Selasa, 28 September 2010

Preview Legend of the Guardians : The Owls of Ga'Hoole


Preview

Legend of the Guardians : The Owls of Ga’Hoole ( Warner Bros Pictures_2010 )

Pemain :

  • Jim Sturgess as Soren
  • Geoffrey Rush as Ezylryb
  • Emily Barclay as Gylfie
  • Jay Laga'aia as Twilight
  • David Wenham as Digger
  • Hugo Weaving as Noctus/Grimble
  • Ryan Kwanten as Kludd
  • Sam Neill as Metal Beak
  • Helen Mirren as Nyra
  • Emilie de Ravin as Eglantine
  • Richard Roxburgh as Boron
  • Abbie Cornish as Otulissa

Sutradara : Zack Snyder

Rilis =

  • 24 September 2010 ( Amerika Serikat )
  • 29 September 2010 ( Main di Bioskop Indonesia dalam format 2D dan 3D )

Zack Snyder adalah sutradara asal Amerika yang baru memproduksi 3 judul film, namun film – filmnya memiliki hasil yang berhasil di 2 sisi, yaitu dari segi Box Office, maupun dari segi teknis filmnya. Di jaman sekarang ini, jarang ada sutradara yang mampu menggabungkan 2 macam keberhasilan tersebut. Tercatat, Snyder pernah menghasilkan film Dawn of the Dead, 300, dan Watchmen. Hasilnya, film – film tersebut sukses dari segala sisi. Dari segi Box Office, ketiga film tersebut berhasil meraih pendapatan yang bagus : US$ 102,4 juta untuk Dawn of the Dead ( padahal budget-nya hanya US$ 28 juta ); US$ 456 juta untuk film 300 ( dengan budget hanya US$ 70 juta ); serta US$ 185,3 juta untuk Watchmen ( dengan budget US$ 130 juta ). Sedangkan untuk sisi teknis film serta kritisi, ketiga film tersebut dipuji oleh banyak kalangan dan juga oleh para penonton. Terbukti, para kritikus memberi point plus untuk ketiga film produksinya tersebut. Selain itu, lewat ketiga film itulah, sutradara yang berusia 44 tahun ini dikenal sebagai sutradara yang memiliki visi visualisasi yang unik dan juga keren. Lewat Dawn of the Dead, selain berhasil menggedor jantung serta mampu menaik-turunkan tempo ketegangan penonton selama menyaksikan film ini, film ini juga berhasil menampilkan adegan slow motion ketika senjata shotgun ditembakkan ke arah zombie dan kamera berhasil menangkap adegan kepala atau bagian tubuh zombie yang terkena efek tembakan zombie tersebut serta tak ketinggalan efek slow motion peluru yang terbang dan jatuh ke tanah. Lewat film 300, kita disuguhkan teknik slow motion dicampur dengan adegan zooming ( baik zoom in maupun zoom out ) plus mempercepat serta memperlambat adegan fighting tersebut secara cool dan juga unik, selain tentunya background colour settingnya yang apik hingga membuat kita serasa sedang menonton graphic novel berjalan. Lewat film yang diangkat dari graphic novel terkenal, Watchmen, sutradara ini ber-eksperimen dengan penokohan karakter – karakter yang ada, adegan fighting yang cool, visualisasi Amerika Serikat jaman Perang Dingin lewat alternative timeline yang terlihat menarik dan berbeda, serta mampu mengolah kerumitan ceritanya menjadi suatu film yang mudah dicerna dan juga membungkam kesinisan banyak orang terhadap graphic novel ini yang dinyatakan akan sangat mustahil bisa diangkat ke layar lebar. Oleh sebab itulah, mantan sutradara video clip dan juga iklan commercial ini begitu percaya diri dengan proyek – proyek selanjutnya. Kekuatan visual, cerita, serta keinginannya untuk terus meng-eksplore ide – ide baru dalam setiap filmnya, adalah kekuatan utama dari sutradara yang tinggal di Passadena ini.

Kini, setelah sukses dengan Watchmen tahun lalu, Snyder kembali sibuk dengan memproduksi sebuah film dengan genre yang terbilang baru saja dirambah olehnya, yaitu film kartun keluarga. Yap. Snyder kali ini menggarap sebuah film animasi yang diangkat dari sebuah novel anak – anak terkenal karangan Kathryn Lasky berjudul Guardians of Ga’Hoole. Novel anak – anak yang telah berakhir pada tahun 2008 silam serta total memiliki 15 seri ini cukup diincar oleh Snyder untuk diangkat ke dalam bentuk layar lebar. Plotline film ini merupakan gabungan dari cerita 3 novel pertama seri Guardians of Ga’Hoole, yaitu The Capture, The Journey, dan The Rescue.

Film ini memiliki plot yang cukup menarik dan terhitung tidak sederhana untuk ukuran film animasi khusus untuk anak – anak. Soren ( Sturgess ) adalah sesosok burung hantu remaja yang sangat tertarik dengan sebuah legenda mitologi berjudul Guardians of Ga’Hoole, yaitu sebuah legenda tentang sekelompok burung yang bersumpah untuk melindungi kerajaan burung hantu ( The Owl Kingdom ) beserta dengan penduduknya dari serangan pasukan burung jahat bernama The Pure Ones. Tak cuma menyukai cerita legenda itu saja, Soren pun bermimpi ingin menjadi salah seorang kesatria Ga’Hoole kelak ketika sudah dewasa nanti. Anggota keluarga Soren, yaitu Noctus ( Weaving ), adiknya Eglantine ( Adrienne deFaria ), serta kakaknya, Kludd ( Kwanten ), pun menganggap Soren mengada – ngada dengan cita – cita tersebut. Bahkan, Kludd pun benar – benar membenci Soren karena lewat mimpi sang adik tersebut, perhatian orang tuanya lebih tercurah kepada sang adik dibanding dirinya. Hingga akhirnya, Kludd dan Soren terjatuh dari sarang tempat mereka tinggal dan kemudian diculik oleh para anggota The Pure Ones dibawah komando seorang burung hantu jahat bernama Metal Beak ( Neill ) dan kekasihnya, Nyra ( Mirren ). Kakak beradik tersebut dibawa ke sebuah pulau yang asing dengan tujuan untuk dicuci otaknya supaya menjadi prajurit The Pure Ones dan bermaksud untuk menyerang serta menghancurkan The Owl Kingdom. Soren yang mengetahui hal tersebut pun berusaha kabur dari tempat tersebut dan ditemani dengan beberapa teman – teman barunya yang juga lari dari fasilitas pencucian otak tersebut, Soren pun memulai petualangannya melewati samudera serta melewati lembah – lembah berbahaya untuk mencari Guardians of Ga’Hoole serta membebaskan sang kakak dari cengkraman The Pure Ones sebelum terlambat.

Sebagai sebuah film, mengadaptasi 3 buah novel ke dalam sebuah film dengan durasi sekitar 1,5 hingga 2 jam adalah pekerjaan yang berat. Apalagi jika film tersebut diperuntukkan untuk kalangan anak – anak. Memang Zack Snyder berhasil mengadaptasi graphic novel seberat dan secerdas Watchmen ke dalam pita seluloid dengan durasi 2,5 jam, namun tetap memiliki plot yang kuat dan juga menarik sesuai dengan graphic novelnya. Nah, inilah tantangan yang dicari oleh Snyder, dimana dia berusaha untuk mengadaptasi cerita 3 novel pertama Guardians of Ga’Hoole menjadi sebuah film yang tetap enak untuk diikuti oleh semua kalangan, khususnya anak – anak dengan memperhatikan durasi yang tidak terlalu panjang, dan tetap harus memperhatikan detail plot yang ada sehingga ceritanya tidak berbeda dengan versi novelnya. Pertanyaannya adalah, apakah Snyder mampu membuat sebuah film yang enak dinikmati oleh anak – anak dan juga semua kalangan? Hingga saat ini, filmography Snyder sebenarnya hanya film – film untuk kalangan remaja dan dewasa semata. Bukan hanya itu saja tantangan yang akan dihadapi oleh Snyder. Tantangan lain juga datang dari visualisasi serta tentunya efek 3D dari film animasi ini. Seperti apakah hasil 3D film ini? Hingga saat ini, hanya film How to Train Your Dragon saja yang memiliki kualitas 3D terbaik diantara berbagai judul film animasi lainnya. Tak cuma itu, Dragon pun juga kuat di sisi plot dan penceritaan serta penokohan. Ya, mau tak mau, Legend of the Guardians harus dibandingkan dengan Dragon serta tentunya Toy Story 3 karena ketiga animasi inilah yang merupakan kandidat kuat perebut Oscar dalam sektor The Best Animated Picture tahun depan. Tantangan terakhir datang dari jadwal rilis film ini. Film ini dirilis pada saat yang bersamaan dengan tanggal rilis film yang paling ditunggu oleh para orang dewasa, yaitu Wall Street : Money Never Sleeps ( alias Wall Street 2 ). Walaupun ada chance 50 – 50 untuk merebut posisi puncak Box Office Amerika serta mendapatkan laba yang besar, namun tetap saja, bersaing dengan film Wall Street 2 adalah hal yang cukup riskan, walaupun berdasarkan track record, umumnya film animasi lebih unggul dari segi pendapatan jika bersaing dengan film dewasa semacam Wall Street. Namun, tanggal edarnya yang jauh dari tanggal hari libur nasional, membuat film ini terasa harus hati – hati untuk memproyeksikan pendapatan yang akan diterimanya, apalagi film ini memakan budget produksi yang cukup mahal, sekitar US$ 100 juta.

Di luar tantangan yang akan dihadapi oleh Snyder tersebut, pada dasarnya Legend of the Guardians memiliki beberapa point positif. Pertama, film ini didukung oleh trailer serta poster yang bagus dan juga terkesan artistik. Lihat saja adegan ketika Soren terbang dan wajahnya diterpa oleh air hujan yang bagus dan juga indah, dan tentunya iringan lagu Kings and Queens dari band 30 Seconds to Mars yang enak didengar dan terasa mampu menggetarkan hati setiap orang yang melihat trailernya. Harus diakui, Snyder merupakan orang yang ahli dalam hal mempromosikan filmnya. Rata – rata, trailer promosi tentang film – film yang diproduksinya mampu menarik calon penonton untuk menyaksikan filmnya kelak di bioskop. Kedua, film ini dirilis dalam format 3D, sehingga bisa dipastikan akan memperoleh pendapatan yang cukup besar di minggu pertamanya. Seperti yang kita ketahui, harga 1 tiket untuk film 3D bisa mencapai 2 kali lipat dari harga tiket film biasa. Dengan strategi ini, diharapkan film Legend of the Guardians ini bisa mendapat pemasukan yang baik di minggu pertama film ini dirilis. Ketiga, film dengan tema Legend of the Guardians adalah film alternatif bagi pihak anak – anak dan juga keluarga. Jika Wall Street 2 lebih membidik pangsa pasar pria remaja dan dewasa, maka Legend of the Guardians lebih membidik pangsa pasar anak – anak, remaja, dan tentunya orang tua. Pastinya, keluarga akan mengajak anak – anaknya untuk menonton film ini ketimbang Wall Street 2, walaupun setelah menemani anak – anak mereka menonton Legend of the Guardians, mereka tetap bisa memilih Wall Street 2 sebagai pilihan menonton kedua mereka di bioskop.

Overall, film Legend of the Guardians : The Owls of Ga’Hoole adalah film animasi yang layak untuk ditunggu dan juga ditonton minggu ini. Sebagai film yang diproduksi oleh studio yang menghasilkan film peraih Oscar dalam kategori The Best Animated Pictures tahun 2008, yaitu Happy Feet, serta diarahkan oleh sutradara “jenius” Zack Snyder, pastinya, film ini tidak bisa dipandang remeh begitu saja. Film ini juga bisa dikatakan sebagai kandidat film peraih Oscar untuk The Best Animated Picture pada Oscar tahun depan yang direncanakan akan digelar pada bulan Februari 2011 nanti, walaupun harus bersaing ketat dengan kandidat lainnya, yaitu How to Train Your Dragon dan Toy Story 3. Asal film ini menghibur, mampu memberikan pesan positif kepada setiap penontonnya, serta memiliki visualisasi yang indah dan efek 3D yang memukau dengan sinematografi yang baik, maka bukan tak mungkin, film ini akan meraih pendapatan yang bagus ketika dirilis nanti, serta berpotensi memenangkan Oscar tahun depan. So, bagi anda penggemar berat film – film karya Zack Snyder, atau bahkan mungkin anda fans berat novelnya, atau sedang ingin mentraktir keponakan atau anak – anak anda untuk menyaksikan film animasi yang menghibur serta bermakna di bioskop, maka film Legend of the Guardians : The Owls of Ga’Hoole adalah jawabannya. Akhir kata, selamat menonton, dan TAKE FLIGHT IN 3D!!

Copyright : Alexander ”Ajay” Dennis

Trailer 1:


Trailer 2:

Jumat, 24 September 2010

Review The Last Exorcism


Review

The Last Exorcism ( Lionsgate_2010 )

Pemain :

  • Patrick Fabian as Reverend Cotton Marcus
  • Iris Bahr as Iris
  • Adam Grimes as Dave Moskowitz
  • Louis Herthum as Louis Sweetzer
  • Ashley Bell as Nell Sweetzer

Sutradara : Daniel Stamm

Rilis =

  • 27 Agustus 2010 ( Amerika Serikat )
  • 24 September 2010 ( Main di Bioskop Indonesia, Exclusive hanya di XXI )

Eli Roth adalah seorang sutradara sekaligus produser spesialis film – film horror independent yang biasanya memiliki budget produksi murah meriah, namun mendapat pendapatan yang cukup berlipat ganda dibanding ongkos produksinya. Tak cuma itu. Pria berumur 38 tahun tersebut juga terkenal sebagai aktor dan juga penulis naskah. Beberapa film karya Eli Roth sebagai seorang sutradara yang terkenal diantaranya adalah film Cabin Fever, Hostel, Hostel : Part 2, serta sebuah film pendek tentang propaganda Nazi dalam film Inglorious Basterds berjudul Nation’s Pride. Sebagai seorang aktor, Roth sangat dikenal oleh penonton lewat perannya sebagai Donny "The Bear Jew" Donowitz dalam film perang spaghetti western buatan sutradara “pintar” Quentin Tarantino berjudul Inglorious Basterds, serta tentunya sebagai MC Wet T-Shirt Contest dalam film Piranha 3D baru – baru ini, walaupun sebenarnya, Roth juga berakting dalam beberapa film buatannya sendiri. Kini, setelah puas bermain dalam berbagai genre film, serta sedang rehat guna menemukan ide baru untuk film buatannya, Roth memproduseri sebuah film horror independent berjudul The Last Exorcism. Dengan style mockumentary ( yaitu film documenter namun fiksi ) ala The Blair Witch Project serta Paranormal Activity, Roth bersiap untuk menakut – nakuti para penonton lewat film horror yang diproduserinya ini.

Film ini memiliki kisah yang simple, namun cukup menarik. Seorang pendeta bernama Cotton Marcus ( Fabian ) adalah seorang pendeta yang dikagumi serta dicintai oleh umatnya akibat pembawaan penginjilannya yang berbeda dibanding pendeta lain sekaligus seorang pengusir hantu dan roh – roh halus jahat lainnya yang merasuki tubuh seseorang yang cukup terkenal. Namun ternyata, semua itu hanyalah tipuan dan trik semata. Hingga akhirnya, dia sadar dengan segala dosa – dosanya dan berniat untuk bertobat. Namun sebelum bertobat, Marcus setuju untuk melakukan sebuah pengusiran setan terakhir pada tubuh seorang gadis bernama Nell ( Bell ) yang dirasuki oleh roh jahat, atas permintaan ayah Nell, Louis Sweetzer ( Herthum ) lewat surat yang dikirimkannya kepada Marcus. Bersama dengan crew-nya, yaitu produser/sutradara Iris Reisen ( Bahr ) dan kameramen Dave Moskowitz ( Grimes ), Marcus bermaksud untuk melakukan tipuan trik pengusiran hantu agar terlihat nyata di kamera, sekaligus membongkar kebusukan – kebusukan ritual pengusiran setan bohongan yang terjadi di dunia. Namun ternyata, yang terjadi malah sebaliknya. Nell benar – benar dirasuki iblis yang sangat kuat bernama Abalam dan susah untuk dikendalikan. Hal ini akhirnya membuat Marcus sadar bahwa dia harus bertindak secara sungguhan untuk menyelesaikan kasus ini dan meminta serta bersandar pada Tuhan Yang Maha Esa untuk membantunya menyelesaikan kasus ini, sebelum semuanya menjadi terlambat. Namun, ada suatu rahasia yang disembunyikan dalam kasus ini, suatu rahasia yang tidak akan disadari oleh siapapun.

Film ini berjalan lambat selama 35 menit pertama, setelah itu, tempo ketegangan dinaikkan sedikit demi sedikit, hingga akhirnya, 15 menit terakhir film ini adalah bagian terbaik dari film yang total berdurasi 90 menit ini. Selama 35 menit pertama, kita akan melihat sosok sesungguhnya pendeta Cotton Marcus. Dia adalah seorang pendeta yang memiliki gaya penginjilan yang unik dalam melayani setiap umatnya, serta memiliki istri yang cantik, ayah yang juga seorang pendeta seperti dirinya, dan seorang anak yang baik hati walaupun memiliki keterbatasan fisik. Selain itu, kita akan melihat trik dan juga tipuan yang dilakukan oleh Marcus guna meyakinkan kliennya dalam hal urusan pengusiran setan. Sebenarnya hal ini cukup unik, dimana akhirnya kita bisa jadi mempertanyakan tentang trik pengusiran setan itu sendiri dan apakah memang benar yang namanya ritual pengusiran setan itu benar – benar ada atau tidak. Dari 35 menit awal film ini bergulir pun kita juga bisa melihat bahwa ternyata Marcus melakukan penginjilan serta pengusiran setan tanpa disertai dengan motif untuk melayani Tuhan secara sepenuh hati dan hal tersebut sudah bergeser maknanya menjadi sebuah rutinitas biasa saja. Lebih ironisnya lagi, Marcus sampai tega untuk melakukan ritual pengusiran setan bohongan hanya demi mengeruk keuntungan semata. Sebuah hal yang sangat ironis dan bisa dikatakan tidak pantas walaupun Marcus melontarkan berbagai alasan untuk mengelak. Tapi di sisi lain, kita juga bisa melihat bahwa hati nurani Marcus masih mau berbicara dan berusaha untuk melepaskan segala tindakan tidak terpujinya tersebut dengan cara bertobat, lebih melayani Tuhan dengan sepenuh hati, dan tidak akan melakukan lagi ritual pengusiran setan tipuan tersebut. Marcus justru lebih memilih untuk membongkar segala trik tipuan dari ritual pengusiran setan bohong – bohongan tersebut daripada terus melakukan ritual pengusiran setan tipuan. Kita juga bisa melihat bahwa Marcus masih memiliki hati nurani untuk menolong sesama walaupun dengan keterbatasan yang dia miliki. Semua hal tersebut terasa kontradiksi memang, namun hal inilah yang menjadikan film ini menarik. Walaupun begitu, bagi anda yang mencari sebuah film horror yang menegangkan, film ini tidak menawarkan sebuah film dengan ketegangan yang intens serta horror yang mencekam sepanjang filmnya. Bahkan, bisa dikatakan, film ini memiliki tingkat ketegangan serta horror yang kurang mencekam serta lebih memilih untuk membangun ketegangan penonton secara perlahan – lahan.

Kesalahan terbesar film ini adalah jika memang film ini mau untuk memakai format documentary layaknya film Paranormal Activity atau Blair Witch Project, dengan bodohnya film ini justru menampilkan music background di sepanjang filmnya dan tidak menampilkan sound background yang mengerikan, mengejutkan, atau mampu membuat penonton merinding. Lebih parahnya lagi, film ini justru menggantikan hal – hal tersebut dengan music background yang tidak mencekam sama sekali. Melihat hal ini, penonton pasti merasa aneh dan berpikir bahwa film documenter namun memiliki music background? Sungguh aneh dan tidak terasa sama sekali unsur nyatanya. Penonton manapun pasti tidak akan tertipu dengan hal ini. Tidak seperti The Blair Witch Project atau Paranormal Activity yang mampu menipu penonton lewat format documenter nya, film ini justru sejak awal sudah memperlihatkan tipuannya kepada para penonton sejak awal. Hal ini seperti kita menonton pertunjukkan sulap, dimana kita tahu sulap ada sebuah tipuan yang menggunakan trik – trik yang keren, namun sepanjang kita menonton pertunjukkan sulap tersebut, perasaan dan keyakinan kita bisa digoyahkan akibat pertunjukkan sulap yang terasa begitu nyata di mata kita dan kita tidak bisa melihat trik yang digunakan oleh si pesulap ketika beraksi. Nah, perasaan kita menonton film The Last Exorcism ini justru seperti kita menonton sulap, namun kita sudah diberitahu triknya dari awal, sehingga kita tidak bisa menikmati pertunjukkan sulap dengan perasaan yang berbunga – bunga.

Film ini selamat berkat 15 menit terakhir film ini bergulir. Adegan endingnya mampu di twist dengan cukup menarik dan memiliki penyelesaian yang mampu membuat anda tercengang semuanya. Setidaknya dengan ending yang cukup menarik, film ini justru menjadi selamat dari jurang kehancuran.

Overall, film The Last Exorcism justru cukup berhasil menjadi sebuah film dengan gaya pendekatan yang baru ketimbang melulu menjual adegan – adegan horror semata di sepanjang filmnya. Film ini secara mengejutkan mampu memberikan sebuah alternatif tontonan horror baru, dengan memasukkan berbagai unsur manusiawi ke dalamnya. Pengusiran setan yang ternyata bohongan dan juga jiwa untuk melayani Tuhan yang ternyata jika tidak diimani serta diamini dengan baik yang bisa berakibat menjadi sebuah rutinitas belaka membuat kita semakin sadar untuk lebih waspada terhadap hal – hal semacam ini dan juga bisa menjadi bahan perenungan pribadi bagi diri kita sendiri. Namun, film ini memiliki kelemahan dalam hal presentasi filmnya yang terlihat tidak real, film yang berjalan cukup lambat, dan ketegangan yang tidak terlalu mantap selama film bergulir. Selain itu, apakah semua kalangan penonton bisa tetap terjaga untuk mengikuti film ini, dimana setelah film yang berjalan lambat ( walau sudah dinaikkan temponya sedikit – sedikit ), 15 menit terakhir film ini adalah bagian terbaik dari film karya sutradara independent Daniel Stamm ini? Saya agak meragukan hal tersebut akibat isi filmnya yang mungkin bagi sebagian orang terlihat cukup membosankan. Film ini bagaikan cermin yang memiliki 2 sisi. Di satu sisi, film ini menawarkan sebuah film dengan konsep horror yang berbeda serta memiliki bobot yang cukup baik dalam penyampaian pesan cerita. Di sisi lain, film ini justru bukanlah pilihan yang bijak bagi anda para pencari film horror yang memiliki intensitas ketegangan yang terjaga selama filmnya berlangsung. Namun tetap, harus diakui, 15 menit terakhir film ini adalah penyelamat film ini. Selain itu, keunikan yang ada pada film ini rasanya harus cukup kita beri apresiasi karena jarang ada sebuah film horror yang seperti ini, yang mampu menyentil iman kita. Jadi, sekarang pilihan ada di tangan anda. Apakah anda mau menonton sebuah film horror dengan pendekatan yang berbeda? Atau lebih memilih setia dengan film horror yang lebih menjual adegan seram selama filmnya bergulir? Jika anda bisa terima dengan pilihan pertama, anda wajib untuk menyaksikan film ini. Namun, jika anda lebih memilih pilihan kedua, maka ada baiknya anda menghindari film ini. So, pilihan ada di tangan anda, dan 1 pesan lagi yang sangat penting bagi anda setelah menyaksikan film ini : jangan pernah berurusan dengan hal – hal yang berbau gaib jika kita ternyata tidak memiliki kemampaun untuk menangkal hal tersebut, sebab jika kita berani – berani untuk bermain dengan alam gaib, maka kita akan kena akibatnya dalam bentuk dan cara apapun. Akhir kata, selamat menonton.

Cerita = 7 / 10

Pemain = 6 / 10

Kriteria khusus :

Tingkat Horror = 4 / 10

Tempo film = 4 / 10

Ending = 7 / 10

Pesan Cerita = 7 / 10

Total = 6 / 10

Copyright : Alexander ”Ajay” Dennis

Trailer 1:


Trailer 2:

Selasa, 21 September 2010

Review Resident Evil Afterlife 3D


Review

Resident Evil : Afterlife 3D ( Screen Gems_2010 )

Pemain :

· Milla Jovovich as Alice

· Ali Larter as Claire Redfield

· Wentworth Miller as Chris Redfield

· Shawn Roberts as Albert Wesker

· Spencer Locke as K-Mart

· Boris Kodjoe as Luther West

· Kim Coates as Bennett

· Kacey Barnfield as Crystal

Sutradara : Paul W.S Anderson

Rilis =

  • 10 September 2010 ( Amerika Serikat )
  • 18 September 2010 ( Midnight Show di Bioskop XXI Indonesia )
  • 21 September 2010 ( Main di Bioskop XXI Indonesia )

T

eknologi 3D akhir – akhir benar - benar sedang menjamur, khususnya untuk dunia perfilman Hollywood. Dalam kurun waktu 2 tahun terakhir ini, sudah banyak genre film yang menggunakan teknologi 3D dalam setiap film yang diproduksi oleh Hollywood. Genre action, adventure, bahkan horror pun sudah mulai menggunakan teknologi 3D. Namun, tak sedikit dari film – film tersebut yang ternyata hasil 3D-nya mengecewakan. Beberapa contoh film terbaru yang hasil 3D-nya mengecewakan adalah Clash of the Titans, The Last Airbender, hingga Cats and Dogs : The Revenge of Kitty Galore. Nah, kali ini, apakah film bergenre Sci Fi Horror Action berjudul Resident Evil ( selanjutnya akan kita singkat menjadi RE ) Afterlife ini hasil 3D-nya mengecewakan? Atau lebih bagus? Atau standard saja? Mari kita lihat reviewnya.

Sebelum masuk reviewnya, mari kita lihat dulu sinopsis ceritanya. Film RE Afterlife ini masih berkisah tentang petualangan Alice ( Jovovich ) untuk menghancurkan organisasi penyebar virus mematikan yang merubah hampir seluruh umat manusia di muka bumi ini menjadi zombie haus darah dan daging, yaitu Umbrella Corporation. Langsung melanjutkan cerita dari film – film RE sebelumnya, kali ini Alice menggempur markas besar Umbrella Corporation yang berada di Tokyo. Albert Wesker ( Roberts ), pimpinan Umbrella Corp. sudah menanti kedatangan Alice dan kloningannya dengan mempersiapkan banyak pasukan dan juga kekuatan barunya. Gagal dengan penyerbuannya yang menyebabkan kaburnya Wesker, Alice pun terbang ke Alaska dan menemukan kenyataan pahit, bahwa ternyata, Alaska tidak seaman yang diberitakan oleh media – media. Disitu pula, Alice bertemu dengan partner lamanya, Claire Redfield ( Larter ) yang mengalami amnesia. Setelah Alaska dinyatakan tidak aman, Alice dan Claire terbang ke Los Angeles dan menemukan sekelompok manusia yang berusaha bertahan hidup dengan senjata dan keahlian seadanya. Salah satu diantara rombongan tersebut adalah Chris Redfield ( Miller ), kakak Claire. Terdesak dengan serangan zombie yang semakin menggila, mereka harus lari berusaha untuk bertahan hidup dan mencari tempat yang aman untuk berlindung, sekaligus menghadapi kawanan zombie yang telah bermutasi menjadi zombie bernama Majini dan The Executioner serta menghadapi Wesker, yang telah menjebak mereka di Los Angeles dengan tujuan memusnahkan keberadaan manusia di muka bumi untuk selama – lamanya.

Dengan cerita yang semakin kopong, mau tak mau film RE kali ini benar – benar bergantung pada adegan – adegan action yang memiliki teknologi 3D, hingga adegan – adegan action yang diharapkan mampu menghibur penonton. Lalu, apakah tekonologi 3D serta adegan action yang diharapkan bisa menolong film ini benar – benar bisa mencapai target untuk menghibur penonton? Untuk teknologi 3D-nya, film ini tergolong biasa – biasa saja, bahkan bisa dibilang tidak terlalu konsisten untuk teknologi 3D-nya. Beberapa detail – detail kecil, seperti misalnya pecahan – pecahan tembok ketika terkena efek tembakan, kaca – kaca yang pecah, hingga lontaran – lontaran selongsong peluru yang keluar dari senjata dan juga jalur peluru yang hendak mengarah ke kita, cukup terasa efek 3D nya. Sekitar 30 menit awal film ini bergulir, semua adegan – adegan 3D-nya cukup bagus dan juga terasa cukup nyata bagi kita. Namun, semua efek 3D tersebut mencapai klimaks ketika lemparan kapak dari The Executioner mengarah ke penonton ( sekitar menit ke 65 ). Setelah itu, efek 3D nya terasa biasa saja. Bahkan, ketika film ini mencapai adegan pertarungan klimaks, yaitu ketika Alice melawan 2 anjing doberman yang sudah terinfeksi oleh T-Virus yang telah bermutasi serta pertarungan 2 lawan 1 antara Albert Wesker versus Chris dan Claire Redfield, adegan 3D-nya justru terasa menggelikan, kalau tidak mau dibilang konyol. Adegan – adegan action slow motion ala Matrix yang digabung dengan 3D, terasa lucu dan menggelikan akibat hasil visual efek-nya yang masih kasar dan benar – benar seperti mirip game dengan visual efek yang setengah jadi. Sebenarnya, film ini memiliki sinematografi yang cukup baik dalam hal pengambilan angle shoot sehingga diharapkan bisa mengejutkan penonton dan membuat penonton takjub dengan efek 3D-nya. Misalnya ketika zombie Majini membuka mulutnya yang terbelah dengan tujuan memangsa musuhnya, kamera men-shoot langsung muka zombie Majini tersebut secara face to face, atau ketika Wesker bermutasi menjadi monster, kamera men-shoot langsung muka Wesker secara berhadapan. Sayang, akibat teknologi special efeknya yang masih kasar, membuat adegan – adegan yang seharusnya mampu membuat penonton kaget dan merasakan betapa real-nya zombie Majini atau Wesker yang hendak menyerang kita, justru tidak terasa disini. Ketidak-konsistenan efek 3D dalam film ini juga terasa ketika film ini berada pada background lingkungan sekitarnya. Pada saat awal bergulir, efek 3D nya terasa real akibat memisahnya background lingkungan dengan karakternya ( seperti gambar timbul atau pop – up ). Namun, ketika film bergulir mulai pertengahan film hingga mencapai klimaks, justru tidak terasa 3D-nya. Hal inilah yang menjadi kelemahan adegan – adegan 3D pada film RE Afterlife. Kadang 3D-nya terasa, namun kadang 3D nya tidak terasa. Awalnya film ini memiliki 3D yang bagus, namun semakin menurun ketika film ini berjalan mulai pertengahan hingga film ini berakhir.

Sebenarnya film ini berjalan menarik di awal, namun ketika memasuki pertengahan, film ini terasa membosankan. Adegan – adegan actionnya terasa kurang seru ketika memasuki pertengahan film. Untungnya, bagian pertengahan tersebut sedikit tertolong dengan adegan pertarungan Claire dan Alice versus The Executioner yang diakhiri dengan lemparan kapak yang terasa nyata ke arah penonton. Namun selepas itu, selesai sudah adegan action yang menghibur. Adegan action klimaks film ini, seperti yang sudah disampaikan diatas, terasa biasa saja dan kurang seru serta konyol.

Para pemain di film ini bisa dikatakan sudah semakin menyatu dengan karakter – karakternya. Milla Jovovich makin menyatu dengan Alice, sedangkan Ali Larter terlihat semakin nyaman memerankan karakter Claire Redfield. Khusus untuk karakter Alice, di film ini, tokoh Alice cukup tergali karakternya. Kita bisa melihat secara sekilas mengenai sisi manusiawi Alice lewat adegan keputus-asaan Alice ketika mencoba mencari manusia yang masih hidup di bumi ini. Dengan video jurnal yang selalu direkamnya setiap ada kesempatan, Alice mengutarakan keputus-asaannya karena sudah sekitar 6 bulan mencari manusia yang masih bertahan hidup di bumi ini tanpa hasil dan adegan ini cukup mengejutkan untuk ukuran film – film RE, karena jarang sekali memperlihatkan sikap putus asa Alice karena biasanya dia selalu optimis dengan pekerjaannya. Selain memperlihatkan keputus-asaannya, kita juga bisa melihat bahwa Alice ternyata memiliki hobi mengoleksi koin. Sedangkan untuk para pemeran – pemeran barunya, hanya Shawn Roberts yang cukup meyakinkan sebagai Albert Wesker, sang penjahat utama dari Umbrella Corp. Mimik muka, kostum, bentuk tubuh, serta sifatnya yang kejam dan tanpa kompromi mirip dengan Wesker versi game dan Roberts cukup berhasil memerankan Albert Wesker dengan meyakinkan. Untuk Wentworth Miller, dia kurang berkharisma serta kurang berotot untuk memerankan tokoh Chris Redfield. Tidak seperti gamenya, dimana tokoh Chris terlihat berkharisma dan macho berkat tampilan fisiknya yang kekar berotot, tokoh Chris versi live action terasa kurang pas diperankan oleh Miller. Boris Kodjoe di film ini cukup berperan sebagai scene stealer sebagai tokoh Luther yang konyol, namun juga macho dan baik hati. Sisanya, semua berperan standard, bahkan kurang meyakinkan. Sayangnya, semua karakter baru yang ada pada film ini tidak tergali secara maksimal karakternya. Mungkin dengan asumsi semua penonton dan fans RE sudah mengenal lebih jauh tentang background character dari tokoh – tokoh seperti Chris, Claire, dan Wesker lewat game, sehingga mereka tidak perlu menggali karakter ketiga tokoh baru tersebut dengan lebih dalam lagi.

Overall, film RE Afterlife ini sebenarnya berpotensi masih bisa menghibur penonton lewat adegan – adegan action yang seru serta penggunaan teknologi Fusion Camera 3D yang maksimal. Namun, justru hal tersebut masih terasa kurang maksimal hasilnya akibat spesial efek 3D-nya yang masih kasar dan ketidak-konsistenan efek 3D-nya sepanjang film berjalan. Selain itu, adegan – adegan action terasa semakin hambar dan juga kurang seru. Film ini tertolong berkat promosi 3D-nya yang cukup gencar, humor yang cukup segar, serta karakter Alice yang cukup tergali emosi serta penokohannya. Namun, hal tersebut dirasa masih tidak cukup untuk menyelamatkan RE Afterlife dari perolehan nilai negatif. Jika mau secara kasar dikatakan, filmnya terasa menjadi sebuah film kelas B. Hambar dan kurang seru. Jika hal ini tetap diteruskan untuk ke depannya, maka film RE berpotensi semakin hancur ke depannya dan penonton semakin menyadari bahwa film RE bisa menjadi sebuah film yang tidak perlu ditonton. Hati – hati, Paul W.S Anderson. Jika anda tidak semakin berhati – hati untuk ke depannya serta tidak memperbaiki segala kekurangan yang ada pada film – film RE, maka bukan tidak mungkin film RE selanjutnya akan ditinggal penonton. Lalu, bagaimana dengan gosip tentang film RE 5 yang kabarnya akan menghadirkan tokoh Leon Kennedy? Well, seperti yang sudah dikonfirmasi di oleh aktris Milla Jovovich pada 12 September silam di sebuah pesta Mercedes-Benz Tea Party di Lincoln Center yang menyatakan bahwa film RE 5 akan segera digarap, maka jelaslah bahwa film RE 5 sedang memasuki tahap persiapan produksi untuk dirilis sekitar tahun 2012 atau 2013 mendatang. Well, sah – sah saja memang jika film RE 5 tetap diproduksi nantinya, namun, jika semua kekurangan yang ada tidak cepat – cepat diperbaiki, maka film RE 5 bisa saja tidak laku. Namun, tetap menarik untuk melihat, daya tarik apalagi yang akan ditawarkan oleh pihak studio pembuat film – film RE untuk menyukseskan film RE 5 kelak. Apakah dengan memasukkan tokoh pujaan fans RE lainnya, yaitu Leon Kennedy, Barry Burton, Rebecca Chambers, atau mungkin tokoh Sheva Alomar dari game RE 5? Atau bahkan mulai menggunakan teknologi 4D untuk film RE 5? Entahlah. Namun, tetap menarik untuk menyaksikan sepak terjang Screen Gems guna mensukseskan film RE 5 kelak. Just wait and see.. He3. XD.

NB : Setelah credit nama – nama pemainnya bergulir, jangan langsung pulang ya. Ada adegan kejutannya. He3. ;).

Point :

Cerita = 4 / 10

Pemain = 5 / 10

Kriteria khusus :

Sinematografi = 7 / 10

Special Efek ( 3D ) = 6 / 10

Unsur Hiburan

dan bobot cerita = 5 /10

Total = 5.5 / 10

Copyright : Alexander ”Ajay” Dennis

Jumat, 17 September 2010

Preview Resident Evil Afterlife


Preview

Resident Evil : Afterlife ( Screen Gems_2010 )

Pemain :

· Milla Jovovich as Alice

· Ali Larter as Claire Redfield

· Wentworth Miller as Chris Redfield

· Shawn Roberts as Albert Wesker

· Spencer Locke as K-Mart

· Boris Kodjoe as Luther West

· Kim Coates as Bennett

· Kacey Barnfield as Crystal


Sutradara : Paul W.S Anderson

Rilis =

  • 10 September 2010 ( Amerika Serikat )
  • 18 September 2010 ( Midnight Show di Bioskop XXI Indonesia )
  • 22 September 2010 ( Main di Bioskop XXI Indonesia )

R

esident Evil atau di Jepang dikenal dengan sebutan Bio Hazard, adalah seri game terkenal buatan Capcom yang pertama kali diproduksi pada tahun 1996, tepatnya ketika mesin game Sony Playstation memasuki masa kejayaannya. Berkat element gameplay yang menarik, action yang seru, puzzle yang menantang, visualisasi horror yang gelap dan mencekam, serta iringan original score ( atau kita sebut juga dengan background music ) yang menyeramkan serta dengan sukses menggiring pemain ke arah rasa ketakutan mereka, membuat Resident Evil ( selanjutnya akan disingkat menjadi RE ) sukses di seluruh negara, hingga sampai detik ini. Sampai saat ini, RE sudah memiliki 5 seri game ( seri keenamnya sedang dalam tahap pengembangan ), serta banyak spin off game berdasarkan game horror hasil karya Shinji Mikami ini. Selain itu, tak cuma dalam platform game saja, RE pun juga memiliki novel, komik, film animasi CGI, arena permainan simulasi theme park ( berjudul Biohazard 4D-Executer di Mosaic Garden, Kobe, Jepang ), dan masih banyak jenis platform lainnya yang diangkat dari game horror yang satu ini.

Bukan Hollywood namanya jika tidak tertarik dengan suatu hal yang terkenal di luar Amerika dan mengadaptasi hal tersebut untuk diangkat ke layar lebar. Mencium aroma kesuksesan seri RE, maka Hollywood ( tepatnya Sony ) pun membeli lisensi RE dari Capcom untuk mengangkatnya ke layar lebar. Maka, di tahun 2002, muncullah film Resident Evil yang pertama dengan sutradara Paul W.S Anderson serta Milla Jovovich sebagai aktris utamanya. Walaupun film pertamanya cukup dicaci maki oleh para fans gamenya, namun siapa sangka, RE versi live action ini bisa bertahan sampai pada seri keempatnya, yaitu RE Afterlife ini. Faktor kesuksesan alias balik modal-lah yang mendorong produser untuk selalu membuat film lanjutan RE. Tak heran, dengan disuntik modal hanya sebesar US$ 33 juta untuk RE 1 serta US$ 45 juta untuk RE 2 : Apocalypse dan juga RE 3 : Extinction, film – film tersebut masing – masing mendapatkan keuntungan lebih dari US$ 100 juta untuk peredarannya di seluruh dunia, dan berdasarkan grafik pendapatannya, semakin lama semakin naik untuk tiap film. Selain hasil pendapatan Box Office yang semakin lama semakin baik, kreator RE versi live action movie, yaitu Paul W.S Anderson pun juga selalu punya taktik jitu dengan cara mengeluarkan tokoh – tokoh terkenal dari gamenya secara satu – persatu, sehingga para fans gamenya minimal bisa tetap tertarik untuk menonton filmnya. Dan yang paling jitu, adalah tanggal edar yang selalu sepi dari pesaing dan hal tersebut merupakan kunci kesuksesan dari setiap film RE yang dirilis di bioskop. Belajar dari kesalahan film RE pertama, yang diedarkan pada musim panas sehingga film tersebut kalah saingan dengan film summer lainnya yang lebih bagus dan lebih menghibur, maka mulai dari RE 2 dan 3, film live action RE selalu dirilis pada bulan sepi pesaing sehingga pendapatan film ini semakin maksimal dari satu film ke film lainnya. Adegan action pun juga selalu ditambah porsinya. Tak heran, di luar ceritanya yang semakin bobrok bin amburadul, film RE tetap bisa mendulang laba maksimal dan semakin meningkat.


Film RE Afterlife ini masih berkisah tentang petualangan Alice ( Jovovich ) untuk menghancurkan organisasi penyebar virus mematikan yang merubah hampir seluruh umat manusia di muka bumi ini menjadi zombie haus darah dan daging, yaitu Umbrella Corporation. Langsung melanjutkan cerita dari film – film RE sebelumnya, kali ini Alice menggempur markas besar Umbrella Corporation yang berada di Tokyo. Albert Wesker ( Roberts ), pimpinan Umbrella Corp. sudah menanti kedatangan Alice dan kloningannya dengan memperiapkan banyak pasukan dan juga kekuatan barunya. Gagal dengan penyerbuannya yang menyebabkan kaburnya Wesker, Alice pun terbang ke Alaska dan menemukan kenyataan pahit, bahwa ternyata, Alaska tidak seaman yang diberitakan oleh media – media. Disitu pula, Alice bertemu dengan partner lamanya, Claire Redfield ( Larter ) yang mengalami amnesia. Setelah Alaska dinyatakan tidak aman, Alice dan Claire terbang ke Los Angeles dan menemukan sekelompok manusia yang berusaha bertahan hidup dengan senjata dan keahlian seadanya. Salah satu diantara rombongan tersebut adalah Chris Redfield ( Miller ), kakak Claire. Terdesak dengan serangan zombie yang semakin menggila, mereka harus lari berusaha untuk bertahan hidup dan mencari tempat yang aman untuk berlindung, sekaligus menghadapi kawanan zombie yang telah bermutasi menjadi zombie bernama Majini dan The Executioner serta menghadapi Wesker, yang telah menjebak mereka di Los Angeles dengan tujuan memusnahkan keberadaan manusia di muka bumi untuk selama – lamanya.

Kali ini, dengan teknologi 3D yang semakin menjamur, film RE kembali dirilis. Dipromosikan menggunakan Fusion Camera System seperti yang digunakan James Cameron ketika men-shoot film Avatar, maka diharapkan akan mampu menarik perhatian penonton agar mau menyaksikan film RE Afterlife ini. Diharapkan, penonton bisa merasakan kehebatan 3D dari penggunaan Fusion Camera System ini, dimana mereka bisa merasakan lemparan kapak The Executioner, serangan para zombie yang bermutasi dan semakin pintar dan juga ganas, serta banyak adegan action campur horror lainnya secara real dan juga lebih nyata.

Dari sektor cerita, well, tidak perlu ditanya lagi. Film RE memang bukan film yang menjual cerita se-briliant film Inception misalnya, atau akting para pemain sekaliber film Oscar The Hurt Locker misalnya, karena memang point penting dari film ini adalah memberikan hiburan yang fun dan memuaskan bagi para penonton dan juga fans setia gamenya. Tak lebih dan tak kurang. Oleh sebab itu, penggunaan teknologi Fusion Camera System akan lebih dikedepankan ketimbang cerita. Untuk cerita, asal nyambung dengan film sebelumnya serta gamenya, maka hal itu tidak perlu dipermasalahkan terlalu besar.

Kehadiran tokoh Chris Redfield di film ini, membuat fans gamenya pasti akan tertarik untuk menyaksikan film RE Afterlife ini. Tokoh macho yang baru saja menjadi main hero di game RE 5 ini dirasa tepat kehadirannya, karena popularitasnya yang sedang menanjak dan juga fanbase dari kakak kandung Claire Redfield ini juga cukup banyak di seluruh dunia, apalagi para fans berat game RE. Pemilihan tokoh Wentworth Miller sebagai Chris tergolong tepat walau terlihat kurang berotot. Dan tak lupa juga dengan kehadiran tokoh antagonis Albert Wesker. Tokoh antagonis necis pimpinan Umbrella Corp. yang juga hadir menjadi main villain di game RE 5 inipun juga merupakan tokoh antagonis favorit kaum gamer di seri RE. Pemilihan aktor Shawn Roberts dirasa cukup pas untuk menghidupkan karakter misterius dan juga kejam ini akibat tampilan fisiknya yang pas dan mirip dengan tampilan fisik Wesker di gamenya. Memang menjadi kehandalan Paul W.S Anderson untuk selalu pintar memancing rasa kepenasaran penonton terhadap film – film RE selanjutnya.

Walaupun begitu, apakah benar efek 3D yang digembar – gemborkan akan sangat dahsyat tersebut memang sangat dahsyat untuk dinikmati? Jika kita lihat sekilas mengenai grafik pendapatan film – film 3D sekitar 3 bulan terakhir ini, grafiknya cenderung menurun akibat penyalahgunaan penggunaan teknik 3D pada setiap film yang beredar 3 bulan ke belakang ini. Penonton pun merasa tertipu dan cenderung kapok untuk menyaksikan film dengan format 3D karena ternyata hasil akhirnya sangat biasa dan penonton tidak merasakan perbedaan antara menonton film dengan format 3D dengan 2D, sehingga cenderung untuk meninggalkan film 3D. Jika ternyata hasil 3D film RE Afterlife ini mengecewakan, maka hal ini menjadi bumerang tersendiri, khususnya dalam hal pendapatan yang mampu mengembalikan budget produksi film ini. Film ini memakan biaya sekitar US$ 70 juta untuk produksinya, dan nominal tersebut merupakan sebuah budget produksi terbesar dalam sejarah pembuatan film RE. Jika hasil campaign 3D film ini tidak berhasil atau hasil 3D filmnya tidak sebombastis promosinya, maka resiko film ini ditinggal penonton pun akan menjadi senjata mematikan yang bisa membuyarkan produksi film RE selanjutnya. Selain itu, pertanyaan terbesar pun juga patut dialamatkan kepada para fans dan juga penonton setia film RE : Apakah anda sudah mulai bosan dengan film yang stagnan cerita namun semakin mengedepankan action serta teknologi semata dari film RE? Jika sudah bosan, maka hati – hatilah para produser film RE. Hal itu merupakan signal film anda akan ditinggal penonton. Terakhir, promosi film RE Afterlife inipun tergolong tidak sekreatif promosi RE 2 : Apocalypse dan juga RE 3 : Extinction ( nanti di bawah akan saya berikan trailer promosi RE 2 dan 3 sebagai bahan pembanding ).

Overall, film RE Afterlife tetap merupakan film yang patut ditunggu untuk ditonton minggu ini. Film ini cenderung diedarkan pada waktu yang pas, dimana tidak adanya pesaing sama sekali serta tentunya kehadiran Chris Redfield serta albert Wesker pun menjadi daya tarik tersendiri bagi para fans RE. Selain itu, promosi penggunaan Fusion Camera System 3D milik James Cameron pun kelihatannya bukan hanya gertak sambal semata. Hasil 3D nya kelihatannya akan bagus, mencekam, serta menghibur penonton. Asal ditangani dengan tepat serta memiliki angle camera yang pas agar penonton bisa merasakan kedahsyatan efek 3D dari film ini, maka semuanya akan dirasa pas dan mantap serta memberikan kepuasan kepada para penonton serta fans RE. So, bagi anda fans berat seri dan film RE, atau butuh film horror action seperti layaknya film My Bloody Valentine, maka bersiaplah menyaksikan RE Afterlife di bioskop – bioskop kesayangan anda. Jangan lupa untuk menonton 3D-nya di bioskop anda ya, karena kekuatan utama film ini terletak pada visual efek 3D-nya. Akhir kata, selamat menonton.

Copyright : Alexander ”Ajay” Dennis

Trailer 1:


Trailer 2:


Trailer Promo Resident Evil 2_Apocalypse :


Trailer Promo Resident Evil 3_Extinction :

Jumat, 10 September 2010

Review Darah Garuda ( Merah Putih 2 )


Review

Darah Garuda ( Merah Putih 2 ) ( Margate Film_2009 )

Pemain : Doni Alamsyah as Tomas

Lukman Sardi as Amir

Rudy Wowor as Major Van Gaartner

T. Rifnu Wikana as Dayan

Darius Sinathrya as Marius

Sutradara : Yadi Sugandi dan Conor Allyn

Rilis : 8 September 2010 ( Di Bioskop – Bioskop Indonesia )


Setelah tahun lalu kita disuguhi oleh film tentang Kemerdekaan Indonesia berjudul Merah Putih, maka di bulan September ini, kita akan disuguhi oleh sekuel film Merah Putih tersebut, kali ini dengan judul Darah Garuda, atau kadang lebih dikenal dengan Merah Putih 2. Masih dengan sutradara film pertamanya, yaitu Yadi Sugandi, namun kali ini dia dibantu oleh sutradara muda asal Amerika, Conor Allyn, yang bertindak sebagai sutradara kedua. Lalu, apakah hasilnya akan kurang semenarik film pertamanya, atau justru lebih baik, atau malahan, semakin buruk hasilnya?

Sebelum masuk ke dalam penilaian film ini, kita lihat terlebih dahulu sinopsis ceritanya. Film ini masih menceritakan tentang perjuangan bangsa Indonesia untuk mempertahankan Kemerdekaan dari tangan Belanda. Langsung menyambung dari film pertamanya, dimana tokoh Melati dan tokoh Senja ditawan oleh Belanda dan sudah menjadi tugas Letnan Amir beserta teman – temannya, yaitu Marius, Dayan, dan Tomas untuk menyelematkan kedua perempuan tersebut. Setelah misi penyelamatan kedua perempuan tersebut berhasil, keenam orang inipun bertemu dengan pasukan Jendral Sudirman yang bersembunyi di hutan dan kemudian mendapatkan misi untuk menghancurkan sebuah lapangan udara milik Belanda di Jawa Barat. Jika lapangan udara tersebut berhasil dihancurkan, maka pesawat – pesawat Belanda tidak dapat mendarat di Jawa Barat dan otomatis, kekuatan serangan Belanda akan melemah sehingga Indonesia tetap bisa mempertahankan Kemerdekaannya. Amir, Marius, Dayan, dan Tomas kemudian ditemani oleh pasukan khusus pimpinan Sersan Yanto dan seorang anak muda bernama Budi. Misi berjalan sulit dan juga tidak mudah bagi pasukan khusus tersebut. Dalam perjalanan misi inilah, akhirnya pasukan khusus tersebut bertemu dengan pasukan tentara Islam, serta mengenal lebih jauh mengenai kejamnya perang, seperti pengkhianatan, kesetia kawanan, serta rasa kehilangan sesama rekan prajurit di medan perang. Lalu, berhasilkah misi yang diemban oleh Amir dan kawan – kawan?

Nah, setelah melihat sinopsis filmnya, pertanyaan terbesarnya adalah : bagaimana dengan kualitas film ini? Apakah hasilnya seperti yang saya katakan diatas : cenderung sama buruk, lebih baik, atau justru lebih buruk ketimbang film pertamanya? Kali ini, dengan sangat menyesal bisa dikatakan, kualitas Darah Garuda justru lebih menurun dibanding film pertamanya, Merah Putih. Banyak point yang menyebabkan film Darah Garuda menjadi lebih buruk ketimbang pendahulunya. Adegan action yang semakin sedikit dan justru hasilnya semakin buruk ketimbang pendahulunya, stunt coordinator yang buruk, chemistry antar pemainnya yang tidak ada sama sekali, ilustrasi musik yang payah, jalinan cerita yang sengaja dibuat seperti terlihat kompleks namun sayangnya justru dieksekusi dengan standard adalah point – point minus yang membuat film ini menjadi lebih buruk ketimbang film pertamanya. Mari kita lihat satu persatu.

Untuk segi cerita, film ini memang dibuat seperti seolah – olah terlihat kompleks dan juga menarik. Isu pengkhianat di dalam tubuh pasukan khusus pimpinan Amir, pertemuan mereka dengan pasukan Islam, serta misi yang terlihat mustahil, dimana hanya ada sedikit orang yang ikut ambil bagian dalam misi penghancuran sebuah lapangan udara yang notabene dijaga ketat oleh pasukan Belanda, sayangnya justru tidak dieksekusi dengan baik dan cenderung memiliki penyelesaian yang terlihat gampang serta tidak memiliki tensi ketegangan sama sekali. Misalnya, isu pengkhianatan di tubuh pasukan khusus pimpinan Amir. Isu pengkhianatan ini justru dibuat tidak menarik serta tidak mampu menarik rasa kepenasaran penonton akibat terlalu cepat dibukanya kedok siapa yang menjadi pengkhianat di dalam pasukan Amir. Sutradara serta penulis ceritanya seakan tidak mampu untuk menarik-ulur dan membuat penonton penasaran lebih lama serta menebak – nebak tentang siapa pengkhianat di tubuh pasukan Amir. Hal ini sebenarnya bisa diakali dengan misalnya dengan cara tidak menunjukkan suara atau wajah sang pengkhianat untuk beberapa waktu kedepan hingga akhirnya BAM! Penonton terkejut dengan sosok pengkhianat tersebut. Namun hal tersebut tidak dilakukan oleh sang sutradara dan juga penulis naskah. Isu - isu tentang kesetiakawanan, persahabatan, rasa kehilangan rekan di medan perang pun juga tidak digali lebih dalam di film ini.

Dari sisi adegan action, film ini justru tidak banyak menampilkan adegan action. Jumlahnya sedikit dan hasilnya pun justru tidak spektakuler atau tidak mendebarkan sama sekali. Misalnya, adegan ketika Amir dan kawan – kawan berusaha membebaskan Senja dan Melati. Ketika terjadi baku tembak antara tentara Belanda dengan Amir dan kawan – kawan di camp tempat Melati dan Senja ditahan, adegan baku tembak tersebut tidak terlihat seru, mendebarkan, apalagi bernyawa. Selain itu, adegan penyerbuan markas besar Belanda di Jawa Barat oleh Tomas, Budi, dan Syaefullah pun digarap dengan asal dan tidak memiliki unsur ketegangan sama sekali. Bahkan ketika adegan penyerbuan lapangan udara milik Belanda pun terlihat kurang menarik sama sekali. Hal ini kelihatannya disebabkan oleh ilustrasi musiknya yang tidak mendukung adegan – adegan action yang ada, penyelesaian adegan action yang buruk, dan juga stunt coordinator yang buruk. Akibat point – point itulah, akhirnya film ini terlihat sebagai film action kurang darah dan terlihat membosankan bagi para pecinta film action, khususnya film action buatan luar negeri. Yadi Sugandi kelihatannya masih canggung untuk mengarahkan sebuah film perang kolosal semacam ini. Conor Allyn pun juga terlihat tidak memiliki kontribusi apapun untuk menghidupkan film action ini.

Dari sisi chemistry antar pemain, film ini juga tidak memiliki chemistry antar pemain sama sekali. Tidak seperti di film pertamanya, dimana chemistry antara tokoh Tomas dan Marius terlihat seru, lucu, dan juga menarik akibat karakter keduanya yang terlihat gontok – gontokan namun saling membanntu dan juga saling padu satu sama lain dan juga bisa dikatakan sebagai chemistry paling klop dalam film Merah Putih tahun lalu, maka di film Darah Garuda, chemistry kedua tokoh ini tidak terasa sama sekali. Hal ini dikarenakan screen time yang mereka berdua miliki terhitung sedikit dan tidak sebanyak serta semenarik ketika di film Merah Putih. Selain itu, cerita yang terlihat kompleks ( namun sebenarnya tidak ) serta perpindahan antar adegannya yang terlalu cepat membuat film ini tidak memiliki waktu yang cukup untuk mengeksplore chemistry antar pemainnya.

Dari sisi akting para pemain, hanya akting Rudy Wowor saja yang terlihat meyakinkan sebagai Major Van Gaartner yang menyebalkan, cerdik, kejam, dan juga memiliki dendam pribadi dengan pasukan Amir dan kawan – kawannya. Sedangkan sisanya terlihat biasa – biasa saja. Aktris Atiqah Hasiholan di film ini justru hanya ditampilkan sebagai tempelan semata dan aktingnya tidak berkesan sama sekali. Sedangkan akting sisa pemain lainnya justru terlihat biasa – biasa saja. Akting aktor senior Alex Komang pun terkesan biasa saja, namun cukup terasa kewibawaannya sebagai pak Kyai. Akting keempat pemain utamanya ( Lukman Sardi, T Rifnu Wikana, Doni Alamsyah, dan Darius Sinathrya ) bisa dikatakan merupakan pengulangan akting mereka lewat film Merah Putih tahun lalu, sehingga tidak ada yang spesial sama sekali.

Overall, film darah Garuda adalah contoh sebuah film yang memiliki kualitas lebih buruk ketimbang pendahulunya. Point – point diatas cukup memberikan bukti betapa buruknya film ini. Kehadiran sutradara muda, Conor Allyn, sebagai 2nd director yang membantu Yadi Sugandi justru tidak membantu sama sekali. Kelihatannya, Allyn harus malu dan belajar dari sutradara Gareth Evans dengan film Merantau nya tahun lalu yang terlihat lebih seru, lebih menegangkan, dan lebih enak untuk dinikmati oleh para penonton. Evans berhasil membuktikan bahwa dirinya mampu membuat sebuah film action full adrenalin rush yang menghibur bagi para penonton Indonesia dan penonton terbukti menyukai film Merantau serta terkesan dengan adegan – adegan action yang ada di film tersebut dan juga terlihat lebih seru ketimbang film Darah Garuda ini. Selain itu, Yadi Sugandi pun kelihatannya harus lebih banyak belajar untuk mengarahkan sebuah film action perang kolosal dan juga harus belajar untuk mengarahkan para pemainnya agar bisa mengeluarkan akting terbaik mereka dan juga lebih memiliki chemistry antar pemain. Tragis memang, film Darah Garuda justru lebih melempem ketimbang pendahulunya. Dan menjadi pertanyaan untuk ke depannya, apakah film Merah Putih ke 3 tahun depan akan menjadi lebih seru, atau justru lebih buruk kualitasnya, atau sama buruknya? Dan pertanyaan besarnya adalah : apakah penonton masih sanggup dan mau untuk mengikuti film Merah Putih ke 3 tersebut setelah melihat hasil super mengecewakan dari film Merah Putih ke 2 nya ini? Hanya waktu yang bisa menjawab pertanyaan tersebut. 1 hal yang pasti, doa saya tahun lalu mengenai peningkatan kualitas film ini, ternyata tidak terjawab, dan 2 kata untuk menggambarkan kualitas film ini : BURUK dan TRAGIS!

Point :

Cerita = 5 / 10

Pemeran = 5 / 10

Kriteria khusus :

Action = 4 / 10

Special Efek = 4 / 10

Unsur Hiburan

Dan pembelajaran

manfaatnya = 4 /10

Total = 4,5 / 10

Copyright : Alexander ”Ajay” Dennis

Selasa, 07 September 2010

Intip Summer Movies 2011

Kita intip yuk film – film apa saja yang akan beredar pada Summer 2011.


Mei


6 Mei 2011

Thor

Film yang diangkat dari tokoh superhero rekaan Stan Lee ini akan memulai debut layar lebarnya pada tahun 2011 mendatang. Berkisah tentang Thor yang merupakan anak dari Odin, penguasa Asgard. Memiliki perangai yang sombong dan juga urakan, Odin menghilangkan kekuatan Thor serta membuangnya ke bumi, agar merasakan hidup sebagai manusia, hingga merubah perangai dan tingkah laku Thor tersebut. Hingga suatu ketika, Loki, saudara sekaligus musuh bebuyutan Thor, turun ke bumi untuk menghancurkan dunia dewa, serta bumi, dan hanya Thor yang mampu menggagalkan hal tersebut. Diperankan oleh Chris Hemsworth sebagai Thor, serta didukung oleh aktor watak Anthony Hopkins sebagai Odin serta aktris cantik Natalie Portman, Thor akan menjadi film pembuka Summer Movies tahun depan. Kita lihat saja, apakah sebagai film pembuka Summer Movies tahun depan, film ini akan menjadi film pembuka sehancur Iron Man 2, atau justru sekeren X 2 ( X 2 : X – Men United )?? Well’ wait and see.


13 Mei 2011

Priest

Diangkat dari manhwa ( komik Korea ) berjudul sama, film ini bersetting sekitar 100 tahun ke depan, dimana pihak Kristiani berperang dengan pihak Satanist. Mengisahkan tentang petualangan seorang pendeta bernama Ivan Isaacs ( Priest ) yang bekerjasama dengan seorang sherrif jago tembak dan seorang pendeta wanita untuk mencegah seorang mantan pendeta yang sekarang berubah menjadi pendeta setan bernama Black Hat yang berencana untuk menguasai dunia. Film ini kabarnya akan berbeda dengan versi manhwa-nya dan sempat menuai protes dari para fans manhwa-nya. Walau begitu, footage – footage film ini terlihat cukup menjanjikan, dan dengan dukungan teknologi 3D, film ini diharapkan akan mampu menarik perhatian para penonton.



20 Mei 2011

Pirates of the Caribbean : On Stranger Tides

Melanjutkan petualangan seorang bajak laut urakan nan konyol bernama Jack Sparrow, kali ini, Sparrow harus bersaing melawan seorang bajak laut kejam bernama Blackbeard guna menyingkap rahasia The Fountain of Youth. Masalah tak hanya sampai disitu saja, karena mantan kekasih Sparrow bernama Angelica yang merupakan anak kandung Blackbeard ternyata ikut serta dalam perburuan The Fountain of Youth ini. Tetap didukung oleh Johnny Depp, serta diperkuat oleh aktris seksi Penelope Cruz sebagai Angelica dan juga Ian McShane sebagai Blackbeard, film ini dikabarkan akan menjadi film yang paling ditunggu untuk bulan Mei tahun depan. Film ini juga diharapkan akan mengembalikan pamor Jerry Bruckheimer sebagai produser spesialis film – film action adventure ber-oktan tinggi yang selalu sukses dengan film – film action yang diproduseri olehnya, serta menebus dosa kegagalan dua film Summer nya tahun ini, yaitu The Prince of Persia : The Sands of Time serta The Sorcerer’s Apprentice.


27 Mei 2011

The Hangover 2

Petualangan keempat sekawan yang gila nan kocak dalam film The Hangover tahun lalu, akan kembali menghibur para penontonnya lewat film The Hangover 2. Kali ini, petualangan kwartet sahabat ini akan bersetting di Thailand. Belum ada kabar resmi mengenai film ini, namun pastinya, semua pemain kunci pada film The Hangover dipastikan akan kembali dalam sekuel film komedi dewasa terbaik tahun lalu ini. Hm. Sebuah sekuel yang akan menjadi sekuel lebih baik ketimbang seri pertamanya, atau tidak ya?? He3. XD.


27 Mei 2011

KungFu Panda : The Ka Boom of Doom

DreamWorks Animation summer tahun depan akan merilis sekuel pertama dari film KungFu Panda. Kali ini, film ini akan berkisah tentang petualangan Po, si Panda sakti yang sudah mengasai ilmu beladiri tinggi dan juga menjaga Valley of Peace bersama The Furious Five. Kali ini, Po akan menghadapi seorang jenius yang memiliki sebuah senjata rahasia yang mampu untuk menghancurkan KungFu China dan menguasai China untuk selama – lamanya. Po harus bertualang ke berbagai negeri untuk mencari cara mengalahkan sang musuh. Film animasi KungFu Panda memang cukup dinanti – nantikan oleh para fans-nya dan dipastikan, semua pengisi suara kunci film animasi ini akan kembali hadir untuk mengisi suara para karakter hewan jago KungFu ini. Jadwal edar film ini harus berhadapan man-to-man melawan The Hangover 2 tahun depan, dan akan kita lihat, apakah kehebatan Po si Panda serta kawan – kawannya akan mampu menaklukan kekonyolan dan kegilaan petualangan kwartet ganas nan ngaco dari film The Hangover, atau justru sebaliknya? We’ll see. He3. XD.




Juni


3 Juni 2011

X Men : First Class

Penasaran dengan kisah masa lalu antara 2 orang mutant yang “pernah berteman namun akhinya menjadi saling bermusuhan” bernama Professor Charles Xavier ( nantinya akan berubah nama menjadi Professor X ) dan Erik Lensherr ( nantinya akan dikenal sebagai Magneto )? Well, bersiaplah untuk menyaksikan film X Men : First Class ini. Tak Cuma akan membahas tentang cerita masa lalu Professor X dan juga Magneto, film ini juga akan membahas tentang beberapa anggota X Men pada masa mudanya ( seperti Cyclops, Beast, dll ) yang mulai belajar untuk mengendalikan kekuatan – kekuatan yang mereka miliki dibawah bimbingan Professor X. Selain tokoh – tokoh X – Men muda, film ini juga akan menceritakan para mutant pengikut Magneto semasa mudanya, yaitu Mystique, hingga awal terbentuknya aliansi yang sering menjadi musuh bebuyutan tim X – Men bernama Hellfire Club pimpinan Sebastian Shaw. Para fans X – Men, bersiap – siaplah untuk kegirangan tahun depan!


10 Juni 2011

Fast Five

Masih kurang puas dengan tampilan action, adu racing, adu modif, dan pameran mobil serta wanita sexy dalam film The Fast and The Furious 1 sampai dengan 4? Well, bersiaplah untuk menonton Fast Five. Yap. Fast Five atau yang mungkin akan lebih familiar disebut sebagai The Fast and The Furious 5 ini masih belum memiliki cerita detail tentang filmnya. Namun, dilihat dari para pemainnya, maka film ini kemungkinan akan mempertemukan para pemain dari film The Fast and The Furious pertama dengan 2 Fast 2 Furious. Selain itu, Dwayne “The Rock” Jackson pun juga sudah dikontrak untuk menjadi seorang penegak hukum yang akan mengejar tokoh utama Dominic “Dom” Toretto dan juga Brian O’ Conner. Pameran mobil baru, action seru, racing gila – gilaan, dan cast yang mantap, pastinya akan menjadi menu utama film ini, diluar cerita filmnya yang semakin lama semakin kopong. Bonus tambahan, film The Fast and The Furious 6 pun juga sudah siap diproduksi. CADAS!!!!


17 Juni 2011

Green Lantern

Film adaptasi dari tokoh DC Comics ini akhirnya siap dirilis tahun depan. Filmnya akan mengisahkan tentang sebuah organisasi nun jauh diluar sana bernama The Green Lantern Corps, yang merupakan sebuah organisasi superhero yang bertugas untuk menjaga kedamaian di seluruh galaksi. Hingga akhirnya, sebuah musuh baru bernama Parallax, mengancam perdamaian di seluruh galaksi dan juga bumi. Kini, perdamaian seluruh galaksi serta bumi ada di tangan seorang manusia bernama Hal Jordan. Hal yang merupakan seorang pilot test yang sombong namun pintar dan cekatan, harus mengemban misi berat untuk menjaga perdamaian antar galaksi serta bumi, hingga akhirnya, dia harus menghadapi musuh utama yang merupakan orang yang dikenal olehnya. Semua cast film ini terlihat sempurna, dengan aktor ganteng Ryan Reynolds sebagai tokoh utamanya. Satu nama yang sangat diragukan dalam film ini, yaitu Peter Sarsgaard yang berperan sebagai tokoh supervillain Dr. Hector Hammond. Kita tahu, tahun ini dia tampil tidak meyakinkan sebagai seorang tokoh antagonis dalam film Knight and Day. Sekarang dia kembali berperan sebagai seorang tokoh antagonis?? Geleng – geleng kepala saja deh melihatnya. -_-;


24 Juni 2011

Cars 2

Akhir – akhir ini, kelihatannya Disney sedang kehabisan stok cerita original dan sedang terkena demam sekuel seperti yang melanda pesaingnya, DreamWorks Animation. Setelah tahun ini Disney / Pixar merilis film Toy Story 3, maka tahun depan, studio animasi terkenal sepanjang masa ini akan merilis Cars 2. Ceritanya tentang perjalanan seorang mobil balap terkenal bernama Lightning McQueen yang harus mengikuti lomba balap mobil yang melintasi 5 negara, yaitu Jepang, Austria, Italia, Prancis, dan Inggris. Bersama dengan crew barunya dan juga sahabat – sahabatnya yang ditemui olehnya di Route 66 di film cars pertama, McQueen pun bertualang melintasi ke 5 negara tersebut. Namun, ketika Mater, teman McQueen, secara tidak sengaja terkena kasus yang melibatkan penyelamatan seorang agen rahasia Inggris bernama Finn McMissile dan terjebak pada petualang seru mengenai dunia spionase yang baru dikenalnya, maka tugas McQueen dan kawan – kawannya untuk menyelamatkan Mater, melakukan racing di 5 negara berbeda, serta mengalami petualangan seru yang tidak pernah mereka duga sebelumnya selama perjalanan mereka. Semua cast original film ini akan kembali dalam sekuelnya, kecuali aktor senior Paul Newman yang telah wafat pada September 2008 silam. Masih belum ada konfirmasi resmi tentang tokoh Doc Hudson yang suaranya diisi oleh aktor veteran tersebut, apakah tokoh bijaksana sekaligus mentor McQueen tersebut akan diganti pengisi suaranya, atau tokoh tersebut akan dihilangkan di film Cars 2 ini. Kita berharap saja, semoga sekuel film ini hasilnya tidak akan melempem, seperti layaknya film – film sekuel buatan DreamWorks Pictures.


24 Juni 2011

Rise of the Apes

Sebuah prekuel yang seharusnya tidak pernah ada, jika mau jujur dikatakan. Film ini merupakan prekuel dari film The Planet of The Apes buatan Tim Burton 9 tahun silam. Berkisah tentang seorang peneliti yang meneliti sebuah obat untuk menyembuhkan penyakit Alzheimer dengan mencoba obat tersebut ke seekor monyet. Ketika monyet tersebut mulai berevolusi, maka sang ilmuwan berusaha untuk memindahkan sang monyet agar lepas dari lab tersebut. Namun, hal tersebut tidak akan mudah, karena banyak pihak yang mengincar monyet tersebut. Dengan dukungan cast dan sutradara yang cenderung tidak terkenal, serta tanggal edar yang cenderung salah akibat harus bersaing dengan film animasi buatan Disney / Pixar berjudul Cars 2 yang akan lebih menarik minat penonton, maka keberhasilan film ini akan sangat dipertanyakan dan diragukan. Hm……..




Juli


1 Juli 2011

Transformers 3

Siap – siap saudara – saudara, adu gebuk, baku tembak, serta baku ledak – ledakkan para robot di muka bumi akan kembali terjadi tahun depan. Yap, kedua kubu robot saling bermusuhan, Autobots dan Decepticon, akan kembali tawuran massal di muka bumi ini dalam film berjudul Transformers 3. Belum ada berita resmi tentang cerita film ini, namun menurut sutradara Michael bay, film Transformers 3 ini akan menjadi seri transformers terakhir yang akan tayang di bioskop dan akan dihadirkan kepada para penonton lewat format 3D. Robot – robot baru akan kembali ditampilkan di film ini. Dari kubu Autobots, akan muncul robot – robot baru seperti Ferrari 458 Italia, Autobot yang akan berubah menjadi truk pemadam kebakara Rosenbauer Panther, Silverbolt yang merupakan robot pesawat dari kubu Autobots, new Mercedes-Benz E550 warna biru yang kemungkinan akan menjadi robot ilmuwan, dan juga 3 mobil racing NASCAR Chevrolet Impala stock cars milik Juan Pablo Montoya (#42 Target), Dale Earnhardt, Jr. (#88 AMP Energy/National Guard) dan Jimmie Johnson (#48 Lowe's/Kobalt) akan bergabung menjadi sub-team Autobot bernama The Wreckers. Sedangkan dari kubu Decepticon, akan muncul robot baru bernama Shockwave, robot Decepticon yang akan berubah menjadi Superfund Armored Truck. Sepasang robot Decepticon yang akan berubah menjadi mobil Chevrolet Suburban, robot Decepticon dengan wujud Dodge Charger SRT-8 warna hitam, hingga sepasang robot pembunuh dengan wujud alternative berupa Chevrolet Suburban yang akan membunuhi manusia di Sherman Oaks. Selain itu, beberapa robot lama seperti Optimus Prime, BumbleBee, Ratchet, dan IronHide akan mengalami perubahan bentuk fisik robot serta modifikasi mobil agar terlihat lebih keren dan lebih dewasa. Rumornya, Decepticon juga akan diperkuat oleh sebuah robot combiner raksasa mirip seperti Devastator di Transformers : Revenge of the Fallen 2 tahun silam, plus kehadiran ayah Optimus Prime, yaiu Sentinel Prime dalam film yang dikabarkan memakan budget produksi sekitar US$ 250 juta ini. Semakin seru, semakin gila – gilaan, dan semakin banyak saja jumlah robot dari Transformers 3, asal semoga jangan semakin kopong saja ceritanya!


8 Juli 2011

The Zookeper

Berkisah tentang seorang penjaga kebun binatang bernama Andrew yang sangat peduli dan sangat sayang dengan binatang – binatang yang ada di kebun binatang tempatnya bekerja. Saking sayangnya dengan binatang – binatang ada pada di kebun binatang tersebut, Andrew pun tidak memiliki pacar atau kekasih. Gebetan pun tidak ada! Binatang – binatang yang ada pada kebun binatang tersebut merasa kasihan dengan Andrew, dan mereka memilih untuk jujur kepada Andrew, bahwa mereka bisa berbicara, dan kemudian, membantu Andrew untuk memenangkan hati gadis pujaan Andrew. Kisah yang tergolong simple dan juga sudah sering dipakai, namun, film ini memiliki kekuatan pada sektor para pengisi suaranya. Sylvester Stallone, Adam Sandler, Judd Apatow, Cher, dan masih banyak aktor – aktris top lainnya yang menjadi pengisi suara di film ini, minimal akan menambah daya tarik film ini serta mampu menarik para calon penonton.


15 Juli 2011


Harry Potter and the Deathly Hallows Part 2

Akhirnya, sampai juga kita pada seri terakhir film yang diangkat dari novel terkenal karangan J.K Rowling bernama Harry Potter. Yap, 15 Juli 2011 adalah rilis seri terakhir film Harry potter, bertajuk Harry Potter and the Deathly Hallows Part 2. Bagian kedua ini akan berkisah tentang Harry dan kawan – kawannya yang harus menghadapi Voldemort dan pasukan kegelapannya dalam sebuah perang besar yang akan mengambil tempat di Hogwarts. Sebelum nonton Part 2 nya, kita berharap saja, semoga yang Part 1 nya tidak sejelek dan tidak sehancur Harry Potter and the Half Blood Prince tempo hari serta tidak senorak trailer promosi film ini. SEMOGA!!!



22 Juli 2011

Captain America : The First Avenger

Setelah terkatung – katung proses produksinya selama 10 tahun lebih, akhirnya, film tentang kapten terkenal di Amerika buatan Marvel Comics ini jadi juga dibuat filmnya. Filmnya akan berkisah tentang sepak terjang seorang pemuda bernama Steve Rogers yang mengajukan dirinya untuk menjadi manusia eksperimen dalam sebuah percobaan super human hingga akhirnya dia menjadi seorang superhero bernama Captain America. Rumornya, film ini akan bersetting pada zaman Perang Dunia 2 hingga jaman modern dan akan melibatkan Red Skull sebagai musuh utama Captain America. Dengan dukungan cast yang meyakinkan secara fisik, yaitu Chris Evans sebagai Captain America, serta aktor spesialis peran – peran antagonis, yaitu Hugo Weaving sebagai Red Skull, film ini akan menjadi sebuah film action superhero yang seru menjelang akhir bulan Juli tahun depan, serta merupakan film penggenap dari barisan para superhero ( yang kesemuanya telah diangkat ke layar lebar sebelumnya ) yang tergabung dalam tim The Avengers, dimana film tentang tim superhero dari kubu Marvel tersebut akan diedarkan pada tahun 2012. Press foto tentang film Captain America ini, yang memperlihatkan tampilan fisik Captain America, telah dilepas ke publik. Namun sayangnya, bagian helmet Captain America versi movie ini, kok tidak ada sayapnya seperti yang di komik ya? Aduh. Semoga hal ini tidak menjadi pertanda buruk tentang filmnya. SEMOGA!!


29 Juli 2011

Cowboys and Aliens

Diangkat dari graphic novel terkenal berjudul sama, filmnya akan bertabur bintang dan juga akan memiliki cerita yang sedikit unik. Berkisah tentang seorang koboi muda bernama Jake Lonergan yang mengalami amnesia dan juga tiba di sebuah kota yang dipimpin oleh seorang pemimpin kejam bernama Colonel Dolarhyde. Sempat tidak diterima di kota tersebut, sang koboi akhirnya kembali ke kota tersebut setelah sebuah peristiwa besar terjadi di kota tersebut, yaitu kedatangan bangsa Alien untuk memperbudak manusia! Dengan tim berupa gabungan antara para koboi jago tembak dan juga para suku Indian, sang koboi amnesia sedikit – sedikit mulai mengetahui tentang jati dirinya serta misteri gelang misterius yang melingkari tanggannya, serta merupakan kunci untuk mengalahkan bangsa Alien. Daniel Craig, Olivia Wilde, Adam Beach, hingga aktor Harrison Ford akan mendukung film berbudget sekitar US$ 100 juta ini. Kuat di barisan pemain, film ini justru ada kekhawatiran dari kursi sutradara, sebab sutradara yang merupakan biang kerok kehancuran film Iron Man 2 tahun ini, John Favreau, akan mengisi kursi sutradara film keren ini. Nah, kita lihat saja, apakah lewat film ini, John akan mampu menebus dosanya, atau justru membuat Cowboys and Aliens akan sehancur Iron Man 2?? Duh. Jadi dag dig dug nich nunggu hasil filmnya. He3. XD.


Agustus


3 Agustus 2011

The Smurfs Movie

Diangkat dari komik terkenal, film Smurfs akan menceritakan tentang petualangan makhluk liliput berwarna biru tersebut di New York dan juga petualangan mereka menghadapi Gargamel, musuh bebuyutan mereka. Filmnya dipastikan akan menghibur, walaupun ada sedikit keraguan akibat tampilan visual CGI-nya yang kurang meyakinkan dan kualitas filmnya cenderung akan seperti film Garfield yang memiliki kualitas tanggung untuk menghibur para penontonnya.


5 Agustus 2011

The Darkest Hour

Setelah 2 tahun lalu sineas asal Rusia, Timur Bekmambetov, unjuk gigi di perfilman Hollywood lewat film action keren Wanted, maka tahun depan, Timur akan kembali ke tanah kelahirannya, Rusia, untuk memproduseri sebuah film action thriller sci-fi terbaru berjudul The Darkest Hour. Film ini akan menceritakan tentang petualangan sekelompok muda – mudi untuk bertahan hidup di Rusia ketika Alien menginvasi kota di Eropa Timur tersebut. Ceritanya terolong sangat simple, namun, jika diarahkan dengan baik serta memiliki unsur visual yang keren serta adegan – adegan yang mampu menghibur serta memompa jantung serta adrenalin penonton, maka film The Darkest Hour ini dipastikan akan sanggup berbicara banyak di tangga Box Office Amerika. Menarik!


10 Agustus 2011

War Horse

Berkisah tentang seekor kuda yang dijual ketika Perang Dunia 2 berkecamuk. Namun, sang majikan kuda tersebut tidak rela sang kuda dijual dan dia mengalami petualang menyentuh sekaligus seru guna mencari sang kuda kesayangan, walaupun itu tandanya dia harus menempuh ganas serta kejamnya berbagai wilayah yang sedang dilanda peperangan. Merupakan proyek Steven Spielberg yang terbaru, selain trilogy film live action CGI The Adventures of Tintin di tahun yang sama, film ini merupakan sebuah film yang tidak boleh dilewatkan begitu saja, dan tentunya, akan menyentuh hati para penonton.


19 Agustus 2011

Spy kids 4 : Armegeddon

Setelah di bulan Juni tahun 2011 kita disuguhi oleh sebuah prekuel tidak perlu, maka di bulan Agustusnya, muncul sebuah sekuel yang tidak perlu berjudul Spy kids 4 dengan embel – embel sub judul Armageddon. Cerita tentang keluarga mata – mata ini kali ini akan menceritakan tentang reboot seri Spy Kids. Waduh. Makin ngaco saja cerita tentang film Spy Kids ini dan sebaiknya, jangan diproduksi saja deh karena takutnya, film ini akan sesuai dengan sub judulnya, yaitu ARMAGEDDON alias KIAMAT!! Waks!!!


26 Agustus 2011

Final Destination 5

Akhirnya, film Final Destination ( FD ) tidak jadi memasuki masa pensiun. Setelah FD 4 digadang – gadangkan akan menjadi film terakhir FD, akhirnya hal tersebut urung terjadi dan akhirnya, muncullah film Final Destination 5. Tetap dengan format 3D, film ini diharapkan masih mampu untuk menggedor jantung dan adrenalin para penikmat film horror dengan adegan – adegan kematian yang tidak wajar dan cenderung sadis. Cerita di film ini akan terfokus pada sekumpulan orang yang selamat dari sebuah kecelakaan di sebuah jembatan dan maut seakan tidak rela melepas para korban selamat tersebut dan akan tetap memburu mereka supaya mereka bisa tetap pergi ke alam baka, sesuai dengan takdir mereka. Terdengar cheesy ceritanya memang, namun kelihatannya, cerita tidak dipentingkan oleh para fans film horror ini. Yang penting, adegan kematian makin sadis, makin nyata, makin "kreatif", dan cerita pun tidak akan menjadi hal yang sangat penting sekali. Aduh2. -_-;