. Darah muncrat, adegan pembantaian sadis, sumpah serapah, dan masih banyak lagi adegan dewasa lainnya cukup banyak bertebaran di film ini, sehingga jelas, film ini hanya boleh ditonton oleh orang dewasa, minimal oleh remaja berumur 18 tahun.

Selain itu, satu lagi kekurangan film ini justru terletak di ending. Film ini secara konstan berhasil mempertahankan unsur realita yang ada, tapi sayangnya, adegan endingnya justru membuat kita yang suka dengan realita jadi sedikit kecewa dan jengkel akibat adanya satu benda yang digunakan oleh Kick Ass untuk menghajar anak buah D’Amico..

Overall, film ini merupakan film yang cukup unik dan berani tampil berbeda dibanding film – film superhero lainnya. Faktanya jelas : adegan – adegan action keren, cerita yang unik dan menarik, konsep presentasi filmnya yang berani beda dibanding film lain, serta unsur realitanya yang baik, ditambah dengan pemain – pemainnya yang bermain solid film ini, membuat film ini patut untuk anda tonton minggu ini. Film ini pun juga mengajarkan kepada kita bahwa jarang di dunia ini ada yang rela berkorban untuk mau menolong sesama yang sedang kesusahan karena berbagai faktor, baik secara internal maupun eksternal dan akhirnya menjadi perenungan bagi kita semua, apakah kita semua, jika dihadapkan pada situasi yang sama, bakal mau menolong sesama atau malah berdiam diri saja melihat sang korban disiksa terus. Ingat, perhatian keras, film ini TIDAK UNTUK DITONTON OLEH ANAK KECIL akibat content filmnya yang justru dewasa dan tidak pantas untuk ditonton oleh anak – anak. Walaupun film ini terasa kepeleset di ending, tapi tetap, film ini menjadi sebuah film unik dan juga baik di mata penonton. Vaughn berhasil membuat film superhero dengan citarasa baru ( walaupun tidak bisa dibilang orisinil akibat pernah diterapkan pada film Batman Begins karya Christoper Nolan ) dan keren. Pengorbanan Vaughn serta Millar, baik secara materi maupun penggarapan cerita serta filmnya, justru terbayar lunas di film ini. Good Job, brothers. So, bagi anda yang mencari film seru di minggu ini atau sudah selesai menonton film Shrek Forever After serta ingin menonton film lain, atau justru bingung mau menonton film apa karena tidak suka dengan film Shrek, maka film Kick Ass ini WAJIB untuk anda tonton. Pastinya, seperti kalimat yang dilontarkan oleh tokoh Big Daddy di film ini, anda yang menyaksikan film ini pastinya akan merasakan ”your ass kicked” akibat seru dan kerennya film ini. He3. XD. Akhir kata, selamat menonton.

Point :

Cerita = 7 / 10

Pemain = 7 / 10

Kriteria khusus :

Keunikan Film = 7 / 10

Unsur Hiburan

dan action = 7 /10

Total = 7 / 10

Copyright : Alexander ”Ajay” Dennis

Trailer :

Preview Shrek Forever After


Preview

Shrek : Forever After ( DreamWorks Animation_2010 )

Pengisi Suara :

Sutradara : Mike Mitchell

Tanggal Rilis :

  • 21 Mei 2010 ( Amerika )
  • 21 Mei 2010 ( Di Bioskop – Bioskop Indonesia )

Apa jadinya jika semua cerita dongeng yang kita ketahui ternyata diputar balikkan faktanya? Ide cerita konyol yang satu ini muncul lewat film Shrek yang hadir pada tahun 2001 silam. Film Shrek yang pertama sukses mengocok perut penonton dan film ini mendapat pendapatan fantastis, sekitar US$ 485 juta untuk peredaran secara internasional dan juga secara domestiknya. Film Shrek kedua pun langsung diberikan lampu hijau oleh pihak DreamWorks Animation selaku pembuat film Shrek dan hasilnya pun lebih fantastis. Selain lebih lucu, film ini juga memperoleh pendapatan yang lebih besar lagi ketimbang film pertamanya. US$ 920 juta ( pendapatan gabungan antara domestik dan internasional ) adalah pendapatan yang fantastis untuk ukuran sebuah film kartun dengan embel – embel sekuel. Merasa makin PD ( Percaya Diri – Red ) dengan hasilnya yang semakin meningkat, DreamWorks kembali setuju untuk memproduksi film Shrek 3. Ternyata, Hasil film Shrek 3 justru jatuh dan sangat jauh tertinggal dibanding Shrek 2. Walaupun begitu, Shrek 3 justru menjadi seri Shrek yang memperoleh pendapatan paling besar untuk peredaran minggu pertamanya dengan pendapatan US$ 122 juta dalam 3 hari pemutarannya. Walaupun total pendapatan Shrek 3 selama masa putarnya adalah US$ 798,9 juta ( pendapatan gabungan antara domestik dan internasional ), tapi film ini justru kurang disambut oleh para fans, apalagi para kritikus film yang rata – rata memberi nilai minus untuk seri ke 3 film Shrek ini. Walaupun begitu, DreamWorks tetap memproduksi film Shrek ke 4 yang diberi sub judul Forever After dan dikabarkan film ini akan menjadi seri terakhir Shrek. Apakah benar akan begitu? Well, jika film ini sukses, niscaya, pasti akan ada Shrek 5. He3. XD.

Film Shrek Forever After ini bercerita tentang Shrek, monster hijau besar, yang sekarang hidup bahagia dikelilingi oleh teman – temannya. Bahkan, Shrek yang merupakan sesosok Ogre atau monster mengerikan yang biasanya menakut – nakuti manusia, sekarang berubah menjadi sosok monster rumahan yang ramah dan sayang keluarga. Shrek tetap menginginkan 1 hari dimana dia bisa menjadi monster Ogre yang sesungguhnya. Sampai suatu ketika, dia bertemu dengan seorang penyihir bernama Rumpelstiltskin yang menjanjikan akan membawa Shrek ke alam mimpi yang memang diinginkan oleh Shrek; dan benar saja, Shrek tiba di sebuah alternate timeline wold, dimana negeri Far Far Away benar – benar dalam keadaan hancur berantakan dan monster Ogre diburu oleh banyak pihak. Semua teman – teman Shrek, seperti Donkey, Puss in Boots bahkan Viona sekalipun tidak mengenal Shrek. Donkey benar – benar tidak mengenal dan takut akan Shrek, Puss in Boots menjadi malas dan super gendut, bahkan Viona pun menjadi ketua Ogre pemburu yang melawan siapa saja yang berani mengganggu Ogre. Shrek pun ingin kembali ke masa tenangnya, tapi sayangnya, Rumpelstiltskin menipu Shrek dan menginginkan Shrek agar menghilang dari dunia ini dan menjadi penguasa Far – Far Away. Satu – satunya cara agar Shrek bisa kembali ke alamnya adalah dengan cara Shrek harus mencium Viona ( harus mendapatkan True Love’s Kiss dari Viona ) dan jika True Love’s Kiss ini tidak didapat sebelum deadline waktu yang telah ditentukan, maka Shrek akan menghilang dari dunia selamanya. Rumpelstiltskin pun juga sudah menyiapkan banyak penyihir jahat untuk menyingkirkan Shrek dan kawan – kawannya.

Pastinya, film ini masih didukung oleh semua bintang, baik itu bintang utama maupun bintang pendukung trilogy seri Shrek sebelumnya. Mereka kembali hadir untuk meramaikan film Shrek yang ke empat sekaligus ( rumornya ) menjadi seri Shrek yang terakhir. Dengan cast pengisi suara yang sudah terbukti kehandalannya dalam menyukseskan trilogy film Shrek sebelumnya, kelihatannya memang sangat risakn jika mengganti para pengisi suara intinya akibat para fans film Shrek yang sudah familiar dengan suara dari masing – masing tokoh utama film konyol yang satu ini.

Film ini juga didukung oleh teknologi 3D, Real D, dan IMAX 3D yang memang sudah sangat dikuasai oleh DreamWorks Animation ( masih ingat kan kualitas 3D jempolan dari film animasi buatan DreamWorks Animation sebelumnya, yaitu How to Train Your Dragon? ) dalam sektor film kartun, sehingga hal tersebut menjadi jaminan kesuksesan film ini. Dan, rumor film ini akan menjadi seri terakhir dari Shrek pun juga menjadi senjata ampuh untuk menarik perhatian penonton agar mau menonton seri Shrek yang ke 4 sekaligus seri perpisahan Shrek ini.

Selain banyak kelebihan yang ditawarkan film Shrek Forever After ini, film ini juga tak lepas dari kekurangan. Kualitas cerita maupun joke super bobrok dan hancur lebur dari Shrek 3 pun menjadi sebuah mimpi buruk serta trauma berkepanjangan bagi sebagian orang yang menyaksikan trilogy seri Shrek, sehingga bisa membuat mereka menjadi trauma dan malas untuk menonton seri Shrek yang ke 4 ini. Jelas, akibat kualitas super buruk yang ditawarkan oleh Shrek 3, orang pun jadi tidak berselera lagi untuk menyaksikan kelanjutan Shrek. Rata – rata mereka takut bahwa sekuel Shrek selanjutnya justru kualitasnya akan makin memburuk, atau minimal sama buruknya dengan Shrek 3. Selain itu, factor kebosanan pun juga menjadi factor pengganjal terbesar pada Shrek 4 ini.

Selain itu, walaupun film ini didukung dengan teknologi 3D yang sekarang sedang gencar – gencarnya dilakukan oleh banyak studio terhadap film – film produksinya, film animasi dengan embel – embel 3D rata – rata belum pernah hasilnya memuaskan dan memanjakan mata penonton serta memenuhi ekspektasi mereka terhadap film animasi 3D. Hanya How to Train Your Dragon saja yang berhasil membuat gebrakan dalam dunia animasi 3D dengan hasil 3D yang memuaskan dan berhasil membuat penonton takjub dengan efek 3D nya. Walaupun Dragon dan Shrek dibuat oleh studio yang sama, tapi apakah benar 3D nya akan sama bagusnya? Beberapa early reviews di Amerika yang sudah menyaksikan film ini lewat format 3D pun justru member nilai minus terhadap kualitas 3D film ini dan lebih menyarankan para calon penonton untuk menonton filmnya lewat format 2D biasa. Jika benar hal ini terjadi, maka sia – sialah biaya mahal yang dikeluarkan oleh DreamWorks untuk membuat film ini lewat format 3D, dan imbasnya, pendapatan besar yang diharapkan lewat format 3D ( karena harga tiket film 3D lebih mahal ketimbang format 2D nya ) justru tidak terjadi dan membuat film ini melempem pendapatannya.

Overall, film Shrek Forever After tetaplah menjadi salah satu pilihan film untuk ditonton oleh anda pada minggu ini. Bertepatan dengan libur sekuolah, film ini justru memiliki jadwal edar yang paling pas untuk ditonton bersama keluarga atau mungkin bersama keponakan anda. Selain itu, target penontonnya yang bisa menjangkau semua umur, menjadi sebuah senjata ampuh untuk memperoleh pundi – pundi pendapatan yang besar bagi DreamWorks Animation di minggu ketiga bulan Mei ini. Keberhasilan yang ditorehkan oleh trilogy Shrek sebelumnya pun tetap menjadi jaminan keberhasilan film Shrek Forever After ini, di luar kegagalan dan kehancuran Shrek 3 tempo hari. Plus, kabar bahwa film Shrek ke 4 ini adalah film terakhir Shrek pun menjadi sebuah senjata ampuh untuk menarik penonton, minimal untuk mengucapkan salam perpisahan dengan film yang menjadikan DreamWorks Animation ini menjadi sebuah studio penghasil film kartun yang layak untuk diwaspadai. So, bagi anda yang memang fans setia trilogy Shrek, atau sedang mencari sebuah film animasi ringan menghibur, atau memang sedang ingin mentraktir keponakan atau anak anda yang sedang dalam masa liburan sekolah untuk menonton film kartun di bioskop, maka film Shrek Forever After ini WAJIB menjadi film pilihan anda. Akhir kata, selamat menonton.

Copyright : Alexander ”Ajay” Dennis

Trailer 1:


Trailer 2:

Senin, 10 Mei 2010

Preview Robin Hood


Preview

Robin Hood ( Universal Pictures_2010 )

Pemain :

Sutradara : Ridley Scott

Tanggal Rilis :

  • 14 Mei 2010 ( Amerika )
  • 12 Mei 2010 ( Di Bioskop – Bioskop Indonesia )

Legenda tentang pencuri yang baik hati terhadap kaum miskin dan selalu bersenjatakan busur dan anak panah dalam setiap aksinya, pastinya sudah sering kita dengar dari sejak kita kecil hingga dewasa saat ini. Yap. Tokoh legenda yang dimaksud tentu adalah Robin Hood. Pria yang dikenal sebagai ahli memanah sejagad asal Inggris ini sudah menjadi legenda dimana – mana. Entah memang beneran ada atau tidak, sosok Robin Hood tetaplah sosok yang dikagumi oleh banyak orang di seluruh bumi. Saking populernya kisah tentang Robin Hood, banyak literatur yang menulis tentang kisahnya dan juga sudah banyak karya – karya tentang Robin Hood yang telah diangkat ke panggung drama, layar kaca, hingga dalam bentuk layar lebar. Salah satu adaptasi layar lebar dari Robin Hood adalah film layar lebarnya yang beredar tahun 1991 silam berjudul Robin Hood : Prince of Thieves, yang didukung oleh banyak bintang berkelas dan memang sedang menjadi pujaan masyarakat pada saat itu. Tengok saja nama – nama yang mendukung filmnya, seperti Kevin Costner yang berperan sebagai Robin Hood, bintang muda yang sedang naik daun saat itu Christian Slater, aktor watak Morgan Freeman, bahkan sampai aktor spesialis peran – peran antagonis dari Inggris yang sedang terkenal pasca bermain sebagai tokoh teroris perlente dalam film Die Hard bernama Hans Gruber, yaitu aktor Alan Rickman, pun turut mendukung film action adventure seru yang satu ini. Imbasnya, film ini sukses besar dimana – mana dan menjadi salah satu adaptasi Robin Hood terbaik hingga saat ini. Tak cuma itu, Robin Hood pun juga sempat dibikin parodinya lewat film Robin Hood : Men in Tights dengan bintang komedian Cary Elwes dan cukup diterima masyarakat saat itu berkat kekonyolan – kekonyolan yang ada dalam film tersebut.

Kini, setelah 500 tahun lebih cerita tentang Robin Hood menjadi legenda, Hollywood pun masih penasaran untuk mengadaptasi ceritanya ke layar lebar. Universal Pictures menerima script buatan duo penulis naskah Ethan Reiff dan Cyrus Voris di tahun 2007. Naskah ini dibeli dengan harga fantastis, sekitar 7 digit untuk naskahnya. Naskah ini sebenarnya lebih mengedepankan tentang kisah Sheriff of Nothingham dengan porsi tokoh Robin Hood yang lebih sedikit serta puncaknya merupakan kisah cinta segitiga antara sang Sheriff dengan Lady Marian serta Robin Hood. Bulan April 2007, Universal mengontrak sutradara spesialis film action terkenal, Ridley Scott, untuk mengkomandani film ini. Ridley Scott pun meminta penulis naskah Brian Helgeland untuk menulis ulang naskah buatan Reiff dan Voris. Dibantu dengan penulis naskah lain seperti Paul Webb dan Tom Stoppard, akhirnya naskah film ini berubah drastis dan lebih menitik beratkan Robin Hood sebagai tokoh utama. Aktor Russell Crowe yang sudah keburu teken kontrak untuk membintngi film ini dengan bayaran fantastis pun ( US$ 20 Juta + 20% keuntungan film ini ( Gross Profit )) tetap ditunjuk sebagai aktor utama film ini, hanya karakternya sekarang berubah menjadi Robin Hood. Aktris Cate Blanchett pun akhirnya dikontrak sebagai Lady Marian setelah aktris Sienna Miller yang sebelumnya sudah teken kontrak untuk berperan sebagai Lady Marian di film ini, mendadak mengundurkan diri dan aktris Kate Winslet yang ditawari untuk peran inipun juga ikut menolak. Pemilihan kedua aktor dan aktris utama inipun juga tidak lepas dari kontroversi akibat umur dan wajah mereka yang sudah terlalu tua untuk berperan sebagai Robin Hood dan Lady Marian. Cate Blanchett pun tidak ambil pusing dengan cibiran tersebut; tapi tidak demikian dengan Crowe. Dia pun langsung mengambil inisiatif untuk menyewa seorang personal trainer NBA untuk menempa dan membentuk kembali fisiknya yang menggembung setelah syuting film Body of Lies. Tak tanggung – tanggung, semua biaya P.T. ( Personal Trainer – Red ) tersebut pun dibiayai oleh Universal dan untuk menjaga bobot dan bentuk tubuh Crowe selama syuting berlangsung, sebuah ruangan khusus berisi perlengkapan dan peralatan Gym komplit bagi Crowe pun juga disediakan khusus oleh Universal. Crowe pun juga membaca semua literatur yang berhubungan dengan Robin Hood dan berlatih panah secara intensif selama 4 bulan sebelum syuting dimulai. Hasilnya?? Cukup mengesankan. Crowe mampu memanah target sejauh 45 meter dengan tepat.

Film ini ditargetkan beredar pada 26 November 2009, tapi, akibat mogok anggota WGA pada bulan Juli 2008, film inipun terpaksa merubah jadwal rilisnya. Syuting tadinya diharapkan berjalan pada Februari 2009, kembali molor untuk penyempurnaan naskah serta persiapan syuting agar berjalan dengan lebih baik dan lancar. Akhirnya, syuting berlangsung pada 30 Maret 2009 dan Scott pun menetapkan tanggal edar 14 Mei 2010 sebagai jadwal edar film ini. Dan, pada tanggal 26 Maret 2010, film ini akhirnya mendapat tempat prestisius karena film ini akan menjadi film pembuka Festival Film Cannes 2010.

Film Robin Hood ini memiliki garis besar cerita yang sama dengan kisah Robin Hood yang kita kenal, hanya saja ditambahi beberapa informasi tambahan sebagai penguat kisah Robin Hood. Berkisah tentang perjuangan Sir Robin Longstride, Earl of Huntington atau yang biasa kenal dengan nama Robin Hood, seorang pejuang The Third Crusade ( Perang Salib Ketiga ) dan merupakan seorang prajurit setia King Richard. Robin adalah seorang prajurit yang memiliki kehandalan dalam memanah, ahli pertarungan jarak dekat, dan ahli strategi. Ketika pulang bertugas akibat kematian King Richard, Robin mendapati kenyataan yang pahit tentang kampung halamannya. Raja yang baru, King John ( Isaac ), berniat untuk menambah kekayaan serta harta kerajaan untuk persiapan perang dan juga demi kelancaran pemerintahan. Untuk itu, dia menitahkan penguasa setempat bernama Sherrif of Nohingham yang lalim dan gila harta serta gemar menindas rakyatnya untuk menambah pajak lebih besar kepada rakyat. Siapapun yang menentang hal ini, akan diambil tindakan tegas, kalau perlu, hukuman mati. Robin yang tidak suka dengan hal inipun memberontak dan melakukan perlawanan dari balik hutan. Robin tidak sendirian berjuang, karena dia akan dibantu oleh Lady Marian yang juga memberontak melawan sang shreiff yang keji. Bersama Robin, Marian membentuk pasukan pemberontak untuk menghentikan penindasan sheriff keji tersebut dengan cara yang sudah terkenal dalam sejarah, yaitu merampok orang – orang kaya dan membagikan harta rampokan tersebut ke rakyat – rakyat kecil serta mengumandangkan keadilan serta kebebasan bagi rakyat kecil yang tertindas.

Cerita yang simple? Yap Jelas. Filmnya memang memiliki cerita yang simple. Tapi, kita tidak akan pernah tahu akan ada kejutan apa dibalik ke-simple-an naskahnya tersebut. Apakah memang akan ada penambahan jati diri tentang Sheriff of Nothingham atau Lady Maria atau tentang Robin, kita belum akan tahu sebelum kita melihat hasil akhir filmnya ketika diputar nanti. Yang jelas, duet Sutradara – aktor Ridley Scott dan Russell Crowe bukanlah sebuah hal yang bisa dianggap remeh dan sebelah mata oleh banyak kalangan. Kerjasama apik mereka membuahkan keberhasilan ganda ( keberhasilan secara Box Office dan Oscar ) dalam film Gladiator.pun menjadi bukti bahwa duet maut sutradara – aktor film ini pun bukanlah hal yang bisa dianggap remeh. Film ini memang didukung oleh banyak orang – orang yang berprestasi dalam banyak penghargaan film. Yang lebih mantapnya lagi, film inipun juga didukung oleh 2 bintang utama serta sutradara penerima Oscar yang sangat sayang untuk dilewatkan. Kita masih ingat bahwa aktris Cate Blanchett pun behasil menyabet Oscar lewat perannya dalam film The Aviator. Selain itu, Ridley Scott juga dikenal sebagai sutradara yang mampu membuat film full action dan menghibur tapi tidak meninggalkan bobot cerita dalam setiap karyanya, seperti yang diperlihatkannya dalam film Black Hawk Down dan Gladiator. Scott juga dikenal sebagai sutradara film action yang masih menyisipkan pesan – pesan khusus dalam setiap filmnya, seperti pencarian kebebasan seorang manusia ( dalam film Gladiator ), kemanusiaan untuk menolong antar sesama dalam sebuah grup ( Black Hawk Down ), hingga tentang pentingnya arti perdamaian dan kerukunan antar seluruh umat beragama di dunia ( Kingdom of Heaven ) adalah contah pesan yang dilontarkan oleh sineas film action yang usianya sudah tidak muda tapi masih berjiwa muda ini. Selain itu, fans setia cerita Robin Hood pastinya akan menunggu – nunggu film yang diangkat dari cerita favorit mereka ini.

Film ini bukan tanpa kekurangan. Ingat film – film gagal secara Box Office seperti Kingdom of Heaven dan Body of Lies? Yap, 2 film tersebut adalah film karya Ridley Scott. Kedua film tersebut bisa dikatakan memiliki kualitas yang lumayan bagus, tapi ironisnya, film ini gagal dalam perolehan Box Office. Kedua film berbujet besar tersebut hancur berantakan dalam peredarannya di Amerika, tapi cukup tertolong dalam peredarannya secara Internasional. Kegagalan dua film tersebut bisa dikatakan merupakan aib yang bisa membuat beberapa orang yang mengetahui akan kegagalan film tersebut menjadi malas untuk menonton film Robin Hood ini atau minimal malas untuk menyaksikan film – film karya Ridley Scott berikutnya. Selain itu, faktor tidak sesuainya casting Russell Crowe dan Cate Blachett sebagai Robin Hood dan Lady Marian akibat umur dan wajah mereka yang sudah terlalu tua itu, bisa membuat sebagian kalangan bertanya – tanya ”Apa Ridley Scott gak salah casting orang nih??” dan bisa membuat mereka malas untuk menonton film Robin Hood yang baru ini. Memang harus diakui, film Robin Hood versi tahun 1991 merupakan contoh ( dan terkadang juga dijadikan sebagai barometer pembanding) bahwa casting – casting yang masih muda, fresh, dan terkenal merupakan sebuah keharusan dalam setiap film Robin Hood dan hal inilah yang sampai sekarang masih dipegang teguh oleh banyak penonton film – film Robin Hood. Oleh sebab itu, agak disayangkan juga bahwa setiap film Robin Hood yang baru harus menggunakan aktor dan aktris muda yang belum tentu kualitas aktingnya menawan dibandingkan dengan aktor aktris watak dan terkenal walau sudah tua seperti Robin Hood versi baru ini, karena memang mindset penonton sudah disetting seperti itu.

Overall, film Robin Hood versi Ridley Scott ini jujur sayang untuk anda lewatkan. Kolaborasi bintang – bintang dan sutradara peraih Oscar dalam film ini merupakan moment langka yang bisa anda saksikan dalam film epik kolosal yang berbujet sekitar US$ 130 juta ini. Selain itu, diluar kegagalan Scott lewat film Kingdom of Heaven dan Body of Lies, minimal kita berikanlah kesempatan ketiga bagi Scott untuk menebus dosa – dosa nya lewat film Robin Hood ini. Marilah juga kita berikan kesempatan bagi aktor Russell Crowe dan aktris Cate Blanchett untuk unjuk gigi dan membuktikan bahwa mereka tetap pantas berperan sebagai Robin Hood dan Lady Marian walau sudah tidak muda lagi dan dianggap miss-casting oleh banyak kalangan ini. Dengan pengarahan khas Ridley Scott yang tetap setia untuk menghibur penonton tapi juga tidak melupakan bobot dan kualitas cerita, serta permainan Crowe dan Blanchett yang apik, film ini pastinya akan menjadi salah satu ( calon ) adaptasi Robin Hood terbaik, selain tentunya film Robin Hood tahun 1991 dan juga film konyol Robin Hood : Men of Tights. Saya pribadi percaya, minimal film ini bisa menghibur penonton, karena lewat 3 trailer yang dilepas ke publik, adegan – adegan actionnya cukup seru dan mengingatkan kita akan kekolosalan adegan pertempuran yang ada pada film Gladiator. So, bagi anda yang mencari film action menghibur tapi masih memiliki bobot cerita, atau penasaran melihat kolaborasi para bintang dan sutradara peraih Oscar, atau memang fans sejati kisah Robin Hood atau kisah – kisah epik kolosal lainnya, Robin Hood WAJIB menjadi tontonan yang WAJIB anda tonton minggu ini. Akhir kata, selamat menonton.

Copyright : Alexander ”Ajay” Dennis

Trailer 1:

Trailer 2: