Jumat, 07 Agustus 2009

Review film Merantau


Merantau ( Merantau Films_2009 )Pemain : Iko Kuwais as Yuda  Chika Jessica as Astri
  Alex Abbad as Johni

Sutradara : Gareth Evans

Rilis =
• May 2009 ( 13th Puchon International Fantastic Film Festival.)
• 6 Agustus 2009 ( Di Bioskop – Bioskop Indonesia )

     Ketika pertama kali mendapat info dan melihat trailer film Merantau, saya melihat keunikan tersendiri. Kok, bisa – bisa nya ada film Indonesia yang bergaya seperti film action Thailand favorit saya yaitu Ong – Bak dan Tom Yun Gun ( di internasional diberi judul The Protector ), yang kebetulan dua – duanya diperankan oleh aktor action martial art Thai Kickboxing dan Muay Thai Thailand yang sama yaitu Tony Jaa. Saya pun akhir nya terus follow up info tentang film ini dan cukup menanti film ini untuk edar secara luas di Indonesia, selain film Indonesia lainnya yang berjudul Merah Putih yang kabarnya akan dirilis nanti tanggal 13 Agusutus 2009, 4 hari menjelang hari Kemerdekaan RI. Dan, akhirnya film Merantau pun dirilis. Lalu, bagaimana tanggapan saya terhadap film ini?
     Sebelum masuk ke pembahasan tentang film ini lebih jauh, ada baiknya kita menyimak sedikit cerita film ini. Berkisah tentang petualangan seorang pemuda jago silat Harimau dari tanah Minangkabau bernama Yuda ( Iko Uwais ), yang harus merantau sebagai ketentuan adat Minang bagi pria Minang yang sudah beranjak dewasa. Tadinya, Yuda sudah dibujuk oleh sang ibu ( Christine Hakim ) agar tidak usah merantau saja. Sayang, keinginan Yuda untuk merantau sangatlah besar, karena selain untuk menjalankan ketentuan adat, Yuda juga berkeinginan untuk mengajarkan ilmu silat Harimau di kota Jakarta. Akhirnya, sang ibu pun melepaskan kepergian sang anak dengan 1 pesan, bahwa jika Yuda sudah ingin pulang dari perantauan nya walaupun baru sebentar, ibunya pun akan tetap menerima dia apa adanya. Yuda pun berangkat dan bertemu dengan seorang jago silat juga bernama Eric dan mereka pun berpisah di Jakarta. Ketika sampai di Jakarta, Yuda pun akhirnya terlibat petualangan super seru karena menolong seorang wanita bernama Astri ( Jessica ) dari siksaan seorang boss kejam bernama Johni ( Abbad ). Setelah berhasil mengobrak – abrik club nya Johni dan menolong Astri, masalah bertambah besar karena ternyata Johni merupakan anak buah dari seorang boss perdagangan Human Trafficking kejam bernama Lutger yang memiliki tangan kanan bernama Luc dan Yuda pun ternyata melukai muka Lutger dengan pecahan botol. Lutger pun tidak terima dengan hal itu dan bermaksud memburu Yuda serta Astri, kemanapun mereka pergi. Akibat menolong adiknya dari kejaran anak buah Lutger dan Johni, Astri pun tertangkap dan kemudian dibawa menghadap Lutger. Yuda pun akhirnya bertekad untuk menolong Astri demi adiknya Astri, walaupun itu harus menempuh perjalanan yang berbahaya dan keras.
     Sekilas, film ini tetap memiliki alur cerita yang standard, ala khas film – film Kung Fu. Adegan – adgena action di film ini pun cukup seru dan justru terkesan baru serta fresh di tengah – tengah gempuran film Indonesia yang itu – itu saja ( Horror jelek, komedi vulgar, dan drama yang mendayu – dayu ). Film ini benar – benar 100 % pure adrenalin rush. Film yang satu ini terhitung cukup panjang durasinya, yaitu 2 jam 15 menit. Tapi anehnya, film ini tidak terasa bosan sama sekali. Film dibuka dengan adegan Yuda memamerkan beberapa jurus silat minang Harimau dan kemudian film ini pun dimuali dengan awal yang biasa – biasa saja, tapi, ketika sudah memasuki menit ke 20, film baru mulai naik tensinya pelan – pelan. Dan seterusnya, mulailah, film ini menampilkan adegan – adegan action silat yang seru dan juga unik. Yang menarik adalah, film ini menampilkan pertarungan silat jurus – jurus Silat Harimau dengan aliran bela diri lainnya, termasuk adegan Silat Harimau melawan Kick Boxing dan Thai Boxing yang diperagakan oleh Lutger dan Luc serta adegan martial art yang unik dan tidak ada di film lainnya, yaitu ADEGAN ADU JURUS SILAT DI SEBUAH LIFT!! Bayangkan, adu silat di sebuah lift yang notabene memiliki space ruang yang sempit. Tapi justru adegan tersebut bisa dicapture moment nya dengan lancar dan seru, selain juga unik tentunya. Sutradara film ini kelihatannya memang mengerti benar keinginan penonton terhadap ritme film ini, yaitu sebuah film full adrenalin rush dan tentunya, adegan pertarungan super seru yang diharapkan penonton antara Yuda melawan anak buah Johni dan Lutger, Yuda melawan Eric, serta puncaknya adalah Yuda melawan Lutger dan Luc yang notabene merupakan orang bule dengan ilmu silat luar negri nya yang dibawakan dengan sangat mantap dan juga smooth serta seru BANGETZ.
     Dari segi akting, semua pemeran film ini sudah cukup dengan kapasitasnya masing – masing. Christine Hakim bermain santai dibanding film lainnya, tapi tetap bersahaja sebagai sang ibu yang melepas anaknya merantau; pemeran Lutger dan Luc pun bermain meyakinkan sebagai seorang gembong kriminil yang kejam dan jago beladiri; tokoh Eric yang juga cukup mencuri perhatian penonton; serta Alex Abbad yang bermain bagus serta bisa meyakinkan penonton sebagai orang yang menyebalkan bernama Alex yang cuma punya banyak anak buah, tapi dianya sendiri tidak bisa beladiri. Chika Jessica bermain baik juga, tapi sayangnya, tidak bisa memberikan umpatan yang lebih sarkas serta lebih bervariasi ketika adegan sarkastik dia kepada Johni dan kawan – kawan. Lalu bagaimana dengan sang pemeran utama, Iko Uwais? Saya beri point plus buat aktor yang baru pertama kali bermain film ini. Selain dia lincah dan lihai beladiri, aktingnya pun cukup meyakinkan sebagai orang Minang. Aksen Minang, ekpresi muka nya ketika marah, tersenyum, dan lain sebagainya pun juga cukup bagus menurut saya. Yang pasti, peran Yuda memang cocok buat dia.
     Point plus lain juga saya berikan kepada sutradara, dimana dia berhasil menampilkan panorama indah di daerah pedesaan Minang dan kesemerawutan serta dunia gelap kota Jakarta. Hebat, padahal, sang sutaradara notabene merupakan orang luar negeri, tapi dia berhasil menampilkan panorama indah serta kelamnya kota Jakarta. Tim silat yang mengatur koreografi action film ini juga bekerja dengan baik, sehingga bisa menampilkan sebuah film action martial art yang berkelas dan seru. Endingnya pun juga saya katakan cukup beda dibanding film Indonesia lain yang Endingnya gampang ketebak. Hal ini bisa anda rasakan dengan melihat jarak kamera serta adegan menjelang akhir film ini, walaupun mungkin bisa anda tebak sejak awal film. Endingnya mau tau apa? Nonton sendiri kali ye. Wakakakak. XD. XP.
     Tapi tetap, saya mencatat berbagai kelemahan di film ini. Pertama, yah, dari alur cerita, film ini tidak memberikan point baru atau pengembangan baru terhadap alur serta bobot ceritanya. Tipikal film silat lah alur ceritanya. Selain itu, saya juga menyayangkan ada adegan – adegan yang tidak perlu yang ditampilkan di film ini. Semisal tokoh Yuda yang sebenarnya jatuh cinta dengan tokoh Eli di Minangkabau, tapi dia tidak bisa untuk mengungkapkannya. Adegan ini mungkin bisa sedikit dipermanis atau ditambah porsinya yang sayangnya tidak demikian dan mengakibatkan adegan tersebut hanyalah sekedar numpang lewat saja.
     Overall, saya merasa film Merantau adalah sebuah film dengan ide baru, fresh, dan tentunya berbeda dibanding film – film Indonesia yang beredar saat ini. Dengan tema yang menarik ini, film ini saya apresiasi khusus dan saya puas dengan film ini secara keseluruhan. Full adrenalin rush dan juga bisa membangkitkan perfilman silat Indonesia yang dulu sempat berjaya di era 70-an dengan aktor seperti Barry Prima, Achmad Albar, dll. Memang, saya akui, film ini mau tak mau harus saya bandingkan dengan film Ong – Bak dan Tom Yun Gun ( alias The Protector ) akibat kesamaan genre serta tema cerita yang sama – sama nyerempet – nyerempet dikit. Tapi, saya tetap menilai bahwa film Merantau ini tetap beda dan memiliki point unik tersendiri yang berbeda dengan kedua film asing tersebut. Selain itu, jika Ong – Bak dan Tom Yun Gun ( alias The Protector ) berhasil dengan gamblang menampilkan kerasnya jurus – jurus Muay Thai dan Thai Kickboxing sehingga bisa memuaskan para penontonnya, maka film ini juga berhasil menampilkan jurus – jurus Silat Harimau Minang yang bagus dan juga tidak kalah seru dibanding ilmu beladiri lainnya. Sutradara film ini pun juga saya bilang berhasil menempatkan penempatan kamera untuk adegan – adegan actionnya, sehingga setiap adegan silat yang diperagakan bisa terekam dengan jelas momen – momennya. Terima kasih dengan kamera HD, sehingga setiap adegan yang dihasilkan sangatlah bagus dan real dan saya harap hal ini bisa menjadi bahan pembelajaran bagi sutarada – sutaradara Indonesia lainnya dalam hal penempatan tata letak kamera yang dinamis dan bagus. Saya suka dengan hal ide baru yang ditawarkan film Merantau ini, tapi, semoga nantinya ke depannya, jangan sampai latah saja ya Indonesia membikin massal film dengan tema seperti ini, dengan kualitas cerita makin lama makin bobrok serta dibuat asal – asalan. SEMOGA!

Point :
Cerita              = 6 / 10
Pemeran         = 8 / 10
Kriteria khusus :
Action              = 9 / 10
Tata Artisitik = 8 / 10
Total               = 8 / 10

 
Copyright : Alexander ”Ajay” Dennis









1 komentar: