Selasa, 07 September 2010

Top Ten The Best and The Worst Summer Movies 2010

Akhirnya, setelah 4 bulan kita digempur oleh banyak film – film keren pada Summer 2010 ini, parade Summer Movies resmi ditutup minggu lalu dengan film Takers dan The Last Exorcism sebagai film – film penutup Summer untuk pasar Amerika, serta Grown Ups dan Piranha bagi pasar Indonesia. So, bagaimana menurut anda untuk parade Summer Movies tahun ini? Apakah lebih greget dibanding tahun lalu? Atau justru merosot?

Walaupun bisa dikatakan Summer Movies tahun ini mengalami penurunan 6% untuk penjualan tiketnya ( berita dapat dilihat di http://movies.yahoo.com/news/usmovies.thehollywoodreporter.com/summer-movieticket-sales-fall-6-from-2009;_ylt=AtmUMPogjLDkBCkjH3_cY_NfVXcA ) dibanding tahun lalu, namun Summer Movies tahun ini menyimpan berbagai kejutan yang cukup menarik untuk disimak. Beberapa diantaranya seperti bertumbangannya beberapa judul film unggulan di tangga Box Office Amerika, seperti The A Team, 2 buah film produksi produser Jerry Bruckheimer, yaitu Prince of Persia : The Sands of Time dan juga The Sorcerer’s Apprentice, Sex and the City 2, Robin Hood, dan masih banyak film lainnya; kemudian lakunya beberapa film yang justru diprediksi akan jatuh di tangga Box Office Amerika, seperti The Karate Kid serta The Last Airbender; terjadinya pertempuran seru antara Takers dan The Last Exorcism dalam perebutan tahta sebagai raja di tangga Box Office Amerika ( ketika estimasi 3 hari pendapatannya, Exorcism diestimasikan akan meraih gelar juara tersebut, namun ketika hasil laporan aktual Box Office Amerika keluar, justru Takers yang berhasil menjadi jawara dengan kemenangan menang tipis, yaitu sekitar US$ 150 ribu saja ); hingga munculnya sebuah film dengan ide cerita paling brilliant serta paling orisinil untuk Summer ini, bahkan bisa dikatakan untuk tahun ini, yaitu Inception. Bisa dikatakan, sebobrok apapun hasil Summer Movies setiap tahunnya, namun tetap memiliki daya tarik hingga kejutan – kejutan tersendiri setiap tahunnya

Kali ini, saya menguraikan Top 10 The Best and The Worst Summer Movies 2010. Film – film yang dipilih adalah film – film summer movies unggulan yang sebelumnya sudah akan diprediksi akan sukses di Amerika dan masih sempat masuk ke Indonesia sebelum parade Summer Movies 2010 ditutup. Oleh sebab itu, beberapa film seperti The Last Exorcism, Marmaduke, Takers, dan beberapa judul lainnya, tidak saya masukkan ke dalam list ini. Sebelum masuk ke dalam list The Best and The Worst nya, akan saya tampilkan terlebih dahulu beberapa judul film yang diprediksi akan sukses di Amerika dan masih sempat masuk ke Indonesia sebelum parade Summer Movies 2010 ditutup. So, selamat menikmati.

Bulan dan Tanggal

Judul Film

Tanggal main di bioskop Indonesia

Mei

5

Iron Man 2

30 April

12

Letters to Juliet

16 Juni

Robin Hood

12 Mei

21

Shrek Forever After

21 Mei

27

Sex and the City 2

2 Juni

28

Prince of Persia : The Sands of Time

26 Mei

Juni

4

Killers

14 Agustus

Splice

30 Juni

11

The A Team

11 Juni

The Karate Kid

10 Juni

18

Toy Story 3

18 Juni

23

Knight and Day

23 Juni

25

Grown Ups

25 Agustus

30

The Twilight Saga : Eclipse

30 Juni

Juli

1

The Last Airbender

4 Agustus

9

Despicable Me

9 Juli

Predators

7 Juli

14

The Sorcerer’s Apprentice

21 Juli

16

Inception

16 Juli

23

Salt

28 Juli

30

Cats and Dogs : The Revenge of Kitty Galore

14 Agustus

Agustus

13

The Expendables

13 Agustus

18

Vampires Suck

18 Agustus

20

Piranha

26 Agustus

The Best


1. Inception


Jelas, film besutan sutradara asal Inggris, Christopher Nolan ini adalah rajanya The Best Summer Movie untuk tahun ini. Ide cerita yang super brilliant, dengan ide – ide serta filosofi yang kreatif, tak pernah terpikirkan sebelumnya, dan juga menarik plus dukungan cast yang bermain cukup baik, membuat film ini pantas untuk digelari sebagai raja film summer tahun ini. Ilustrasi music dari Hans Zimmer pun juga turut menyempurnakan film ini. Namun, eksekusi yang kurang rapi dan juga pemain yang tidak se-spektakuler Heath Ledger dalam film Nolan sebelumnya, The Dark Knight, membuat film Inception ini masih sedikit kalah kelas dibanding sekuel manusia kelelawar tempo hari. Namun begitu, Inception tetap merupakan sebuah film yang paling pantas digelari sebagai film paling bersinar pada summer tahun ini. Siap2 menerima Oscar tahun depan, bung Nolan. He3. XD.


2. The A Team

Film yang satu ini unggul pada eksekusi cerita yang cukup rapi, planning – planning dalam film ini yang terhitung cool, pemain – pamain yang OK, dan juga tentunya, adegan – adegan action yang super absurd, namun full menghibur dan juga fully entertaining selama 2 jam film ini bergulir. Chemistry keempat pemain utamanya, yaitu Liam Neeson, Bradley Cooper, Sharlto Copley, dan Quenton “Rampage” Jackson sangat padu dan saling melengkapi satu sama lain : Neeson yang berkharisma sebagai Hannibal; Cooper yang flamboyant, ganteng, dan juga menyimpan potensi sebagai mastermind ulung layaknya Hannibal; Copley yang selalu berhasil memancing tawa penonton berkat akting gila nan konyol; serta Jackson yang bermain sangar sebagai B.A Baracus namun masih bisa bermain konyol, membuat film ini begitu hidup dan menyenangkan di mata penonton. Tak lupa, penampilan prima kedua tokoh antagonis utamanya, yaitu Patrick Wilson sebagai Agent Lynch yang super menyebalkan serta Brian Bloom sebagai Brock Pike yang ahli militer dan bertampang kejam, plus penampilan Jessica Biel sebagai wanita tough yang juga terlihat manis pun menyemarakkan film action keren yang satu ini. Humor – humor di film inipun juga terkesan ringan menghibur dan segar. Film ini hanya kalah dari Inception karena 1 hal, yaitu ide ceritanya yang biasa saja. Namun begitu, The A Team pantas digelari sebagai film paling menghibur dan paling seru pada summer tahun ini.


3. Despicable Me

Perpecahannya dengan 20th Century Fox Animation tidak membuat produser handal Chris Meledandri mandul. Justru dengan perusahaan barunya, Illumination Entertainment, Chris seakan mendobrak anggapan sinis tentang dirinya dan juga perusahaan animasi barunya tersebut. Lewat film animasi Despicable Me, Chris membuktikan bahwa dirinya merupakan seorang produser film – film animasi bertangan dingin yang selalu berhasil dalam menciptakan sebuah film animasi yang baru bagi perusahaan animasi baru, seperti yang dikerjakannya ketika dipercaya menggarap film animasi Ice Age pada saat 20th Century Fox baru memiliki divisi film animasi. Film Despicable Me pun secara mengejutkan mampu memberikan kejutan – kejutan, mulai dari cerita filmnya yang cukup berbobot, guyonan – guyonannya yang lucu dan menghibur, kehadiran para pengisi suaranya yang kesemuanya berperan dengan sangat baik, dan tentunya, kehadiran para Minions yang lucu dan juga unik serta mempu menghibur penonton ( atau bahkan bisa dikatakan mampu membuat penonton tertawa terpingkal – pingkal ) lewat suara, tingkah laku, dan juga bahasa mereka yang lucu dan super kocak. Lewat hal tersebutlah, akhirnya bisa dikatakan, Despicable Me sedikit lebih unggul ketimbang Toy Story 3.


4. The Twilight Saga : Eclipse

Film ketiga dari total 4 seri Twilight Saga ini bisa dikatakan begitu istimewa dan bisa dikatakan sebagai film Twilight yang paling mantap dan juga paling keren dibanding pendahulu – pendahulunya. Ada beberapa faktor yang membuat Eclipse menjadi yang terbaik dibanding pendahulunya. Adegan thriller action yang lebih seru serta mencekam dan menghibur, point – point penting yang ada pada plot cerita di novelnya yang dibeberkan secara detail di film ini ( seperti misalnya masa lalu Jesper Cullen dan Rosalie Cullen ), hingga penambahan beberapa sub-plot yang tidak ada pada novelnya namun justru membuat filmnya menjadi lebih kuat dan juga lebih detail ketimbang novelnya, membuat film Eclipse ini menjadi lebih berbobot, lebih berisi, dan juga lebih menghibur ketimbang kedua film Twilight sebelumnya. Chemistry antar pemain pun juga semakin padu di film ini, sehingga penonton pun merasa lebih nyaman untuk menyaksikan filmnya. Keunggulan – keunggulan ini tidak lepas dari kejelian Summit Entertainment untuk merekrut David Slade sebagai sutradara dan penulis naskah Melissa Rosenberg sebagai penulis naskah. Slade memang ahlinya dalam membuat film thriller action horror yang bagus dan menghibur, sedangkan Rosenberg pun mengenal seri Twilight secara mendalam, sehingga naskah buatannya terasa pas dan padu dengan novelnya. Dengan kerja keras dan kejelian itulah, bisa dikatakan, The Twilight Saga : Eclipse adalah film paling The Best dalam hal adaptasi The Twilight Saga hingga saat ini. Tinggal kita lihat, bagaimana dengan hasil film The Twilight Saga : Breaking Dawn, November tahun depan? Apakah akan sebagus, atau bahkan mungkin bisa melebihi Eclipse, atau justru jatuh kualitasnya? We’ll see.


5. Toy Story 3

Sebagai sebuah film animasi produksi Disney / Pixar, film Toy Story 3 tetap menjadi sebuah film animasi yang tidak bisa diremehkan kualitas ceritanya. Ceritanya tetap kuat, penuh makna, dan penuh pembelajaran bagi para penontonnya, khas seperti film – film buatan Disney / Pixar pada umumnya. Sebagai bonus, film inipun juga menjadi sebuah salam perpisahan bagi para penggemar film animasi kartun CGI tentang petualangan para mainan milik Andy tersebut. Berat memang rasanya harus berpisah dengan Woody, Buzz, Jessie, dan lain – lainnya, namun, memang sudah seharusnya kita berpisah dengan para mainan tersebut. Faktor kebosanan-lah yang akhirnya menempatkan Toy Story 3 kalah tipis dibanding Despicable Me untuk summer tahun ini. Selain itu, dibanding film – film animasi Disney / Pixar lainnya yang beredar dalam kurun waktu 3 tahun belakangan ini, ide Toy Story 3 sayangnya masih kurang fresh dibanding dengan film – film animasi Disney / Pixar lainnya. Namun begitu, film ini tidak boleh dipandang remeh. Film ini masih bisa berpotensi meraih Oscar tahu depan dalam kategori The Best Animated Movie, walaupun harus mendapat hadangan dari film kartun lainnya produksi pesaingnya, DreamWorks Animation, yaitu How to Train Your Dragon, yang unggul dalam teknik animasi CGI 3D-nya yang halus serta cerita penuh makna dan berbobot. Ditambah, ancaman dari film kartun CGI buatan Zack Snyder, The Legend of the Guardians : The Owls of Ga’Hoole, September nanti yang diperkirakan juga akan bagus dari segi animasi 3D dan juga storyline-nya, membuat Disney / Pixar mendapat persaingan yang seru serta jalan yang terjal menuju tangga juara The Best Animated Oscar tahun depan. Pastinya, Oscar tahun depan, akan terjadi pertarungan seru diantara ketiga film animasi sama – sama keren tersebut dalam kategori The Best Animated Movies. MENARIK!!! He3. XD.


6. Salt

Angelina Jolie memang paling pantas meraih gelar sebagai aktris spesialis pemeran tokoh – tokoh tough girl. Dalam film Salt, kembali dia membuktikan, bahwa dia memang ratunya peran – peran tough girl seperti ini. Pembawannya yang tenang dan terkesan tak ada rasa takut sama sekali dalam memperlihatkan aksinya untuk beradegan laga maupun melakukan aksi – aksi stunt yang berbahaya, membuat aktris berbibir dan berbadan sensual ini memang paling mantap ketika berakting dalam film semacam ini. Dibantu dengan kelihaian sutradara Phillip Noyce dalam mengarahkan film ini menjadi sebuah film action thriller spy yang OK dan juga menghibur, serta pembukaan identitas siapa Salt sesungguhnya secara perlahan hingga akhir film, membuat film Salt enak untuk diikuti dan setara nilainya dengan film The A Team. Ide cerita dan naskah hasil karya Kurt Wimmer inipun tergolong rapi, seru, pintar, dan juga enak untuk dinikmati. Sayangnya, endingnya yang sedikit mengganggu bagi sebagian penonton, membuat film ini agak sedikit tercoreng saja di bagian ending. Kenapa endingnya memang harus dibuat segantung itu? Apakah memang ini merupakan ide supaya Salt akan dibuat menjadi trilogy? Entahlah. Namun memang akhirnya sudah dikonfirmasi, bahwa Salt akan dibuatkan sekuelnya dan rencananya akan kembali mengajak Tom Cruise sebagai sidekick actor. Selain itu, pace filmnya mirip dengan film The Bourne Trilogy. Namun, tetap, Salt berhasil membuktikan diri sebagai sebuah film action thriller spy yang seru dan menghibur serta cukup cerdas, dan pastinya, film ini menunjukkan fakta kepada aktor “sombong” Tom cruise yang telah mencampakkan film ini dengan menolak tawaram film ini ( padahal film ini khusus dibuat untuk Tom Cruise ), bahwa Salt terbukti lebih baik jauh ketimbang film pilihan aktor tersebut, yaitu Knight and Day yang kosong melompong. Ea…..Wakakakak. XD.


7. The Prince of Persia : The Sands of Time

Pada dasarnya, Prince of Persia : The Sands of Time bukanlah sebuah film adaptasi game yang buruk. Jika mau dikatakan jujur, Prince of Persia justru merupakan salah satu film adaptasi game yang cukup baik. Nilai hiburan film inipun begitu tinggi. Seperti khas film – film produksi Jerry Bruckheimer, film ini dipenuhi oleh adegan – adegan action slow motion yang cool, special efek yang keren, berbagai macam adegan parkour yang cukup mendebarkan layaknya kita bermain gamenya, hingga para pemeran film ini yang cukup bekerja keras untuk menghidupkan film ini, membuat film ini bisa dikatakan menarik untu disaksikan. Selain itu, pesaing film inipun tergolong tidak ada pada saat film ini beredar di pasaran. Namun apa mau dikata, film ini kurang laku untuk peredarannya secara nasional di Amerika, namun, film ini begitu laku untuk peredaran secara internasionalnya, dan bahkan, menyandang predikat the highest-grossing video game movie ever pula akibat perolehan Box Office internasionalnya yang besar. Namun, kelihatannya, faktor kebosanan terhadap film – film Jerry Bruckheimer, atau mungkin, hanya faktor kesialan semata yang sedang menimpa film – film produksi Jerry Bruckheimer saja yang membuat film – film produksinya kurang laku di pasaran nasional, namun laku keras untuk pasaran internasional pada Summer tahun ini.


8. The Expendables

Kumpulan para aktor otot generasi muda dan tua mutlak menjadi jualan utama film action produksi Sylvester “Sly” Stallone ini. Hasil filmnya pun juga cukup menarik, walau jika mau dikatakan secara kasar, filmnya kosong melompong tanpa ada cerita sama sekali dan dipenuhi oleh adegan action ber-oktan tinggi semata saja, dan tentunya, pertemuan kembali para mantan petinggi Planet Hollywood ( Stallone, Willis, dan Schwarzenegger ) dalam 1 screen. Biar begitu, Stallone bisa dikatakan cukup berhasil membagi porsi screentime dari masing – masing aktor otot yang ada dan masing – masing aktor laga tersebut mampu memberikan penampilan action terbaik mereka dalam film ini, seperti misalnya Stallone yang berhasil memperagakan Muay Thai dalam kondisi umur yang sudah tidak muda lagi, Jet Li yang berhasil memperagakan jurus beladiri kungfu yang menjadi andalannya, Jason Statham dengan beladiri menggunakan pisau, dan masih banyak aktor dengan kemampuan beladiri mereka yang mampu dipertontonkan dalam film ini. Bahkan, jika mau disentil sedikit, film ini sebenarnya memiliki beberapa sindiran, seperti misalnya adegan pertarungan Randy Couture dari UFC melawan Stone Cold Steve Austin dari WWE, atau adegan ketika aktor Terry Crews harus melempar sebuah kepala misl layaknya dia melempar bola Football ( Crews merupakan mantan pemain NFL Football America ), atau bahkan, sindiran Sly kepada tokoh yang diperankan oleh Arnold ( “ He wants to be a President “ ) membuat penonton pun tersenyum dengan adegan – adegan tersebut. Penampilan cameo di film ini, khususnya aktor botak Bruce Willis pun juga mampu mencuri perhatian para penonton. Moment – moment langka seperti inilah yang akhirnya membuat The Expendables cukup baik dan juga cukup menghibur di mata para penontonnya, walaupun sebagian penonton beranggapan masih kurang puas dengan film ini. So, kta lihat saja sepak terjang The Expendables 2 yang direncanakan akan segera produksi, apakah akan mampu memuaskan dahaga para penikmat film action yang masih belum puas dengan The Expendables 1, atau tidak. He3. XD.


9. The Sorcerer’s Apprentice

Pada dasarnya, film The Sorcerer’s Apprentice cukup meghibur. Adegan – adegan pertarungan sihir ( bahkan ada adegan yang merupakan versi modern dari The Sorcerer’s Apprentice dari film Fantasia jaman dulu), special efek, humor, dan juga chemistry antar pemainnya cukup enak untuk dilihat oleh penonton. Ditambah bonus lagu Secrets dari One Republic yang sangat masuk dengan tema filmnya dan juga sangat enak didengar ( calon the best OST tahun ini nih. He3. XD ), serta simbol eagle dan juga dragon yang menghiasi film ini ( simbol kedua binatang tersebut terkenal sekali dalam dunia magis ) membuat film ini sebenarnya pantas untuk ditonton para penikmat film ringan menghibur. Namun, kesalahan terbesar film ini adalah nekad untuk man-to-man berhadapan dengan film Inception pada tanggal yang bersamaan. Sebuah blunder yang cukup fatal untuk sebuah film seringan The Sorcerer’s Apprentice. Di luar berbagai faktor “biasa” yang ada pada film ini, film ini sebenarnya masih layak untuk menghibur para penontonnya.


10. Letters to Juliet

Film romantis di tengah – tengah parade summer movies yang notabene berisi kumpulan film – film action dan juga full special efek? Gak salah nih? Eits. Tunggu dulu. Benar. Gak salah kok. Justru di tengah gempuran film – film action atau film – film dengan special efek yang bombastis itulah, Letters to Juliet muncul untuk menemani kaum hawa atau mereka yang sedang pacaran dan butuh film romantis ketika musim liburan ini tiba. Bahkan, filmnya terhitung cukup bagus dan juga romantis. Ide ceritanya cukup unik, dan berdasarkan tradisi yang memang benar – benar ada di Verona, Italia. Nilai plus film ini terletak pada kemampuan sutradara Gary Winick yang mampu menangkap keindahan dan ke-eksotisan panorama daerah Verona dan Italia. Selain itu, chemistry pemain pendukungnya, Franco Nero dan juga Vanessa Redgrave ( mereka adalah sepasang suami istri sungguhan dalam kehidupan sehari – hari ) benar – benar terpancar dan mampu memikat semua kalangan, baik kalangan muda maupun tua. Aura romantis mereka begitu kuat terpancar di film ini. Walaupun sebenarnya chemistry Amanda Seyfried serta aktor Inggris Chris Egan yang menjadi jualan utamanya, namun masih kalah mempesona dibanding chemistry Nero – Redgrave. Tambahan bonus berupa lagu Love Story dari Taylor Swift yang menambah romantis suasana film ini, serta adegan opening film ini yang unik, menambah sempurna film romantis berbujet US$ 30 juta ini. Namun, kelemahan dasar film ini, yaitu ending yang terlalu standard serta alur cerita yang mudah ditebak layaknya film – film romantis standard, merupakan kelemahan yang kelihatannya memang sudah tidak bisa ditanggulangi untuk film – film dengan tema serupa. Namun bagitu, Letters to Juliet tetap merupakan sebuah film dengan berani tampil beda di tengah – tengah gempuran film action serta special efek wah. Dengan segala kesederhanaan serta menawarkan sebuah film bertema romance, film ini justru cukup berhasil menghibur penonton. Salut!



The Worst :

1. Iron Man 2

Sebagai film pembuka Summer tahun ini, flm Iron Man 2 diharapkan akan mampu menjadi sebuah film yang lebih baik lagi ketimbang film pertamanya. Namun, seperti layaknya kutukan film – film sekuel, film Iron Man 2 pun juga terjatuh ke lembah kenistaan. Adegan action yang sedikit dan tidak berkesan sama sekali, adegan drama yang terlalu dipanjang – panjangkan, sutradara yang terlalu narsis bin banci tampil dalam film kedua ini, dan surprise plot yang kurang mengena adalah bukti bahwa film Iron Man 2 menjadi film pembuka Summer Movies yang mengecewakan untuk tahun ini, sama seperti kasus film X – Men Originis : Wolverine tahun lalu. Walau begitu, X – Men Origins : Wolverine memang tidak memiliki ekspektasi berlebih ketika dirilis, beda dengan iron Man 2 yang memiliki cerita berbobot pada film pertamanya dan diharapkan akan semakin berbobot di film keduanya ini. Namun, apa yang didapat penonton? Justru kekecewaan, jengkel, rasa marah, dan emosi lah yang didapatkan oleh penonton selepas menonton film Iron Man 2. Benar – benar menjadi film super hancur berantakan film iron Man 2 ini dan juga merupakan kemerosotan mutu paling anjlok dibanding film pertamanya. Namun, untung masih ada aktor Mickey Rourke dan aktris seksi Scarlett Johanson yang tampil meyakinkan dengan logat Rusia dan minimal mampu menghibur penonton. Selain itu, kehadiran band sepuh kakek – kakek metal AC/DC yang mengisi soundtrack film ini justru menjadikan musiknya lebih sangar, lebih cadas, dan lebih seru ketimbang filmnya yang lebay nan kehabisan bensin untuk adegan actionnya. Yoi Gradpas, KEEP ROCK AND ROLL!!!!!


2. Splice

Sebagai film yang digadang – gadangkan akan menjadi sebuah film horror creature seru layaknya Species, justru Splice menjadi sebuah film dengan hasil akhir yang tanggung, tidak seram, dan juga tidak semantap promosi yang digadang – gadangkannya. OK film ini unggul dalam hal makna cerita dan juga penampilan masing – masing aktor dan aktrisnya yang cukup mantap ( khususnya Delphine Chaneak sebagai tokoh Dren ), namun, akibat filmnya yang berjalan lambat dan juga kurang greget sama sekali serta tidak seram sama sekali, membuat film ini menjadi sebuah film drama creature biasa dan terkesan mengecewakan. Sayang memang. Jika film ini dieksekusi seperti layaknya film Species 15 tahun silam, maka film Splice dirasa akan komplit dari sisi horror, thriller, action, dan juga penyampaian makna cerita.


3. Killers

Tag Team Dahsyat tahun lalu, antara Katherine Heigl dan juga sutradara Robert Luketic lewat film The Ugly Truth, harus melempem dan tampil super parah jeleknya lewat film Killers ini. Chemistry yang tidak klop dan tidak padu antara Heigl dan Ashton Kutcher, penyelesaian setiap konflik yang ada di film ini secara gampangan dan juga terkesan terburu – buru, serta adegan action yang seadanya serta tidak berkesan seru walaupun sudah dikucuri dana US$ 75 juta adalah kesalahan – kesalahan fatal yang terdapat pada Killers. Killers harus malu dengan film The Expendables karena dengan modal “hanya” US$ 82 juta, adegan – adegan action pada film tersebut lebih spektakuler, lebih berisi, lebih berbobot, dan lebih menghibur penonton dibanding adegan – adegan action yang ada pada film Killers ini. Jadi penasaran, dikorupsi kemana itu dana US$ 75 juta ya?


4.Shrek Forever After

Habis sudah kesabaran setiap orang terhadap seri film Shrek. Sudah habis juga rasa kepenasaran penonton terhadap film makhluk ogre berwarna hijau tersebut. Dan tentunya, sudah habis pula bensin ide cerita untuk film Shrek. Terbukti, filmnya yang semakin kosong saja ceritanya, pengulangan – pengulangan berbagai joke di film ini yang sama dengan trilogy Shrek sebelumnya, serta teknologi 3D yang ada pada film ini yang justru tidak dipertunjukkan secara spektakuler adalah berbagai faktor minus yang ada pada film Shrek 4 ber-sub judul Forever After ini. Walaupun sebenarnya eksekusi filmnya terasa lebih baik ( seperti misalnya joke “Do The Roar” yang lucu ) ketimbang film Shrek 3 yang tampil sangat buruk, namun tetap saja seri Shrek harus disudahi, dan DreamWorks Animation sudah harus menutup buku untuk seri Shrek. So, it’s time to say good bye to Shrek and pals, guys. J.


5. Knight and Day

Kesialan memang sedang melanda Tom Cruise akhir – akhir ini. Tapi jika mau ditilik, kesombongan-nya jugalah yang menyebabkan dia ditimpa kemalangan akhir – akhir ini, khususnya dalam hal pemilihan film. Ketika dia disodorkan naskah film Salt oleh produser Lorenzo di Bonaventura dan juga sutradara Phillip Noyce, Tom pun langsung menolak mentah – mentah tawaran tersebut dengan alasan kemiripan tokoh Salt dengan tokoh Ethan Hunt yang diperankan olehnya lewat trilogy Mission Impossible. Lebih parahnya lagi, ketika ditawarkan film beken The Tourist pun, Tom kembali menolak akibat alasan yang tidak jelas, dan lebih memilih film kopong Knight and Day sebagai proyek film terbaruinya. Walhasil, pilihan tersebut ternyata keliru. Film Knight and Day justru tidak bernyawa sama sekali, kosong, tidak berbobot, dan diperparah lagi oleh akting Peter Sarsgaard yang kaku sebagai tokoh penjahat. Akibat film ini pulalah, akhirnya Paramount Pictues sedikit mengurungkan niat untuk memproduksi film MI ( Mission Imposible ) 4 dan lebih memilih untuk wait and see dengan hasil film ini. Walaupun akhirnya Paramount mengeluarkan statement pada bulan Agustus ini untuk tetap memproduksi MI 4, namun tetap saja kelihatannya Paramount lebih bersikap hati – hati untuk menggelontorkan dana produksi yang besar terhadap project – project Tom Cruise berikutnya. Hati – Hati Tom, kebintangan anda mulai pudar. Dan untuk Peter Sarsgaard, WOY, YANG SERIUS DONK KALO MAU BERPERAN SEBAGAI TOKOH ANTAGONIS!! Masa kaku begitu sih?? Gimana nanti penampilannya sebagai tokoh antagonis dalam film The Green Lantern tahun depan?? Geleng – geleng kepala aja deh. -_-;


6. The Last Airbender


Pada dasarnya, film The Last Airbender memang susah untuk dijadikan sebuah film adaptasi live action karena diangkat dari sebuah seri TV animasi produksi Nickelodeon yang memiliki episode yang banyak. Walaupun film ini terbagi menjadi trilogy nantinya, namun kelihatannya memang terlalu susah untuk merangkum semua inti cerita Avatar ke dalam sebuah film. Hasilnya? Film ini tergolong standard dan kedodoran di berbagai sector, seperti cerita, special efek, dan juga akting para pemainnya. Dosa terbesar film ini adalah teknologi 3D yang dipakai film ini begitu buruk, buram, tidak jelas, dan juga terkesan tidak ada efek 3D-nya sama sekali. Dalam kasus ini, yang menjadi korban bukan hanya para orang tua saja, namun yang paling kasihan adalah anak – anak, karena mereka melihat sebuah film dengan teknologi 3D yang kasar dan juga tidak bagus. Untuk orang tua, hal ini merupakan pemerasan terhadap kantong mereka dan juga penyiksaan terhadap mata mereka. Sedangkan bagi anak – anak, mata mereka menjadi semakin nambah minusnya serta mengalami gejala pusing serta mual akibat efek 3D yang buruk. Aduh2. -_-;


7. The Karate Kid

The Karate Kid merupakan sebuah remake dari film berjudul sama yang beredar pada tahun 1984 serta mengangkat karier Ralph Macchio serta Pat Morita sebagai aktor dan aktris Hollywood kala itu. Kini, versi remakenya dibuat dengan diproduseri oleh Will Smith serta dibintangi oleh sang anak, Jaden Smith, serta Jackie Chan sebagai aktor pembantu. Untunglah Jaden Smith bermain tidak semenyebalkan dan se-menjengkelkan seperti ketika dia tampil pada film remake The Day The Earth Stood Still tempo hari. Selain itu, sutradara Harald Zwart pun juga berhasil menampilkan keindahan – keindahan panorama yang ada di China. Namun, film ini berjalan standard saja. Selain itu, durasi waktu putar film ini terlalu lama untuk ukuran sebuah film keluarga yang membidik target pasar berupa anak – anak. Dan yang paling menjengkelkan, sang tokoh utama justru mempelajari KungFu, bukannya Karate seperti pada film orisinilnya. Namun begitu, kelihatannya karena faktor tanggal edar filmnya yang pas pada saat liburan anak – anak sekolah, serta keindahan panorama China serta gerak kungfu yang ada pada film inilah yang membuat film ini sukses di pasaran, bahkan mampu mengalahkan film The A Team di tangga Box Office Amerika. Sekuel pun langsung diumumkan akan segera diproduksi ketika mengetahui film ini sukses di Amerika. Sebuah keputusan yang mungkin terlalu gegabah kalau tidak mau dikatakan maruk, atau mungkin, sebuah keputusan yang tepat untuk ke depannya? Entahlah. Hal tersebut baru bisa dipastikan ketika filmnya beredar nanti.


8. Sex and the City 2

Sex and the City sudah seharusnya ditamatkan saja. Ide cerita yang makin kosong, konflik yang semakin dibuat – buat, serta greget ceritanya yang semakin tidak ada, membuat film Sex and the City 2 ini sudah tidak semenarik seri TV nya, atau bahkan film pertamanya. Beruntunglah film ini masih memiliki humor yang cukup segar ( tetap menyerempet sex joke seperti biasanya. He3. XD ) dan juga pameran barang – barang mewah terbaru dari berbagai brand terkenal yang tetap menarik untuk disimak dalam film ini. Selebihnya, film ini kosong dan tergolong kurang bagus. Masih berani untuk memproduksi Sex and the City 3 guna menggenapkan seri film ini menjadi sebuah trilogy? Hm. Menarik untuk disimak dengan tindakan nekad bin gila tersebut. -_-;


9. Vampires Suck

Sudah sejak awal, film ini langsung mendaftarkan diri sebagai kandidat film summer terburuk tahun ini. Dan memang, filmnya cukup buruk dan juga dipenuhi dengan berbagai joke yang sudah basi, super slapstick, dan juga tidak segar sama sekali. Dalam kasus seperti ini, cerita adalah hal yang sudah tidak perlu diperhatikan sama sekali. Asal dibuat nyambung dan dipenuhi dengan berbagai joke gila nan edan dengan harapan mampu memancing tawa penonton, maka hal tersebut sudah cukup. Dan hasilnya, yah, begitulah. Namun, cukup geli juga melihat film sebesar The Twilight Saga dibuat parody super edan walau dengan hasil yang buruk. Sesuai dengan judulnya, maka film ini memiliki kualitas yang sudah terbaca jelas pada judulnya, yaitu SUCKS!


10. Grown Ups

Film – film komedi Adam Sandler makin lama makin tidak bermutu dan juga makin berkurang kadar komedinya. Namun sepertinya nama besarnya masih berkibar dan masih terpatri jelas di benak dan juga hati para fans-nya. Oleh sebab itulah, seburuk apapun film komedi yang dibintanginya, film – film Sandler tetap laku di pasaran. Padahal jika mau ditilik, film – filmnya makin lama makin kurang lucu. Seperti dalam kasus Grown Ups ini. Adegan – adegan komedinya merupakan pengulangan dari film – film komedi Sandler sebelum – sebelumnya. Moral ceritanya pun akhirnya menjadi tertutup akibat komedinya yang kurang segar. Akibatnya, Grown Ups menjadi film penutup Summer Movies terburuk untuk tahun ini, khususnya untuk para penonton film di Indonesia. ARRRRGGGGHHHHH!!!!!


So, demikian list Top 10 The Best and The Worst Summer Movies 2010. Anda punya versi tersendiri mengenai list ini?? Atau anda ingin mengomentari?? Silakan saja. Setiap orang bebas mengemukakan pendapat. He3. XD. Yah, kita berharap saja, semoga Summer Movies tahun depan, film - film yang ditampilkan bisa lebih baik, lebih menghibur, lebih berkualitas, dan juga lebih bisa menarik penonton. AMIN!!! He3. XD. Akhir kata, selamat menonton.


Copyright : Alexander ”Ajay” Dennis

Tidak ada komentar:

Posting Komentar